Permukiman Desa Tinjauan Umum

10 Robert Simbolon | 110406048 Redesain Permukiman Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung

BAB II DESKRIPSI PROYEK

2.1. Tinjauan Umum

2.1.1. Permukiman Desa

a. Pengertian Desa Pengertian desa dan perdesaan sering dikaitkan dengan pengertian village dan rural. Sering pula dibandingkan dengan kota towncity dan perkotaan urban. Perdesaan rural menurut Wojowasito dan Poerwodarminto 1972 6 diartikan seperti desa atau seperti di desa dan perkotaan urban diartikan seperti kota atau seperti di kota. Berdasarkan batasan tersebut, perdesaan dan perkotaan mengacu kepada karakteristik masyarakat, sedangkan desa dan kota merujuk pada suatu satuan wilayah administrasi atau teritorial. Dalam kaitan ini suatu daerah perdesaan dapat mencakup beberapa desa. Beberapa pandangan dari para ahli sebagaimana yang dikemukakan berikut ini. 1. Boeke, desa merupakan suatu masyarakat yang religius yang diikat oleh tradisi bersama para warga penanam bahan makanan yang sedikit banyak mempunyai hubungan kebangsaan. 2. Soetardjo Kartohadikoesoemo, desa adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. 3. E.A. Mokodompit, desa merupakan suatu kesatuan teritorial, kekerabatan, nilai, dan aktivitas dari beberapa keluarga. 4. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat 6 Kamus Lengkap: Inggeris-Indonesia, Indonesia-Inggeris, 1972 Universitas Sumatera Utara 11 Robert Simbolon | 110406048 Redesain Permukiman Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. b. Tipologi Desa Tipologi desa ialah teknik untuk mengenal tipe-tipe desa berdasarkan ciri-ciri menonjol tipikal yang dimiliki dalam kaitan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Sedangkan klasifikasi tingkat perkembangan desa berdasarkan kesamaan tingkat perkembangannya yaitu tahapan desa swadaya, desa swakarya dan desa swasembada. - Desa swadaya tradisional adalah desa yang belum mampu mandiri dalam penyelenggaraan urusan rumah tangga sendiri, administrasi desa belum terselenggara dengan baik. - Desa Swakarya Transisional, adalah desa setingkat lebih tinggi dari desa swadaya. Pada desa swakarya ini mulai mampu mandiri untuk menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri, administrasi desa sudah terselenggaranya dengan cukup baik dan LKMD Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa cukup berfungsi dalam mengorganisasikan dan menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan secara terpadu. - Desa Swasembada Berkembang, adalah desa setingkat lebih tinggi dari pada desa Swakarya. Desa swasembada adalah desa yang telah mampu menyelenggrakan urusan rumah tangga sendiri, admnistrasi desa sudah terselenggara dengan baik, LKMD telah berfungsi dalam menorganisasikan dan menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan desa secara terpadu. c. Pola Pemukiman di Pedesaan Soekandar Wiriaatmadja 1972 membagi pola pemukiman di pedesaan ke dalam empat pola, yakni: 1. Pola permukiman menyebar : Rumah-rumah para petani tersebar berjauhan satu sama lain. Pola ini terjadi karena belum adanya jalan-jalan besar, sedangkan orang-orang harus mengerjakan tanahnya secara terus menerus. Dengan demikian, orang- orang tersebut terpaksa harus bertempat tinggal di dalam lahan mereka. Universitas Sumatera Utara 12 Robert Simbolon | 110406048 Redesain Permukiman Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung 2. Pola permukiman memanjang : Bentuk pemukiman yang terlentak di sepanjang jalan raya atau di sepanjang sungai, sedangkan tanah pertaniannya berada di belakang rumahnya masing - masing. 3. Pola permukiman berkumpul : Bentuk pemukiman di mana rumah-rumah penduduk berkumpul dalam sebuah kampung, sedangkan tanah pertaniannya berada di luar kampung. 4. Pola permukiman melingkar : Bentuk pemukiman di mana rumah-rumah penduduk melingkar mengikuti tepi jalan, sedangkan tanah pertaniannya berada di belakangnya. Gambar 2. 1. Pola Permukiman Desa Sumber : Sensa, M. S. Djarot, 1987 : 38

2.1.2. Hunian Rumah