99
Redesain Permukiman Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung
Gambar 5. 19. Skema Wetland Irrigation
5.1.6. Konsep Agraria
Bercocok tanam merupakan mata pencaharian masyarakat di ketiga desa eksisting, sehingga dalam permukiman mereka yang baru mengharuskan adanya lahan perkebunan
sebagai mata pencaharian utama masyarakat. Namun yang menjadi permasalahan adalah luas lahan perkebunan yang tidak sebanding dengan lahan perkebunan yang ada di ketiga
desa masing-masing, kemudian adalah sedikitnya lahan perkebunan di siosar sehingga pemerintah tidak bertanggung jawab atas lahan perkebunan masyarakat di desa asal, dan
yang terakhir adalah sistem pengelolaan perkebunan yang masih belum jelas, apakah pembagian secara merata atau tidak, semua ini masih belum jelas.
Ketidakjelasan sistem pengelolaan perkebunan akan menimbulkan konflik yang berkepanjangan, apalagi dalam situasi darurat seperti sekarang ini. Oleh karena itu perlu
adanya sistem yang bersifat adil dan merata bagi setiap jenis masyarakat petani, demi kesejahteraan masyarakat bersama.
Gambar 5. 20. Skenario Permasalahan Agraria
Universitas Sumatera Utara
100
Redesain Permukiman Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung
Masyarakat Karo yang mayoritas adalah petani, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan tingkatan strata sosial mereka. Pada bagian terbawah adalah buruh tani
aron ku juma ngemo yang disebut secara umum adalah buruh tani atau buruh lepas, para buruh ini merupakan pekerja harian yang biasanya dijemput pagi hari di jalan. Biasanya
jasa mereka dibutuhkan oleh Petani pemilik tanah untuk digarap secara harian. Kemudian tingkat selanjutnya ada petani penyewa atau penggarap, petani ini biasanya menyewa tanah
dari tuan tanah untuk diolah sebagai perkebunan. Petani ini dapat menggarap sendiri ataupun menggunakan jasa aron. Kemudian untuk tingkat teratas adalah petani pemilik
tanah yang umumnya menggunakan jasa aron untuk menggarap tanahnya. Petani jenis ini umumnya hanya menyuruh aron untuk menggarap tanahnya dan biasanya lahan mereka
tidak berada didekat rumah mereka, melainkan cukup jauh dari rumah mereka.
Gambar 5. 21. Strata Sosial Petani
Dikarenakan lahan perkebunan yang cukup terbatas, konsep yang diterapkan untuk memanajemen perkebunan ini adalah dengan sistem Corporate Farming. Sistem ini
merupakan sebuah sistem pertanian dengan menerapkan cara panggarapan lahan secara bersama-sama dalam satu sistem pengelolaan oleh sebuah perusahaan atau korporasi.
Karena pemilik lahan adalah pemerintah pusat, maka dari itu perlu sebuah kesepakatan terkait dengan hasil produksi pertanian yang akan diperoleh, hal ini juga
ditentukan dengan sistem bagi hasil sehingga pembagiannya lebih adil dan merata untuk setiap masyarakat.
Gambar 5. 22. Konsep Manajemen Perkebunan
Universitas Sumatera Utara
101
Redesain Permukiman Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung
Untuk pemilik tanah yang berada di desa Simacem, Bekerah, dan Sukameriah, pemerintah masih memperbolehkan pemilik tanah untuk mengolah tanah tersebut, namun
aktivitas bercocok tanam dan lainnya hanya boleh dilakukan ketika gunung sudah tidak menyemburkan awan panas. Sehingga skema secara keseluruhan adalah sebagai berikut.
Gambar 5. 23. Skema manajemen perkebunan
5.2. Konsep Kelompok Hunian Rumah