M. Simorangkir 43 Tahun Profil Informan .1 R br Siburian 45 Tahun

marganya, atau marga istrinya. Sehingga ia dikenal sebagai orang yang ramah dan suka menolong. Jika berbicara tentang kesulitan saat ini, ia mengatakan bahwa semua serba sulit dan semuanya serba bayarpake uang. Sehingga jika ia dan istrinya tidak mempunyai uang atau kesulitan dalam keuangan, ia meminta bantuan kepada kedua orang tuanya dan adik-adiknya yang kini sudah ada yang bekerja. Namun, jika orang tuanya ataupun saudaranya tidak dapat membantu, ia mencoba meminjam uang dengan tetangga atau kerabat mereka ataupun dengan pemilik lahan dimana tempat mereka bekerja. Sehingga dari hasil pinjamannya tersebut akan dipotong dari sebagian gaji mereka sebagai gantinya.

4.3.6 M. Simorangkir 43 Tahun

M. Simorangkir adalah salah satu pedagang ombus-ombus yang telah 10 tahun berjualan ombus-ombus. Beliau mempunyai pendidikan terakhir hanya sampai pada tingkat SLTP saja. Ia tidak mempunyai pekerjaan lain selain menjadi pedagang ombus- ombus. Sebelumnya keluarga ini hanya bertumpu pada warung makanan yang diberikan oleh orang tua istrinya. Namun dengan pekerjaannya saat ini yang menjadi pedagang ombus-ombus membuat istrinya menjadi lega karena beliau sebelumnya belum pernah mencoba pekerjaan apapun. M. Simorangkir ini tinggal dengan seorang istri dan mempunyai 5 orang anak. Anaknya yang paling bungsu saat ini duduk dibangku Sekolah Dasar. Setiap hari istrinya berjualan dari pagi hingga sampai sore hari di warung tempat yang selama ini dijadikan mereka sebagai tempat mendapatkan penghasilan, sebelum suaminya bekerja menjadi pedagang ombus-ombus. Jika beliau tidak berjualan ombus-ombus karena waktu Universitas Sumatera Utara berjualan ombus-ombus yang hanya satu kali dalam dua hari, maka pak Simorangkir ini bersedia untuk membantu istrinya untuk berjualan di warung mereka yang letaknya di samping rumah mereka. Istri pak Simorangkir ini pun mengatakan bahwa ia masih tetap untuk berjualan karena gaji suaminya tidak akan cukup untuk menghidupi keluarganya. Apalagi rumah yang mereka tempati sekarang ini masih mengontrak. Walaupun penghasilan dari berjualan atau dari warung makanan milik keluarga ini dan juga penghasilan menjadi pedagang ombus-ombus tidak begitu banyak, namun menurut pak Simorangkir ini dapat sedikit membantu juga kehidupan ekonomi keluarga mereka. Adapun hasil dari mereka membuka warung makanan ini dapat mereka sisihkan minimal Rp 50.000 untuk mereka tabung, belum lagi jika ditambah dengan penghasilan dari menjual ombus-ombus yang bisa mencapai Rp 200.000-300.000bulan. Pak Simorangkir ini biasanya berangkat pada pukul 08.00 dari tempat tinggalnya untuk berjualan ombus-ombus di sepanjang kota Siborongborong. Setiap sekali dalam dua hari, ia berangkat dengan sepeda anginnya, serta lengkap dengan menggunakan jaket dan topi untuk menghangatkan tubuh karena kondisi wilayah Siborongborong yang masih dingin jika pada pagi hari dan juga untuk melindunginya dari sengatan matahari dikala ia harus berkeliling untuk menjajakan ombus-ombusnya pada siang hari. Adapun ombus-ombus yang dijualnya adalah hasil dari buatannya dan dibantu oleh istrinya. Bila bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat ombus-ombus tersebut sudah habis, maka istrinyalah yang membeli bahan-bahan tersebut di pasar, tepatnya pada hari onan hari pasar Siborongborong yaitu pada hari selasa. Di hari itulah, istrinya membeli bahan-bahan tersebut dalam jumlah yang banyak, namun disesuaikan juga dengan keuangan mereka. Hal ini dikarenakan, jika membeli bahan-bahan itu dalam Universitas Sumatera Utara jumlah yang banyak maka harganya dapat dikurangi sedikit. Mereka juga mempunyai langganan di pasar dimana pada orang itulah mereka membeli bahan-bahan tersebut. Karena mereka sudah sering membeli pada orang tersebut, maka harganya juga dapat dikurangi. Ia dan istrinya pun sudah memikirkan lebih dulu untuk biaya kebutuhan hidup mereka dan juga untuk menyisihkan uang mereka untuk persiapan sekolah anak ke tingkat selanjutnya nantinya. Oleh karena itu, mereka menghemat pengeluaran keluarga ini terutama bagi barang-barang yang dianggap tidak begitu penting, mereka berusaha untuk tidak membelinya. Karena mereka masih memerlukan banyak biaya bukan hanya untuk biaya kontrakan rumah mereka tetapi juga untuk pembelian buku-buku pelajaran atau alat-alat sekolah bagi anaknya.

4.3.7 B. Hutabarat 45 Tahun