• Ober Simanjuntak yang mengatakan “Saya menyukai makanan ini bukannya dari
harganya yang murah hanya Rp 500 saja melainkan juga rasanya. Ombus-ombus yang isinya gula merah ataupun yang gula putih itu sama-sama enak. Sehingga
jika saya pulang kampung saya memesan makanan ini untuk makanan keluarga kami di jalan”.
• G. Nababan yang mengatakan “Saya setiap hari selasa hari pekan pasar
Siborongborong selalu menyempatkan diri untuk datang ke kedai ini. Bukan hanya untuk menikmati ombus-ombus dan minum kopi saja tetapi di kedai ini
saya juga bisa berjumpa dengan teman-teman saya sehingga tidak terasa kami telah menghabiskan waktu untuk mengobrol tentang apa saja termasuk tentang
harga-harga sembako yang saat ini semakin meningkat”. Wawancara dengan G. Nababan di kedai milik ibu R. Siburian, 2010.
4.4.3 Upaya Pedagang Ombus-Ombus Dalam Mengatasi Masalah Ekonomi
Strategi keluarga pedagang ombus-ombus dalam menghadapi permasalahan keluarga merupakan salah satu indikator variabel potensi mereka. Dalam konteks ini
kemiskinan tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang statis, tetapi juga mempunyai dinamika sosial dengan tantangan dan perubahan sosial. Berbagai macam reaksi yang
ditunjukkan oleh para pedagang ombus-ombus ini. Ada yang menunjukkan kepasrahan, kesabaran, dan perjuangan dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Dalam tata kehidupan dan penghidupan masyarakat, setiap keluarga tidak akan terlepas dari permasalahan. Permasalahan yang dimaksud ini adalah permasalahan
ekonomi maupun permasalahan sosial. Oleh sebab itu, keluarga dari para pedagang
Universitas Sumatera Utara
ombus-ombus ini memiliki potensi untuk survive dalam berbagai kondisi. Dalam menanggapi permasalahan tersebut, pada dasarnya mereka mempunyai strategi yang
cukup baik. Berdasarkan dari data yang terhimpun melalui penelitian ini maka terdapat
beberapa strategi yang digunakan oleh pedagang ombus-ombus dalam menghadapi permasalahan mereka. Bentuk-bentuk strategi yang dimaksud tersebut antara lain :
1 .Strategi Aktif atau Optilisasi Sumber Daya Manusia SDM
Strategi aktif adalah strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk peningkatan penghasilan karena tuntutan hidup yang semakin besar. Berbagai bentuk
strategi yang dibentuk oleh keluarga para pedagang ombus-ombus ini antara lain melakukan aktivitas sendiri serta memanfaatkan atau mengerahkan anggota keluarga
untuk memperoleh penghasilan. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan informan mengenai upaya-upaya yang dilakukan keluarga pedagang ombus-ombus melalui
memanfaatkan keluarga mereka sendiri : “Untuk membantu perekonomian di keluarga kami, istri saya juga ikut
membantu untuk menambah pemasukan keuangan. Meskipun hanya bekerja sebagai buruh tani namun itu sudah cukup membantu untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga kami”. Wawancara dengan informan W. Situmeang, 2010
“Jika hanya mengandalkan penghasilan dari saya saja, tentu belum bisa mencukupi keuangan keluarga kami. Apalagi ditambah dengan harga-
harga kebutuhan pokok yang meningkat akhir-akhir ini. Oleh karena itu istri saya mencari alternatif tambahan penghasilan dalam keluarga
kami. Setiap hari onan pasar Siborongborong istri saya berjualan mie. Meskipun hanya sekali seminggu dalam berjualan mie tersebut, namun
penghasilan dari penjualan mie tersebut dapat menambah keuangan kami. Jadi, saya merasa terbantu juga karena istri saya bersedia untuk
menambah penghasilan sekaligus tabungan keluarga kami untuk persiapan di masa yang akan datang”. Wawancara dengan informan T.
Sihombing, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Hal yang sama juga dikatakan oleh beberapa informan lain yang mengikutsertakan anggota keluarga mereka untuk membantu perekonomian keluarga.
Berikut ini adalah penuturan informan tersebut : “Pada saat ini istri dan anak saya cukup membantu. Istri saya yang
bekerja membuat kue kemudian dijual di warung dan anak saya juga yang bersedia untuk membawa kue-kue tersebut ke sekolah mereka
untuk dijual di kantin sekolah mereka. Setidaknya hal ini bisa membantu kami untuk membayar uang sekolah mereka dan juga
keperluan lainnya”. Wawancara dengan informan S. Sianipar, 2010.
Selain itu, strategi yang ikut melibatkan anak dalam peran ekonomi akan memupuk kemampuan anak untuk membaca peluang ekonomi. Mereka akan lebih
mampu memanfaatkan situasi dan kondisi untuk mendapatkan uang. Namun, strategi ini akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan hak anak terutama hak untuk memperoleh
pendidikan. Sebagian besar yang waktunya seharusnya belajar mereka gunakan untuk bekerja atau membantu keluarga. Akibatnya, kualitas pendidikan anak-anak mereka
relatif rendah. Hal ini diutarakan oleh informan berikut ini “ “Perekonomian dalam keluarga saya dapat sedikit terbantu karena
bukan hanya istri saya yang membantu ekonomi keluarga kami tetapi anak saya yang pertama yang tamat SLTA dan saat ini bekerja di
pabrik sudah dapat membantu kedua orang tuanya. Bukan hanya itu, tak jarang uang yang dikirim oleh anak laki-laki saya ini saya gunakan
untuk biaya sekolah adik-adiknya”. Wawancara dengan informan S. Sianipar, 2010.
2. Strategi Pasif atau Penekanan Pengeluaran
Penekanan pengeluaran merupakan strategi yang bersifat pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga misalnya pengeluaran biaya untuk sandang, pangan, transportasi,
dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mereka sering menekan biaya pengeluaran untuk menghindari resiko.
Universitas Sumatera Utara
“Jika untuk biaya makan keluarga kami, saya tidak perlu mengurangi porsi makan ataupun lauknya. Meskipun dengan lauk seadanya,
keluarga kami tetap merasa senang. Apalagi keluarga kami memelihara ayam. Jadi, jika kami kekurangan bahan makanan, kami bisa
memanfaatkan hasil dari ayam tersebut baik itu telor ataupun dagingnya. Ditambah lagi kami masih belum mempunyai tanggungan
anak, namun kami juga tetap memikirkan masa depan kami nantinya”. Wawancara dengan informan H. Silaban, 2010.
“Kalau keluarga saya tidak sampai mengurangi jatah makan, tetapi mungkin jika uang kami benar-benar tidak cukup terpaksa kami makan
seadanya misalnya dengan telor ataupun ikan asin. Pengeluaran- pengeluaran untuk yang tidak perlu saja baru kami hentikan sehingga
sisa penghasilan dari pekerjaan kami dapat ditabung
“Jika mengenai masalah makanan saja atau kebutuhan pokok keluarga kami tidak sampai kekurangan, minimal pengeluaran yang kami batasi
adalah keperluan yang tidak terlalu penting seperti pakaian baru ataupun kosmetik dan perlengkapan lainnya diluar kebutuhan pokok”
Wawancara dengan informan S. Sianipar, 2010.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan T. Sihombing dan juga informan D. Sianturi, dimana mereka bisa dikatakan sebagai keluarga yang sangat berhemat
dikarenakan banyaknya anggota keluarga mereka dan jika hanya mengandalkan gaji mereka saja maka tidak akan cukup. Berikut ini penuturannya :
“Saya dan istri saya memang harus berhemat karena gaji saya tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami. Oleh karena itu
anak-anak saya yang sudah bekerja inilah yang bisa membantu sedikit demi sedikit untuk kebutuhan keluarga kami. Jadi, jika kami
kekurangan uang dan anak saya tidak dapat mengirim uang, maka kami harus menghemat kebutuhan keluarga kami” Wawancara dengan
informan T. Sihombing, 2010.
“Penghasilan saya harus dapat saya bagi secara teratur karena bukan hanya untuk biaya kebutuhan keluarga saja dan sekolah anak-anak saya
tetapi saya juga harus memikirkan uang kontrakan rumah. Jadi, pengeluaran harus benar-benar diatur secara cermat agar kebutuhan-
kebutuhan penting dpaat lebih dahulu diutamakan”. Wawancara dengan informan D. Sianturi, 2010.
Universitas Sumatera Utara
3. Pemanfaatan Jaringan
Strategi pemanfaatan jaringan merupakan salah satu upaya yang ditempuh oleh keluarga pedagang ombus-ombus dalam mengatasi masalah keluarga. Jaringan yang
dimaksud adalah relasi sosial mereka yaitu dengan lingkungan sosial di sekitar mereka tinggal. Pemanfaatan jaringan ini terlihat jelas dalam mengatasi masalah ekonomi dengan
meminjam uang kepada tetangga, mengutang ke warung, ataupun meminjam dengan majikan tempat mereka bekerja.
Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa para pedagang ombus-ombus memanfaatkan relasi sosialnya baik itu dengan tetangga ataupun dengan anggota keluarga
mereka. Adanya bantuan yang diberikan oleh teman, tetangga ataupun anggota keluarga mereka ini sangat membantu disaat mereka sedang mengalami kekurangan uang. Berikut
ini adalah penuturan dari para informan yang meminjam uang dalam lingkungan sosial mereka :
“Apabila saya tidak mempunyai simpanan uang lagi atau jika saya sedang membutuhkan uang untuk membeli kebutuhan tertentu
sementara kondisi keuangan tidak mencukupi, saya biasanya meminjam dengan tetangga ataupun anggota keluarga saya. Biasanya
saya meminjam untuk membeli pupuk dan kebutuhan pokok”. Wawancara dengan informan I. Sianipar, 2010.
“Untuk penghasilan dari penjualan ombus-ombus ini belum tentu bisa membiayai seluruh kebutuhan hidup keluarga kami. Meskipun istri
saya juga membantu saya untuk menambah uang simpanan, namun uang tersebut pun pasti juga akan terpakai juga. Apalagi kami harus
membayar biaya kontrakan rumah. Jadi, mau tidak mau saya meminjam uang kepada anggota keluarga kami, ya meskipun cuman
sedikt sejauh ini bisa membantu”. Wawancara dengan M. Simorangkir, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Hal yang sama juga disampaikan oleh W. Situmeang yang meminjam uang kepada majikannya tempat dia bekerja untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarganya
disaat ia mengalami kesulitan uang. Berikut penuturannya : “Saya selalu bingung jika memikirkan kebutuhan pokok sekarang ini.
Penghasilan saya tidak terlalu banyak dari menjual ombus-ombus ini. Jadi, untuk keperluan yang mendadak dan itu terjadi jika saya kesulitan
keuangan, maka saya berusaha untuk meminjam dengan majikan tempat saya bekerja sebagai buruh tani. Majikan saya percaya pada
saya setiap kali saya hendak meminjam uang kepadanya. Sehingga uang yang saya pinjam itu dipotong langsung dari penghasilan saya di
ladang milik mereka”. Wawancara dengan informan W. Situmeang, 2010.
Dengan melihat hasil dari wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa para pedagang ombus-ombus menjalin hubungan yang baik dengan tetangga di lingkungan
tempat tinggal mereka. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kehidupan yang harmonis, meningkatkan keakraban dan mempererat tali persaudaraan. Para pedagang juga ada yang
mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka, seperti STM Serikat Tolong Menolong dan juga arisan marga. Sehingga apabila suatu saat nanti mereka
membutuhkan pertolongan, mereka dapat meminta bantuan dari orang lain apalagi jika mereka mengalami kesulitan keuangan mereka dapat meminjam dari anggota keluarga,
teman ataupun tetangga mereka.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Salah satu kekayaan yang terdapat di Indonesia bukan hanya pada keanekaragaman suku, adat-istiadat maupun bahasa tetapi juga terletak pada
keanekaragaman makanan lokal atau lebih dikenal dengan makanan tradisional yang dimiliki di setiap daerah di Indonesia. Indonesia sebagai salah satu pusat keanekaragaman
hayati dunia menyimpan kekayaan flora dan fauna yang melimpah. Berbagai kelompok masyarakat kelompok etnik yang tersebar di seluruh kepulauan nusantara memiliki
keanekaragaman makanan tradisional. Makanan tradisional ini apabila dikembangkan akan dapat medukung perekonomian rakyat, terlebih jika pembuatan makanan tradisional
ini telah dijadikan sebagai usaha rakyat dalam memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya. Bangsa kita mengenal makanan bukan hanya sebagai fungsi pemeliharaan
kehidupan, tetapi telah menyatu dengan adat-istiadat setiap daerah. Pangan lokal mencakup pangan yang siap disantap dan bahan makanan yang
belum diolah. Pangan tradisional dapat diartikan sebagai makanan yang dikonsumsi masyarakat golongan etnik dan wilayah yang spesifik, diolah dari resep yang dikenal
masyarakat, bahan-bahannya diperoleh dari sumber lokal dan memiliki rasa yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat.
Penganekaragaman pangan melalui upaya pengembangan pangan tradisional adalah langkah yang sangat strategis karena pangan tradisional pada umumnya berupa
Universitas Sumatera Utara