Pedagang Makanan Tradisional Ombus-Ombus Yang Semakin Berkurang

4.2.3 Pedagang Makanan Tradisional Ombus-Ombus Yang Semakin Berkurang

Persis dipertigaan kota Siborongborong, sebelumnya lebih dikenal dengan simpang tugu, para pedagang ombus-ombus sudah hampir 4 generasi yang lalu, menawarkan dagangannya hampir kesetiap penumpang angkutan umum maupun angkutan pribadi. Sekitar tahun 1979 yang lalu para pedagang ombus-ombus tersebut tidak hanya diwilayah Siborongborong SBB, bahkan sampai ke Balige 28 km dari SBB dan tarutung 30 km dari SBB dengan menggunakan sepeda. Pada saat itu, pedagang ombus-ombus ada sekitar 80 unit, lokasi berjualannya juga menyebar, bahkan ada yang sampai Dolok Sanggul 32 km dari SBB, dan terhimpun dalam koperasi parombus-ombus. Berdasarkan dari informasi salah satu informan saya menyatakan bahwa pedagang ombus-ombus tersebut yang jumlahnya cukup banyak telah menyebabkan terjadinya kemacetan lalu lintas di sepanjang jalan Siborongborong. Hal ini dikarenakan tempat berjualan para pedagang ombus-ombus bukan hanya di sekitar arena pasar Siborongborong tapi juga terdapat loket-loket mobil angkutan. Terutama jika hari pasar besar disebut dengan onan maka arus lalu lintas di Siborongborong menjadi terganggu, Untuk itulah polisi segera turun tangan untuk menangani hal ini. Dengan begitu diambilah sebuah keputusan agar tidak terjadi kemacetan di sepanjang ruas jalan Siborongborong. Pedagang ombus-ombus ini dibagi menjadi dua bagiandua kelompok, yakni kelompok Desa Somanimbil dan Kelompok Desa Sambariba Horbo. Inilah mungkin hasil mufakat dari pertikaian sekitar 50 tahun silam antara alm.Anggiat Siahaan dengan Alm. Universitas Sumatera Utara Musik Sihombing yang mempersoalkan nama antara “Lappet Bulung Tetap Panas” karya Alm.Musik Sihombing dengan “Ombus-ombus No.1” karya Anggiat Siahaan. Kedua kelompok penjual Ombus-ombus tadi, kini harus berbagi hari untuk berjualan di Pasar Siborongborong. Jika hari Senin kelompok dari Desa Somanimbil yang berjualan, maka hari berikutnya adalah kelompok dari Desa Sambariba Horbo, begitulah seterusnya. Mungkin jika kita nilai, hal ini merupakan persaingan ekonomi berdasarkan musyawarah dan mufakat. Artinya, persaingan ekonomi sebagaimana dalam ilmu atau prinsip perekonomian dalam ilmu pendidikan yang kita peroleh tidak logis. Namun, inilah sebuah contoh keadilan dari masa silam. 4.3 Profil Informan 4.3.1 R br Siburian 45 Tahun Ibu Siburian ini telah menikah dan bersuksu Batak Toba yang mempunyai pendidikan terakhir yaitu SMA. Ia telah tinggal di Siborongborong sejak tahun 1992. Sebelum tinggal di Siborongborong, Ia tinggal di Medan bersama dengan suami dan anak-anaknya. Namun, karena suaminya telah meninggal dunia pada tahun 1991, Ia memutuskan untuk meninggalkan Medan dan mencoba usaha di Siborong-borong. Sejak Ia tinggal di Siborongborong, maka sejak itulah Ia mencoba untuk meneruskan usaha keluarga suaminya yang bermarga Siahaan untuk membuka usaha jualan ombus-ombus. Jadi, sudah kurang lebih selama 18 tahun ibu ini membuka usaha ombus-ombus. Adapun dalam menjual ombus-ombus ini, Ia membuka usaha berupa kedai yang sekaligus kedai tersebut menjadi tempat tinggal Ia dan anak-anaknya. Usaha kedai jualan ombus-ombusnya ini dapat kita jumpai tepatnya di depan pasar Siborongborong di Jalan. Universitas Sumatera Utara