Konsep Mengenai Makan KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Mengenai Makan

Makan merupakan kebutuhan pokok manusia. Dalam teori Maslow, menempatkan kebutuhan makan pada hierarki yang paling besar. Makan sering juga disebut sebagai suatu upacara karena perbuatan makan dilakukan berdasarkan aturan- aturan yang diikuti secara ketat dan selalu terulang tanpa nelihat batas-batas waktu dan tempat. Selain dari itu, tradisi makan selalu dilihat sebagai sesuatu yang dihormati sehingga tradisi makan merupakan etika hidup dengan norma-norma tertentu dalam masyarakat tersebut. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan beragamnya kebudayaan mengenai makan, terutama di bidang-bidang makanan, orang semakin menyadari bahwa makanan yang dimakan harus merupakan makanan seimbang. Oleh sebab itu, terutama generasi muda sekarang, mulai mengutamakan apa yang dimakan itu ke arah makan yang seimbang. Adanya makanan lain selain makanan pokok yaitu nasi dan lauk-pauk, juga masuknya makanan-makanan pinggiran seperti lontong, bakso, mie ayam, dan lain-lain, serta makanan tradisional dari masing-masing daerah. Adanya penggunaan makanan- makanan tradisional dalam berbagai acara adat dalam masyarakat tertentu, makanan tradisional di masing-masing daerah juga dapat dengan mudah kita jumpai baik itu di pasar-pasar tradisional, rumah makan maupun yang diperdagangkan secara berkeliling sehingga memudahkan dalam mencari jenis-jenis makanan itu, seperti pada makanan tradisional batak yang berupa ombus-ombus, naniura maupun naniarsik yang dapat kita Universitas Sumatera Utara nikmati di rumah makan maupun dijual oleh pedagang yang menaiki sepeda dengan cara berkeliling. Makanan merupakan wujud dari kebudayaan manusia oleh karena dalam proses pengolahan bahan-bahan mentah sehingga menjadi makanan, begitu pula dalam perwujudannya, cara penyajiannya dan pengkonsumsiannya sampai menjadi tradisi. Semua hal itu hanya mungkin terjadi karena adanya dukungan dan adanya hubungan yang saling terkait dengan berbagai aspek yang ada dalam kehidupan sosial dan dengan berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam masyarakat tersebut. Selain memiliki fungsi primer, bahan pangan sebaiknya juga memenuhi fungsi sekunder secondary functions, yaitu memiliki penampakan dan citarasa yang baik. Sebab, bagaimanapun tingginya kandungan gizi suatu bahan pangan akan ditolak oleh konsumen bila penampakan dan citarasanya tidak menarik dan memenuhi selera konsumennya. Itulah sebabnya kemasan dan citarasa menjadi faktor penting dalam menentukan apakah suatu bahan akan diterima atau tidak oleh konsumen.

2.2 Makanan Tradisional