Baginya, jika anak-anaknya sudah bisa membiayai kebutuhan hidup mereka sendiri saja, ia sudah merasa senang.
Dalam usahanya menjual ombus-ombus ini, ibu Siburian ini hanya mengerjakan seorang diri mulai dari pembuatan ombus-ombus sampai dengan penjualannya. Pada
waktu itu, ia pernah mempekerjakan orang yaitu pekerja laki-laki untuk membantunya dalam membuat ombus-ombus. Namun dikarenakan para pekerja laki-laki mempunyai
kebiasaan suka merokok, sehingga asap rokok itu dapat mengganggu proses pembuatan ombus-ombus, maka ibu ini memutuskan untuk tidak lagi mempekerjakan orang untuk
membantunya membuat ombus-ombus. Ia juga berharap anak laki-lakinya yang bungsu ini yang bisa meneruskan usahanya ini, sehingga ia menginginkan anaknya untuk tetap
berada di Siborongborong.
4.3.2 Iwan Sianipar 33 Tahun
Iwan lahir di Siborongborong. Setelah Ia berusia 18 tahun, yaitu setelah tamat SMA, ia pergi merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Di Jakarta, ia tinggal
dengan saudaranya. Segala jenis pekerjaan ia coba untuk mendapatkan penghasilan agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya selama ia tinggal di Jakarta dan juga untuk
membantu orang tuanya dan saudara-saudaranya yang masih tinggal di Siborongborong. Pekerjaan orang tuanya yang hanya sebagai pedagang, membuatnya berusaha untuk
membantu semampunya untuk keperluan keluarganya dan juga keperluan sekolah adik- adiknya.
Iwan sendiri adalah anak pertama dari enam bersaudara. Dengan demikian, ia bisa dikatakan menjadi tulang punggung dalam keluarganya. Setiap hari ia mencoba
melakukan pekerjaan yang bisa ia lakukan, mulai dari menjadi buruh bangunan,
Universitas Sumatera Utara
membantu saudaranya yang membuka bengkel sampai menjadi supir angkutan. Meskipun penghasilan yang ia terima dari setiap pekerjaan yang ia lakukan tidak begitu banyak,
namun ia tetap semangat menjalani pekerjaannya. Baginya pekerjaan apapun itu asalkan halal dan dilakukan dengan sepenuh hati, meski hasil yang didapat tidak maksimal,
namun ia cukup senang. Di Kota Jakarta ini juga ia bertemu dengan pasangan hidupnya yang juga sama-
sama merantau dan mencari pekerjaan di kota ini. Mereka berdua pun memutuskan untuk melanjutkan hubungan mereka dalam bentuk keluarga. Iwan pun menikah di Jakarta
dengan modal tabungan yang telah ia simpan selama bertahun-tahun. Namun, setelah ia mempunyai anak pertama, Iwan pun memutuskan untuk
kembali ke kota asalnya atau kota kelahirannya yaitu di Siborongborong, karena alasan biaya hidup yang semakin bertambah. Dulu saja ia bisa membiayai dirinya sendiri saja
sudah merasa cukup. Dengan semakin kerasnya perjuangan untuk bertahan hidup di Jakarta dan semakin mahalnya bahan-bahan kebutuhan pokok untuk hidupnya dan
keluarganya membuat ia memutuskan untuk pulang kampung. Pada tahun 2008, ia pun kembali ke Siborongborong.
Pada tahun 2008 juga, ia memutuskan untuk meneruskan usaha keluarganya yaitu usaha jualan ombus-ombus. Usaha ini telah lama dirintis oleh opungnya yang kemudian
diwariskan oleh ayahnya dan setelah itu juga dilanjutkan oleh Iwan. Dengan begitu, ia sudah dua tahun berjualan ombus-ombus.
Saat ini Iwan hidup dengan istri dan kedua orang anaknya yang masih kecil-kecil. Meskipun ia meneruskan usaha jualan ombus-ombus milik keluarganya ini, Iwan masih
merasa belum bisa menghidupi anak dan istrinya jika hanya mengandalkan penghasilan
Universitas Sumatera Utara
dari jualan ombus-ombus ini. Ia dan keluarganya pun masih tinggal di rumah orang tuanya karena ia belum mempunyai biaya untuk mengontrak rumah. Jika tabungannya
sudah cukup untuk biaya kontrakan rumah, maka barulah ia tinggal di rumah tersebut bersama istri dan anaknya. Karena masih banyak beban yang baru dan tanggung
jawabnya terhadap anak dan istrinya, membuat ia mencari alternatif tambahan penghasilan lain. Ia pun memutuskan untuk mengerjakan sawah keluarga mereka dan
juga sawah orang lain. Dengan demikian, ia mempunyai pekerjaan sampingan selain sebagai pedagang ombus-ombus juga sebagai buruh tani.
Iwan pun juga harus bangun lebih awal setiap kali jadwal ia berjualan. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam berjualan ombus-ombus ini, pedagang ombus-ombus
berjualan hanya satu kali dalam dua hari. Dalam artian, setiap harinya pedagang ombus- ombus saling bergantian untuk berjualan. Jadi, jika Iwan berjualan pada hari Senin maka
pada hari Rabu nanti ia akan berjualan kembali. Setiap pagi atau tepatnya waktu subuh yaitu pukul 04.00 WIB, ia pun mulai untuk membuat ombus-ombus dibantu oleh istrinya.
Jadi, jika setiap kali ia berjualan, ombus-ombusnya tetap terasa hangat dan baru karena pada hari itu juga ombus-ombusnya dibuat.
Setiap sekali dalam dua hari, Ia berangkat dari rumahnya pukul 07.00 WIB untuk berjualan ombus-ombus. Dengan sepeda angin dan tempat ombus-ombus yang dibuat
dibelakang sepedanya, Ia berjualan mengelilingi sepanjang kota siborongborong. Dari pagi hingga sore hari, ia tidak kenal lelah untuk mencari nafkah dengan mendayung
sepedanya untuk melakukan perjalanan sekian kilometer. Sepeda dan tempat untuk meletakkan ombus-ombus ini diberikan oleh ayahnya, karena semasa ayahnya masih
berjualan ombus-ombus, ayahnya juga memakai sepeda ini.
Universitas Sumatera Utara
Setiap mobil angkutan yang lewat baik itu dari arah Tarutung atau dari arah lain, ia tetap semangat untuk menawarkan ombus-ombus miliknya kepada para penumpang
mobil angkutan tersebut. Meski terkadang para penumpang tidak ada yang mau membeli ombus-ombus miliknya, ia tidak merasa putus asa. Ia tetap semangat karena ia masih
mengingat bahwa ia mempunyai anak dan istri yang harus ia biayai, apalagi anak- anaknya sekarang masih kecil dan ada yang masih bayi. Jadi, bukan hanya untuk
kebutuhan makan saja yang harus ia cari, tapi juga untuk kebutuhan bayinya, yaitu susu dan keperluan lainnya. Iwan pun pulang ke rumahnya sehabis ia berjualan pada pukul
18.00 WIB. Adapun penghasilan yang ia terima sebagai pedagang ombus-ombus adalah
sebesar Rp 600.000,00bulan Pada keesokan harinya, ia pun mengerjakan pekerjaan sampingannya yaitu sebagai buruh tani. Karena ia bergantian dengan kelompok pedagang
lain untuk berjualan ombus-ombus, ia pun mengerjakan sawah orang lain dan sawahnya untuk tambahan penghasilan. Ia pun mulai bekerja di sawah pada pukul 08.00 sampai
pada pukul 18.00 WIB. Dari penghasilan pekerjaannya sebagai buruh tani dan pedagang ombus-ombus, ia bisa menabung sedikit demi sedikit tiap bulan di asuransi ASRI.
Namun, karena semakin tingginya biaya hidup dan semakin mahalnya sembako, dan mahalnya harga pupuk membuatnya untuk meminjam uang dari keluarganya ataupun
dari tetangganya. Jadi, pengeluaran yang perlu dibatasi adalah pada pembelian pupuk. Adapun pengeluaran lain selain membeli pupuk adalah pengeluaran untuk membeli
bahan-bahan dalam membuat ombus-ombus yang waktunya tidak bisa ditentukan. Jika hari libur pembelian bahan-bahan untuk ombus-ombus tersebut bisa mencapai Rp
Universitas Sumatera Utara
250.000,00 untuk sekali dua hari, sedangkan untuk hari biasa pengeluaran dibawah Rp 250.000,00 karena pengeluaran untuk itu tidak menentu.
4.3.3 W. Siahaan 52 Tahun