D. Sianturi 37 Tahun Profil Informan .1 R br Siburian 45 Tahun

diperlukan saja. Sehingga tak jarang pula adik dari H. Silaban ini ikut membantu dalam hal kebutuhan sehari-hari. Hal ini dilakukan oleh istrinya dengan alasan bahwa masih banyak hal yang harus dipikirkan untuk masa depan keluarga mereka dan juga untuk persediaan tabungan jika mereka mempunyai anak nantinya. Terkadang mereka masih bisa untuk menyisihkan uang untuk simpanan mereka karena belum adanya tanggungan mereka. Ia pun berangkat dari rumahnya menuju kota Siborongborong untuk menjual ombus-ombusnya dimulai dari pukul 08.30 -17.30 WIB dengan menggunakan sepeda anginnya milik ayahnya dahulu. Adik perempuannya pun berangkat bekerja pada pukul 08.00 WIB. Adik perempuannya juga mempunyai tingkat pendidikan yang sama dengan abangnya. Ia lalu berniat untuk melanjutkan pendidikannya sampai tingkat perguruan tinggi karena kondisi keuangan orang tuanya yang tidak mampu untuk membiayai pendidikan. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Medan untuk mencari pekerjaan sampingan sambil mengikuti les-les keterampilan, seperti menjahit dan les komputer. Dari hasil pekerjaannya selama di Medan, maka ia bisa membiayai kebutuhan hidup dan biaya untuk lesnya. Adiknya ini berusaha untuk hidup mandiri di kota Medan dengan alasan ia tidak mau membebani orang tuanya dengan segala biaya-biaya yang ia butuhkan selama ia di Medan.

4.3.10 D. Sianturi 37 Tahun

D. Sianturi memulai untuk menjadi pedagang ombus-ombus pada tahun 2005. Dengan begitu ia sudah 5 tahun menjual ombus-ombusnya. Sebelum ia tinggal di Siborongborong, ia tinggal di Sidikalang. Namun karena ada sesuatu hal, akhirnya ia dan orang tuanya memutuskan untuk pindah ke Siborongborong yaitu pada tahun 1992. Ia Universitas Sumatera Utara hanya menyelesaikan pendidikannya sampai pada tingkat SLTP saja karena orang tuanya yang tidak mempunyai biaya untuk dapat melanjutkan sekolahnya ke tingkat SLTA. Namun, ia pun mengerti dengan keadaan orang tuanya dan ia pun membantu orang tuanya yang bekerja sebagai petani dan juga sebagai peternak ayam. Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari orang tua dan 6 bersaudara ini hidup dalam keadaan yang sederhana. Orang tuanya juga pernah mengalami gagal panen sehingga keluarga mereka bingung untuk membeli kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam keluarganya. Jika mereka tidak mempunyai uang, mereka sudah cukup bersyukur meski hanya makan dengan ikan asin. Dengan keadaan yang seperti inilah, pak Sianturi ini berusaha untuk membantu keadaan ekonomi keluarganya dengan suatu harapan adik- adiknya bisa merasakan pendidikan sampai tingkat SLTA. Begitu juga dengan adik yang ke 2 yang juga memutuskan untuk berhenti sekolah karena ingin membantu abangnya untuk membantu keadaan ekonomi keluarga mereka. Dengan bantuan temannya, akhirnya pak Sianturi ini pun bisa mendapatkan pekerjaan menjadi buruh bangunan dan juga tukang becak mesin. Meskipun hasil yang ia terima tidak begitu banyak, ia pun memberikan hasil itu kepada ibunya untuk disimpan. Akhirnya ia pun pergi merantau bersama temannya ke Pekanbaru untuk mencari pekerjaan yang lain dan disanalah ia bertemu dengan pendamping hidupnya. Sejak ia menikah, ia masih bisa untuk membiayai kebutuhan hidupnya dan istrinya. Namun, semuanya itu tidak bertahan lama karena beliau memutuskan untuk kembali ke Siborongborong dengan alasan mereka memikirkan kemungkinan bertambahnya biaya jika mereka tetap berada di Pekanbaru ditambah lagi dengan biaya rumah kontrakan dan biaya untuk anak-anaknya suatu saat nanti. Universitas Sumatera Utara Dengan bantuan dari saudaranya yang dulunya bekerja sebagai pedagang ombus- ombus dulu, maka ia pun berniat untuk menjadi pedagang ombus-ombus. Saudaranya itu juga yang memberikan sepeda angin dan tempat untuk meletakkan ombus-ombus tersebut dan ia pun belajar dari saudaranya untuk membuat ombus-ombus. Orang tuanya pun memberikan 2 ekor ayam kepadanya untuk dipelihara sehingga hasil dari ternak ayamnya dapat membantu sedikit demi sedikt keuangan keluarganya. Jika mereka kekurangan uang, maka untuk kebutuhan makan mereka makan dengan menggunakan telur ayam atau meminjam ke warung untuk sementara ataupun meminjam kepada kerabattemannya. Meskipun saat ini keadaannya sama dengan sewaktu ia tinggal di Pekanbaru yaitu tempat tinggal keluarganya yang masih mengontrak rumah, namun ia mengatakan bahwa biaya hidup di kota dengan di Siborongborong berbeda. Di kota biaya hidup sangat mahal bukan hanya untuk tempat tinggal tetapi juga biaya makan dan lainnya. Jadi, saat ini beliau tinggal dengan istri dan 3 orang anaknya. Anak pertamanya saat ini baru masuk ke tingkat SLTP. Sementara anaknya yang ke 2 masih berada di tingkat SD.

4.3.11 S. Sianipar 50 Tahun