Pengertian Non Performing Financing NPF

40 2 Non Performing Financing Penyediaan Dana Bermasalah Net Keterangan: PPAP adalah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif sesuai ketentuan tentang PPAP yang berlaku bagi bank syariah.

b. Hubungan Non Performing Financing NPF Terhadap Pembiayaan

Resiko Kredit adalah risiko kerugian yang terkait dengan kemungkinan kegagalan pihak peminjam dana memenuhi kewajibannya atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya. Tingginya risiko kredit tecermin dari posisi rasio pembiayaan bermasalah yang sering dikenal sebagai Non-Performing Financing NPF Profil resiko pembiayaan suatu bank dapat dilihat dari resiko pembiayaan bermasalah Non Performing Financing. Semakin tinggi Non Performing Finacing NPF semakin tinggi pula resiko yang dihadapi bank. Variabel NPF mempunyai pengaruh yang signifikan negatif terhadap pembiayaan Artinya jika persentase NPF meningkat maka persentase pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah akan berkurang, dengan asumsi variabel lain tetap. Non Performing Loan NPL atau Non Performing Financing NPF pada perbankan syariah yang tinggi dapat mengakibatkan tidak bekerjanya fungsi intermediasi bank secara optimal karena mengurangi atau menurunkan perputaran Penyediaan Dana Bermasalah – PPAP NPF Net = Total Penyediaan Dana 41 dana bank, sehingga memperkecil kesempatan bank memperoleh pendapatan. Apabila dana di bank berkurang maka akan pula mengurangi pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada masyarakat Nasiruddin, 2005. Hasil penelitian Moch. Soedarto menyimpulkan bahwa pada taraf signifikansi 5 jumlah kredit non lancar berpengaruh negatif signifikan terhadap besarkecilnya pemberian kredit. Oleh karena itu semakin besar kredit non lancar maka jumlah kredit yang dapat disalurkan oleh Bank Syariah semakin kecil, begitu sebaliknya Soedarto,2004:64 Dalam penelitian Mohamad Hasanudin dan Prihatiningsih terhadap hubungan positif tetapi tidak signifikan antara variabel Non Performing Loan terhadap Penyaluran kredit BPR. Hal ini berarti berapapun tingkat non Performing Loan tidak akan mempengaruhi penyaluran kredit BPR Hasanudin prihatiningsih,2010:31.

7. Inflasi a. Pengertian Inflasi

Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barangkomoditas dan jasa selama satu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas. Definisi inflasi oleh para ekonom modern adalah kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan nilai unit penghitung moneter terhadap barangkomoditas dan jasa. Sebaliknya jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit penghitung moneter terhadap barangkomoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi deflation. 42 Inflasi diukur dengan tingkat inflasi rate of inflation yaitu tingkat perubahan dan tingkat harga secara umum. Persamaannya adalah sebagai berikut : Umumnya, otoritas yang bertanggung jawab dalam mencatat statistik perekonomian suatu Negara menggunakan consumer price index dan producer price index sebagai pengukur tingkat inflasi Karim,2010:136. Definisi inflasi banyak ragamnya seperti yang dapat kita temukan dalam literature ekonomi. Keanekaragaman pengertian inflasi tersebut terjadi karena luasnya pengaruh inflasi terhadap berbagai sektor perekonomian. Hubungan yang erat dan luas antara inflasi dan berbagai sektor perekonomian terebut melahirkan berbagai perbeaan pengertian dan presepsi kita tentang inflasi, demikian pula dalam memformulasikan kebijakan-kebijakan untuk solusinya. Namun, pada prinsipnya masih terdapat beberapa kesatuan panangan bahwa inflasi merupakan suatu fenomena dan dilemma ekonomi. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu Negara Khalwaty,2000:5. Ryan C. Amacher dan Holley H. Ulbrich dalam bukunya Principle of Microeconomic 1989:101-102 menjelaskan bahwa terjadinya inflasi merupakan akibat dari kenaikan tingkat harga di atas rata-rata yang berlaku umum yang dapat Tingkat harga t – tingkat harga t-1 Tingkat harga t-1 x 100 = Rate of Inflation 43 diukur dengan indeks harga barang-barang konsumsi dari tahun ke tahun, sebagaimana terlihat pada definisi inflasi yang dikemukakan sebagai berikut : Inflation arises in the general, or average, level of price. The measure of inflation is a price index. A price index measure changes in price level from year to year. The best known measure is the Consumer Price Index CPI. Consumer Price Inex is a measure of the year increase in the price level based on the cost of a representative market basket of consumer goods. Jadi inflasi merupakan suatu keadaan di mana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam yang berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama Khalwaty,2000:6.

b. Teori Inflasi

1 Teori Kuantitas Teori ini dikemukakan oleh Irving Fisher yang tergolong dalam ekonom klasik, teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum moneteris monetarist models. Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan ekspektasi masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi. Inti dari teori ini adalah sebagai berikut : a Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun giral. b Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh harapan ekspektasi masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang. 44 2 Keynesian Model Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang permintaan agregat melebihi jumlah barang-barang yang tersedia penawaran agregat, akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang penawaran agregat ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. 3 Mark-up Model Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara perubahan kedua komponen ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut : Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai suatu persentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus tersebut dapat dijabarkan menjadi : Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponen-komponen yang menyusun cost of production dan atau kenaikan pada profit margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual komoditi di pasar. Price = Cost + Profit Margin Price = Cost + a x Cost

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Non Performing Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah Di Indonesia

0 41 114

Analisi pengaruh dana pihak ketiga (DPK) dan non performing financing (NPF) terhadap pembiayaan yang disalurkan serta imlekasinya pada return on assets (ROA) di Bank Muamalat Indonesia

2 38 96

Analisis pengaruh inflasi srtifikat bank Indonesia Syariah (SBIS), non performing financing (NPF) dan dana pihak ketiga (DPK) terhadap pembiayaan murabahah pada bank Syariah di Indonesia (periode januari 2007--maret 2011)

6 43 157

pengaruh penyaluran pembiayaan mudharabah,pembiayaan musyarakah,pembiayaan murabahah,dan non performing financing (npf) terhadap kinerja bank pembiayaan rakyat syariah di Indonesia periode januari 2010-maret 2015

0 7 122

Pengaruh capital adequacy ratio (car), non performing financing (npf), danan pohak ketiga (dpk), sertifikat bank umum syariah (sbis) terhadap penyaluran pembiayaan bank umum syariah periode 2009-2015

0 8 116

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia periode 2010-2013

2 8 115

Pengaruh DPK, CAR, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Komposisi Pembiayaan Mudharabah (Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di Indonesia)

0 5 119

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2009 - 2014

2 18 138

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

5 20 120

Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Penyaluran Pembiayaan Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia

0 10 113