84
Tingkat Pembiayaan bermasalah pada bank pembiayaan rakyat dari tahun 2007 hingga tahun 2012 berada di atas batas normal NPF perbankan syariah yaitu 5
persen. Tingkat terendah pembiayaan bermasalah bank pembiayaan rakyat syariah ada pada bulan desember 2011 yaitu sebesar 6,11.
Bila kita cermati lebih dalam selama lima tahun terakhir, belum terlihat perbaikan yang signifikan karena rata-rata NPF bank pembiayaan rakyat syariah
masih di atas 5. Angka ini tentu saja telah melebihi aturan standar yang ditetapkan Bank Indonesia.Banyak faktor yang bisa menyebabkan tingginya NPF ini, baik itu
faktor internal perbankan, faktor internal nasabah, faktor eksternal, kegagalan bisnis, maupun ketidakmampuan manajemen. Hal ini sangat dimungkinkan karena begitu
mudahnya masyarakat memperoleh pembiayaan tanpa adanya aturan yang ketat oleh pihak BPR Syariah.
Disetiap kegiatan lembaga keuangan pasti akan ditemukan pembiayaan yang bermasalah. Non Performing Financing bukanlah suatu hal yang tidak boleh sama
sekali terjadi, setiap kegiatan ekonomi pasti mempunyai hambatan yang berujung pada bermasalahnya pengembalian pinjaman, karena kondisi nasabah dilapangan
sangat bervariasi. Berdasarkan pemaparan diatas, non performing financing bank pembiayaan
rakyat syariah di Indonesia mengalami fluktuasi yang cukup signifikan dapat dilihat pada gambar 4.3. Tingkat non performing financing berada di atas standar yang di
tetapkan Bank Indonesia sebesar 5 persen. Dengan kata lain tingkat pembiayaan
85
bermasalah pada bank pembiayaan rakyat syariah masih belum bisa terkontrol dengan baik.
4. Perkembangan Inflasi
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang selalu menarik untuk dibahas terutama mengenai dampaknya yang luas terhadap makro ekonomi agregat :
pertumbuhan ekonomi, keseimbangan eksternal, daya saing, tingkat bunga, dan bahkan distribusi pendapatan. Inflasi juga berperan dalam mempengaruhi mobilisasi
dana lewat lembaga keuangan formal seperti perbankan Nurul Huda,2008:175. Definisi inflasi banyak ragamnya seperti yang dapat kita temukan dalam
literature ekonomi. Keanekaragaman pengertian inflasi tersebut terjadi karena luasnya pengaruh inflasi terhadap berbagai sektor perekonomian. Hubungan yang
erat dan luas antara inflasi dan berbagai sektor perekonomian terebut melahirkan berbagai perbeaan pengertian dan presepsi kita tentang inflasi, demikian pula dalam
memformulasikan kebijakan-kebijakan untuk solusinya. Namun, pada prinsipnya masih terdapat beberapa kesatuan panangan bahwa inflasi merupakan suatu
fenomena dan dilemma ekonomi. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil
mata uang suatu Negara Khalwaty,2000:5.
86
Gambar 4.4 Perkembangan Inflasi
0.00 2.00
4.00 6.00
8.00 10.00
12.00 14.00
Fe b:
2007 Me
i: 2007
A ug:
2007 N
o v
:20 7
Fe b:
2008 Me
i: 2008
Aug: 2008
N o
v :20
8 Fe
b: 2009
Me i:
2009 Aug:
2009 N
o v
:20 9
Fe b:
2010 Me
i: 2010
A ug:
2010 N
o v
:20 1
Fe b:
2011 Me
i: 2011
Aug: 2011
N o
v :20
1 1
Fe b:
2012 Me
i: 2012
Aug: 2012
Berdasarkan tabel dan grafik diatas, Inflasi mengalami fluktuasi setiap bulan dan tahunya, seperti terlihat pada November 2007 laju inflasi sebesar 6.71. Dan
pada tahun 2008 tingkat inflasi menunjukan kenaikan yang cukup signifikan khususnya pada bulan November 2008 tingkat inflasi mencapai dua digit yaitu
sebesar 11.68, Hal ini mungkin dikarenakan krisis ekonomi global yang terjadi pada saat itu yang mengakibatkan tingginya tingkat inflasi di Indonesia. namun
sepanjang tahun 2009 tingkat inflasi cukup rendah rendah atau dibawah 4 dan ini merupakan tingkat inflasi terendah sejak 20 tahun terakhir sumber: BPS
Tekanan inflasi pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada November 2010 mengalami kenaikan
menjadi 6,33 dan pada Februari 2011 mengalami kenaikan kembali sebesar 6,84. Adanya isu pembatasan bahan bakar minyak bersubsidi dan naiknya harga-harga
Sumber : Bank Indonesia data diolah