Perumusan Masalah Tujuan Penelitian
13
dan usaha merupakan syarat mutlak agar suatu bidang usaha itu halal untuk dibiayai oleh perbankan Islam.
d Keempat, berkaitan dengan lingkungan kerja dan budaya perusahaan perbankan. Dalam hal etika, sifat shiddiq jujur, amanah dapat dipercaya, fathanah
cerdas dan tabligh komunikatif, ramah, keterbukaan harus melandasi setiap tindakan para pelaku perbankan Islam. Dengan demikian, perbankan Islam
adalah perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam. Prinsip ini menjadi landasan dan acuan dalam mengatur hubungan antara
perbankan dan pihak-pihak lain serta di dalam usaha menghimpun dan menyalurkan dana dan aktivitas perbankan syariah lainnya Rivai,
Arivin,2010:30-31.
Tabel. 2.1 Perbedaan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional
No. Perbedaan
Perbankan Syariah Perbankan Konvensional
1.
Falsafah Tidak berdasarkan atas bunga
riba, spekulasi maysir dan ketidakjelasan gharar
Berdasarkan bunga
2.
Operasionalisasi - Dana masyarakat DPK berupa
titipan wadiah dan investasi mudharabah yang baru akan
mendapatkan hasil jika diusahakan terlebih dahulu.
- Penyaluran dana financing pada usaha yang halal dan
menguntungkan - Dana masyarakat DPK berupa
titipan simpanan yang harus dibayar bunganya pada setiap saat jatuh
tempo, - Penyaluran dana pada sektor yang
menguntungkan, pada sisi pendanaan aspek halal dan haram
tidak dipertimbangkan
3.
Aspek Sosial Dinyatakan secara eksplisit dan
tegas yang tertuang dalam misi dan visi
Tidak diketahui secara tegas
3.
Organisasi Harus memiliki Dewan Pengawas
Syariah DPS Tidak memiliki Dewan Pengawas
Syariah DPS Sumber : IBI, 2002
14
Landasan Bank Islam atau Bank Syariah pada Firman Allah dalam surah Al-Baqarah 2 ayat 275 dan 278
– 279 :
Artinya : ”Orang-orang yang makan mengaambil riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata berpendapat, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba, maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum datang larangan; dan urusannya terserah kepada Allah. Orang kembali mengambil riba,
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya
”. QS.Al-Baqarah: 275 Menurut ayat di atas, riba itu ada dua macam : nasiah dan fadhl. Riba
nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang sejenis, tetapi lebih
banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba
yang dimaksud dalam ayat ini riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat arab zaman jahiliyah.