Uji Linieritas Uji Kointegrasi

93 Adanya indikasi hubungan keseimbangan dalam jangka panjang belumdapat digunakan sebagai bukti bahwa terdapat hubungan dalam jangka pendek. Sehingga untuk menentukan variabel mana yang menyebabkan parubahan padavariabel lain, dan untuk menyediakan shortrun dynamic adjustment guna menuju periode jangka panjang, maka dilakukan perhitungan ECM setelah melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.

5. Hasil Uji Asumsi Klasik

Suatu model dikatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai sifat-sifat tidak bias linier terbaik suatu penaksiran atau Best Linier Unbiased Estimator BLUE. Di samping itu suatu model dikatakan cukup baik dan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos dari serangkaian uji asumsi klasik yang melandasinya, pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi di dalam model penelitian. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Hasil Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan korelasi yang signifikan diantara dua atau lebih variabel independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi r antara variabel independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinieritas atau tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar variabel independen. Hasil 94 pengujian multikolinieritas menggunakan uji korelasi r dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas LNDPK NPF INFLASI LNDPK 1.000000 -0.834124 -0.460436 NPF -0.834124 1.000000 0.240965 INFLASI -0.460436 0.240965 1.000000 Adanya kolinearitas dalam suatu model merupakan hal yang sangat serius dan perlu segera dibenahi. Parameter yang terestimasi pada saat adanya kolinearitas menjadi tidak reliable.Dengan demikian, pada saat kita hendak menginterprestasikan parameter tersebut analisisnya menjadi kurang atau tidak akurat.Akan tetapi, model yang mengandung kolinearitas masih bermanfaat, jika model yang terestimasi hanya digunakan untuk membuat suatu ramalan forecast saja, asalkan R 2 masih cukup tinggi. Sebab untuk keperluan meramal, yang penting adalah menganalisis keseluruhan model dan tidak individual parameter Nachrowi dan Hardius Usman,2006. Dari tabel hasil analisis uji multikolinearitas dengan correlation matrix diatas terlihat bahwa koefisien korelasi ada yang diatas 0.8, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model terdapat masalah multikolinieritas. Meskipun terdapat multikolineritas, tetapi tidak mempengaruhi model secara signifikan hasil akhir estimasi tetap menunjukan hasil yang cukup bagus Agus Widarjono, 2005:111. Sumber : Eviews 6 data diolah 95 Ada beberapa alternatif dalam menghadapi masalah multikolinieritas, salah satunya dengan melakukan transformasikan salah satu atau beberapa variabel, termasuk misalnya dengan melakukan diferensi Winarno :2012:5.8 Tabel 4.6 Uji Multikolinieritas Setelah Differensiasi DLNDPK DNPF DINFLASI DLNDPK 1.000000 -0.063764 -0.018498 DNPF -0.063764 1.000000 -0.197251 DINFLASI -0.018498 -0.197251 1.000000 Setelah data variabel independen bebas di transformasikan dengan cara melakukan diferensi maka dapat dilihat koefisien korelasi setelah dilakukan uji multikolinieritas dengan correlation matrix lebih kecil 0,8, sehingga dapat disimpulkan bahwa model tidak terdapat masalah multikolinieritas.

b. Hasil Uji Autokorelasi

Untuk mendeteksi masalah autokorelasi digunakan uji Langrange Multiplier LM-test. Uji ini sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat pertama first order tetapi juga digunakan pada tingkat derajat. Jika probabilitas dari ObsR-square 0.05 Ho ditolak ada autokorelasi. Jika probabilitas dari ObsR-square 0.05 Ho diterima tidak ada autokorelasi. Uji autokerelasi juga bisa dilihat dari nilai probabilitas Chi-Square.Jika probabilitas Chi-Square lebih besar dari tingkat signifikan 5 maka tidak terdapa autokorelasi dan sebaliknya jika probabilitas Chi-Squared lebih kecil dari 5 maka terdapat autokorelasi. Sumber : Eviews 6 data diolah 96 Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.997475 Prob. F2,59 0.3749 ObsR-squared 2.256769 Prob. Chi-Square2 0.3236 Pada tabel hasil output diatas menunjukan bahwa nilai ObsR Squared LM mempunyai probabilitas sebesar 0.3236 dimana probabilitas lebih besa r dari nilai α sebesar 0.05 atau 5. Berarti probabilitas tersebut memberikan putusan untuk tidak dapat menolak hipotesis, yang artinya model ini terbebas dari permasalahan autokorelasi.

c. Hasil Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Dalam penelitian ini digunakan uji white untuk mengidentifikasi masalah heterokedastis ini, Dengan kesimpulan : Jika probabilita dari ObsR-square uji white 0.05 Ho ditolak ada Heterokedastisitas Jika probabilita dari ObsR-square uji white 0.05 Ho diterima tidak ada heterokedastisitas Adapun hasil uji white dengan bantuan software eviews 6 terlihat pada tabel dibawah ini menunjukan bahwa dalam model tidak mengandung heterokedastisitas. Sumber : Eviews 6 data diolah 97 Tabel 4.8 Hasil Uji Heterokedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1.911468 Prob. F35,33 0.0322 ObsR-squared 46.20752 Prob. Chi-Square35 0.0974 Scaled explained SS 43.55124 Prob. Chi-Square35 0.1521 Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.0974 yang lebih besar dari nilai α sebesar 0.05. karena nilai probabilitas Chi-Square lebih besar dari α =5 maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak ada masalah heterokedastisitas Agus Widarjono,2005.

6. Hasil Regresi Metode Error Correction Model ECM

Dengan ditemukannya fenomena hubungan jangka panjang antara variable- variabel yang digunakan dalam pengujian kointegrasi di atas, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pendekatan Error Correction Model ECM. Model koreksi kesalahan digunakan untuk melihat apakah ada atau tidaknya hubungan antar variable dalam jangka pendek. Error Correction Model merupakan salah satu pendekatan untuk menganalisis model time series yang digunakan untuk melihat adanya konsistensi hubungan jangka pendek dengan hubungan jangka panjang dari variable-variabel yang diuji. Berikut merupakan persamaan ECM yang digunakan dalang penelitian ini : DLNPBPRS t = β0 + β1 DLNDPK t + β2 DNPF t + β3 DINFLASI t + β4 LNDPK t- 1 + β5 NPF t-1 + β6 INFLASI t-1 + β7 ECT 4.1 Sumber : Eviews 6 data diolah

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Non Performing Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah Di Indonesia

0 41 114

Analisi pengaruh dana pihak ketiga (DPK) dan non performing financing (NPF) terhadap pembiayaan yang disalurkan serta imlekasinya pada return on assets (ROA) di Bank Muamalat Indonesia

2 38 96

Analisis pengaruh inflasi srtifikat bank Indonesia Syariah (SBIS), non performing financing (NPF) dan dana pihak ketiga (DPK) terhadap pembiayaan murabahah pada bank Syariah di Indonesia (periode januari 2007--maret 2011)

6 43 157

pengaruh penyaluran pembiayaan mudharabah,pembiayaan musyarakah,pembiayaan murabahah,dan non performing financing (npf) terhadap kinerja bank pembiayaan rakyat syariah di Indonesia periode januari 2010-maret 2015

0 7 122

Pengaruh capital adequacy ratio (car), non performing financing (npf), danan pohak ketiga (dpk), sertifikat bank umum syariah (sbis) terhadap penyaluran pembiayaan bank umum syariah periode 2009-2015

0 8 116

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia periode 2010-2013

2 8 115

Pengaruh DPK, CAR, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Komposisi Pembiayaan Mudharabah (Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di Indonesia)

0 5 119

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2009 - 2014

2 18 138

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

5 20 120

Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Penyaluran Pembiayaan Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia

0 10 113