Standar Kompetensi dan Tolak Ukur Keberhasilan

36 Suharsimi Arikunto 2004:1 evaluasi adalah “Kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan ”. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan Worten Sanders 1973: 19 mendefinisikan evaluasi sebagai “The determination of worth of a thing. It includes obtaining information for use in judging the worth of a program, product, procedure, or objective or the potential utility of alternative approaches designed to attain specified objectives”. Worten dan Sanders dalam hal ini menyatakan evaluasi merupakan kegiatan untuk menentukan nilai atau harga tentang sesuatu, termasuk mendapatkan informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produk, prosedur serta alternatif strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan Menurut Kirkpatric 1994: 20 “there are three reasons for evaluating programs. The most common reason is that evaluation can tell us how to improve future programs. The second reason is to determine whether a program should be continued or dropped. The third reason is to justify the existence of the training department. ” Kirkpatric menjelaskan bahwa ada tiga alasan untuk mengevaluasi program pelatihan. Alasan yang paling umum adalah bahwa evaluasi dapat memberitahu kita bagaimana untuk meningkatkan program di masa 37 mendatang. Alasan kedua adalah untuk menentukan apakah suatu program harus dilanjutkan atau dijatuhkan. Alasan ketiga adalah untuk membenarkan keberadaan departemen pelatihan. Menurut Stufflebeam 1985: 159 “evaluasi merupakan suatu proses untuk menggambarkan, mengumpulkan, dan menyajikan informasi deskriptif dan bersifat memutuskan kelayakan informasi tentang kewajaran tujuan, rancangan, implementasi dan dampak suatu program dalam rangka memberi masukan keputusan terhadap fenomena yang terjadi ”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto 2008:2 mendefinisikan evaluasi sebagai “suatu kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat d alam mengambil sebuah keputusan”. “Evaluasi program adalah “a systematic method for collecting, analyzing, and using information to answer basic questions about project, policies, and programs ”. Dalam hal ini mengungkapkan bahwa evaluasi program merupakan metode sistematis untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menggunakan evaluasi untuk menjawab pertanyaan dasar tentang proyek, kebijakan, dan program ” http:wikipedia.orgwikiProgram_Evaluation, diambil pada 12 juni 2013 pukul 20.00 WIB. Evaluasi program berkaitan dengan penentuan konsekuensi dan menilai keberhasilan atau kegagalan suatu program. Menurut Lester dan Stewart Winarno, 2004: 166 “... penilaian keberhasilan atau kegagalan suatu program didasarkan pada standar atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya”. Keberhasilan atau kegagalan program dapat diketahui dari tercapai tidaknya kriteria yang telah ditetapkan. Pengetahuan menyangkut sebab-sebab kegagalan suatu program dalam mencapai tujuan dapat 38 dijadikan pedoman untuk mengubah atau memperbaiki program dimasa mendatang. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang dampak suatu program terhadap peserta Paket B, serta menilai keberhasilan atau kegagalan dari pelaksanaan program tersebut.

2. Model evaluasi program

Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat. Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. Biasanya model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Ada beberapa ahli evaluasi program yang dikenal sebagai penemu model evaluasi program adalah Stufflebeam, Metfessel, Michael Seriven, Stake, dan Glaser. Kaufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu: a. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangka oleh Tyler. b. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven. c. Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Seriven. d. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake. e. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake. f. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan. g. CIPP Evaluation Model, yang dikembangkan oleh Stufflebeam h. Discrepancy Model, yang dikembangkan Oleh Provus Arikunto, 2010: 40-41.