Sanggar Kegiatan Belajar KAJIAN PUSTAKA

38 dijadikan pedoman untuk mengubah atau memperbaiki program dimasa mendatang. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang dampak suatu program terhadap peserta Paket B, serta menilai keberhasilan atau kegagalan dari pelaksanaan program tersebut.

2. Model evaluasi program

Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat. Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. Biasanya model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Ada beberapa ahli evaluasi program yang dikenal sebagai penemu model evaluasi program adalah Stufflebeam, Metfessel, Michael Seriven, Stake, dan Glaser. Kaufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu: a. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangka oleh Tyler. b. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven. c. Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Seriven. d. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake. e. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake. f. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan. g. CIPP Evaluation Model, yang dikembangkan oleh Stufflebeam h. Discrepancy Model, yang dikembangkan Oleh Provus Arikunto, 2010: 40-41. 39 a. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler “Goal Oriented Evaluation merupakan model yang muncul paling awal. Objek pengamatan dari model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus-menerus, memonitor seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana d alam proses pelaksanaan program” Arikunto, 2010: 41. Evaliasi model Goal Oriented menekankan pada seberapa jauh keterlaksanaan suatu program di dalam pelaksanaan suatu program. Evaluasi ini dilakukan secara berkesinamungan, terus menerus. Objek pengamatan dari model ini adalah tujuan dari program yang ditetapkan jauh sebelum program dimulai. b. Goal Free Evaluation Model Model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini dapat dikatakan berlawanan dengan model yang dikembangkan oleh Tyler. Jika dalam model yang dikembangkan oleh Tyler, evaluator terus-menerus memantau tujuan, yaitu sejak awal proses terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah dapat dicapai, dalam model ini justru menoleh dari tujuan. Menurut Scriven Arikunto, 2010: 41 menyatakan bahwa: “... Dalam melaksanakan evaluasi program evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program, yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal-hal positif hal yang diharapkan maupun hal- hal negatif yang seb enarnya tidak diharapkan”. Alasan mengapa tujuan program tidak perlu diperhatikan karena ada kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus.