Berkaitan dengan hal ini Nida Taber 1982:17 juga menyatakan bahwa: “Penerjemahan merupakan penuangan kembali makna kalimat ke dalam bahasa
sasaran dengan menggunakan padanan kata yang dirasakan paling berterima dan lazim dengan bahasa sumber agar hasil terjemahan tersebut sempurna, baik dari
aspek sintaksis, semantik, gaya bahasa dan pragmatik.” Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas dapat diketahui bahwa
penerjemahan adalah proses pemadanan makna kata, frasa, klausa atau kalimat dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan menggunakan gaya bahasa,
unsur sintaksis, dan pragmatik yang disampaikan secara natural, baik, benar dan berterima dalam bahasa sasaran.
2.2.2 Jenis-jenis penerjemahan
Jenis-jenis penerjemahan yang dikemukakan oleh Jakobson dalam Munday 2001:5: Penerjemahan terdiri atas 3 kategori yaitu: penerjemahan
intralingual, interlingual, dan intersemiotika. Penerjemahan intralingual adalah penerjemahan bahasa verbal yang diterjemahkan dengan bahasa verbal dalam
bahasa yang sama. Misalnya kata “observer” mengamati dalam bahasa Prancis kemudian diterjemahkan menjadi “regarder avec l’intention” masih dalam bahasa
yang sama yakni bahasa Prancis yang artinya menjadi melihat sesuatu dengan perhatian penuh. Penerjemahan jenis yang kedua yaitu penerjemahan interlingual
yang merupakan penerjemahan satu kata, frasa, kalimat atau teks dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran yakni antara dua atau lebih bahasa yang berbeda
misalnya kalimat:
Universitas Sumatera Utara
Tsu. : Tu fais pas chier à la décoration Pron. Verbe Adv. Verbe Inf. Pré Art. Nom
. Tsa1. : Lupakan dekorasi.
Tsa2. : “Forget the decoration.” Comme un Chef: 00:02:24,429 -- 00:02:27,922
Pada contoh di atas, teks sumbernya adalah bahasa Prancis yang kemudian diterjemahkan ke dalam dua bahasa sasaran yang berbeda yakni bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris. Contoh penerjemahan yang dicantumkan pada contoh di atas, merupakan jenis penerjemahan interlingual, yakni, teks yang berasal dari satu
bahasa sumber diterjemahkan ke dalam bahasa lain yang merupakan bahasa dari negara yang berbeda dengan negara asal bahasa sumbernya yang dalam hal ini
adalah negara Indonesia dan Inggris. Selanjutnya penerjemahan jenis yang ketiga adalah penerjemahan
intersemiotika yaitu penerjemahan yang berasal dari bahasa non-verbal seperti, warna, gambar, simbol, suara yang bukan berasal dari manusia, atau mimik dan
sebagainya. Misalnya: bunga mawar merah biasanya melambang tanda cinta, bendera merah, kuning atau putih biasanya melambangkan kematian. Suara
burung gagak biasanya melambangkan akan adanya berita kemalangan dsb. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa jenis
penerjemahan itu muncul karena tahapan bagaimana perwujudan proses penerjemahan itu direalisasikan, dan bukan hanya pada bahasa verbal saja tetapi
juga pada bahasa non-verbal. Hal ini karena pada hakekatnya bahasa itu bukan hanya yang diucapkan atau yang dituliskan tetapi juga yang disimbolkan melalui
gerak-gerik, bentuk, suara dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini selaras dengan pendapat Delatour et Jennepin 2000 : “La langue se divise en 4 grandes parties, la langue orale, langue écrite, langue gestuelle et
langue symbolique. Yang maksudnya adalah bahasa itu dibagi dalam 4 kategori yaitu bahasa lisan, tulisan bahasa tubuh dan bahasa simbol.
2.2.3 Prasyarat seorang Penerjemah