Total Asam Tertitrasi AOAC Official Method 940.15, 1995 Total Padatan Terlarut AOAC Official Method 932.12, 1995 Vitamin C Metode Oksidimetri Jacobs, 1958 Total Gula Luff Schoorl, SNI-01-2892-1992

39

4.5 Total Asam Tertitrasi AOAC Official Method 940.15, 1995

Sebanyak 10 ml sampel dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan ditepatkan sampai tanda tera dengan aquades. Diambil 50 ml sampel untuk dititrasi menggunakan NaOH 0.1 N dengan indikator phenophtalein 2-3 tetes. Standarisasi NaOH dilakukan dengan menggunakan KHP. TAT ml NaOH 0.1 N100 ml bahan= V x N x FP x 100 0.1 x W V = Volume NaOH yang digunakan ml N = Normalitas NaOH FP = Faktor Pengenceran W = Volume sampel ml

4.6 Total Padatan Terlarut AOAC Official Method 932.12, 1995

Refraktometer dibersihkan dulu bagian kacanya dengan cara meneteskan alkohol hingga merata dan melapnya dengan tisue hingga permukaan kaca refraktometer kering. Sebanyak 2-3 tetes sampel produk jadi diteteskan pada kaca bagian depan refraktometer dan dilakukan pembacaan skala. Kemudian bersihkan kembali sampel pada kaca dengan tisue dan lakukan prosedur awal untuk menghitung kembali TPT. Total padatan terlarut dinyatakan dalam o Brix.

4.7 Vitamin C Metode Oksidimetri Jacobs, 1958

Kandungan vitamin C ditentukan dengan cara titrasi iod. Sebanyak 30 gram sampel dilarutkan dengan aquades dalam labu takar 100 ml kemudian disaring. Diambil sebanyak 10 ml larutan sampel, ditetesi indikator pati 4-5 tetes, dan dititrasi menggunakan larutan iod 0.01N. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi biru. Kadar vitamin C dihitung dengan rumus : Vitamin C mg100 gram bahan = V x N x 0.88 x FP x 100 0.01 x W V = Volume iod yang digunakan ml N = Normalitas iod hasil standarisasi 40 FP = Faktor pengenceran W = Berat sampel gram

4.8 Total Gula Luff Schoorl, SNI-01-2892-1992

Timbang bahan 2.5-25 gram sampel, dipindahkan dalam labu takar 100 ml dan tambahkan 20 ml akuades, bubur AlOH 3 dan larutan Pb asetat. Penambahan bahan penjernih ini diberikan tetes demi tetes sampai penetesan reagensia tidak menimbulkan pengeruhan lagi, kemudian tambahkan aquades sampai tanda tera dan disaring. Filtrat ditampung dalam gelas piala. Tambahkan Na 2 CO 3 anhidrat atau KNa oksalat anhidrat atau Na fosfat secukupnya untuk menghilangkan kelebihan Pb. Diambil 50 ml filtrtat bebas Pb, masukkan ke dalam erlenmeyer, tambahkan 25 ml aquades dan 10 ml HCl 30. Panaskan di atas penangas air pada suhu 67-70 o C selama 10 menit lalu dinginkan secepatnya sampai suhu 20 o C. Netralkan dengan NaOH 45, kemudian diencerkan sampai volume tertentu sehingga 25 ml air mengandung 15-60 mg gula pereduksi. Sebanyak 25 ml larutan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 25 ml larutan Luff Schrool. Blanko dibuat dari 25 ml larutan Luff Schrool ditambah 25 ml akuades. Kemudian erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin balik lalu dididihkan usahakan 2 menit sudah mendidih. Pendidihan pertahankan 10 menit lalu didinginkan dan tambahkan 15 ml KI 20 dan 25 ml H 2 SO 4 26.5. Yodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan Na thiosulfat 0.1 N menggunakan indikator pati 2-3 ml. Penetapan berat glukosa dilakukan dengan membandingkan volume Na-thiosulfat yang diperlukan dengan tabel Luff Schrool. Kadar Gula = bobot glukosa x FP x 100 bobot sampel 41

4.9 Endapan