Pengukuran Distribusi Panas Pengukuran Penetrasi Panas

29 dengan nilai +b positif dari 0 – 70 untuk kuning dan nilai –b negatif dari 0 – -70 untuk warna biru.

2. Uji Distribusi dan Penetrasi Panas untuk Menentukan Kecukupan

Panas Setelah diperoleh satu formulasi terbaik dari uji organoleptik maka dilakukan uji distribusi dan penetrasi panas untuk menentukan kecukupan panas pada sampel dengan formulasi terpilih tersebut. Sumber pemanas yang digunakan adalah kompor gas Hitachi dengan nyala api terbesar diameter nyala api = 9 cm. Wadah pemanasan yang digunakan adalah panci stainless steel dengan diameter = 33 cm dan tinggi = 20 cm. Media pemanas yang digunakan adalah air keran atau air putih biasa yang diisikan ke dalam wadah sebanyak 10 liter.

2.1 Pengukuran Distribusi Panas

Distribusi panas adalah penyebaran panas yang terjadi selama proses panas di dalam alat pemanas. Uji distribusi panas dilakukan untuk menentukan titik mana pada alat yang memiliki kecepatan peningkatan suhu paling rendah coldest point. Coldest point selanjutnya akan menjadi acuan tempat untuk uji penetrasi panas. Dengan diketahuinya coldest point diharapkan dapat diperoleh waktu pasteurisasi yang memberikan kecukupan panas sebesar 5D pada titik yang paling lambat menerima panas. Terpenuhinya kecukupan panas di titik terdingin dapat menjamin bahwa pada titik yang lain proses kecukupan panas sudah tercapai dan pangan yang diproses telah aman untuk dikonsumsi. Uji distribusi panas dilakukan dengan menempatkan 5 termokopel pada 5 titik berbeda dalam panci pemanas. Posisi termokopel dapat dilihat pada Gambar 5. 30 Gambar 5. Posisi termokopel dalam wadah pemanas Pengukuran distribusi panas dilakukan dua ulangan. Pertama- tama media pemanas dipanaskan hingga mencapai suhu 75 o C. Lalu 35 cup sampel dimasukkan ke dalam media pemanas. Saat sampel dimasukkan suhu akan mengalami penurunan. Pengukuran distribusi panas dimulai saat sampel selesai dimasukkan dan diakhiri ketika termokopel kembali menunjukkan suhu pasteurisasi yaitu 75 o C atau 167 o F.

2.2 Pengukuran Penetrasi Panas

Setelah dilakukan uji distribusi panas dan diketahui titik terdingin pada pasteurizer, selanjutnya dilakukan uji penetrasi panas yang bertujuan untuk mengetahui titik terdingin pada cup-cup yang berada pada keranjang. Karakteristik penetrasi panas menggambarkan laju penetrasi panas ke dalam kemasan dan bahan di dalamnya selama proses pemanasan dan pendinginan. Laju penetrasi panas terhadap produk harus dilakukan dengan percobaan, yaitu dengan menentukan profil hubungan suhu dan waktu selama proses termal sehingga diperoleh nilai sterilisasi F pada kondisi proses. Proses termal yang berjalan di industri besar ataupun kecil tidak berlangsung pada suhu yang konstan. Oleh karena itu nilai Fo tidak didasarkan pada perhitungan Fo pada suhu konstan tetapi harus dihitung berdasarkan total panas yang diterima mikroba selama proses Tc1 Tc3 Tc2 Tc4 Tc5 Sumber panas 31 pemanasan. Pada prinsipnya proses pemanasan pada suhu tertentu memiliki efek pembunuhan mikroba yang biasanya dinyatakan dengan nilai letalitas L. Untuk menghitung nilai sterilitas selama proses maka perlu diketahui profil pindah panas dari medium pemanas ke dalam bahan, yaitu dengan melakukan pengukuran penetrasi panas. Penempatan probe dalam cup dilakukan secara berbeda-beda, tergantung bagian terdingin dari produk yang akan dipasteurisasi. Menurut Winarno 1994 letak titik terdingin dalam kemasan tergantung pada jenis perambatan panasnya, apakah secara konduksi atau konveksi. Produk yang berbentuk padat atau sangat sedikit mengandung air bebas, perambatan panasnya terjadi secara konduksi. Dalam proses pindah panas konduksi, panas akan merambat dari dinding kemasan ke pusat kemasan dari segala arah, dengan demikian pusat terdinginnya akan berada di pusat kemasan. Produk yang berbentuk cair seperti sari buah, perambatan panasnya terjadi secara konveksi. Proses pindah panas secara konveksi dimulai dari pindah panas secara konduksi saat menembus dinding kemasan dan mengenai cairan di bagian dinding kemasan. Hal ini menyebabkan suhu cairan pada dinding kaleng meningkat dan densitasnya menurun sehingga cairan akan bergerak ke atas. Pada saat cairan ini menyentuh cairan di bagian headspace, cairan ini akan bergerak ke bagian pusat kemasan. Sementara itu cairan yang lebih dingin akan bergerak menggantikan daerah di bagian dinding kemasan. Titik terdingin untuk produk pangan berberntuk cair yang mengalami pindah panas secara konveksi akan berada di titik tengah di 13 ketinggian kemasan bagian bawah. Wadah dan media yang digunakan mempengaruhi tata letak penempatan sampel di dalam wadah tersebut. Hal ini juga mempengaruhi perambatan panas yang terjadi di dalam cup dan menentukan titik terdinginnya. Maka dari itu diuji beberapa posisi cup seprti terlihat pada Gambar 6 sehingga diperoleh posisi yang menunjukkan perambatan panas paling lambat atau diperoleh titik 32 terdinginnya. Pengukuran perambatan panas pada ke-9 titik tersebut dilakukan dua ulangan. Gambar 6. Posisi termokopel dalam kemasan cup

2.3 Perhitungan Kecukupan Proses Pasteurisasi Nilai Fo