Definisi dan Konsep Kawasan

spasial dan merekomendasikan dua tipe wilayah: 1 wilayah formal, merupakan tempat-tempat yang memiliki kesamaan-kesamaan karakteristik, dan 2 wilayah fungsional atau nodal, merupakan konsep wilayah dengan menekankan kesamaan keterkaitan antar komponen atau lokasitempat. Pusat wilayah berfungsi sebagai: 1 tempat terkonsentrasinya penduduk pemukiman; 2 pusat pelayanan terhadap daerah hinterland; 3 pasar bagi komoditas-komoditas pertanian maupun industri; dan 4 lokasi pemusatan industri manufaktur manufactory yakni kegiatan mengorganisasikan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan suatu output tertentu. Hinterland berfungsi sebagai: 1 pemasok produsen bahan-bahan mentah dan atau bahan baku; 2 pemasok tenaga kerja melalui proses urbanisasi dan commuting menglaju; 3 daerah pemasaran barang dan jasa industri manufaktur; dan 4 penjaga keseimbangan ekologis. Perkembangan suatu pusat sangat tergantung pada perkembangan daerah belakang atau sebaliknya. Pusat wilayah menjadi pusat kegiatan masyarakat yang terbentuk sebagai kawasan yang paling dinamis, merupakan denyut nadi perkembangan suatu wilayah. Ia memiliki kecenderungan untuk menjadi besar dan berkembang dengan dukungan wilayah sekitarnya atau hinterland-nya. Berbagai fasilitas dan lapangan kerja yang lebih bervariasi membuat suatu wilayah sebagai tempat yang menarik bagi masyarakat di luar kawasan. Menurut Sutomo 2008 menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya pusat-pusat wilayah adalah: • Faktor Lokasi Ekonomi. Letak wilayah yang strategis menyebabkan suatu wilayah dapat menjadi suatu pusat. • Faktor Ketersediaan Sumber Daya. Ketersediaan sumber daya alam pada suatu wilayah akan menyebabkan wilayah tersebut menjadi pusat. • Kekuatan Aglomerasi. Kekuatan aglomerasi terjadi karena ada sesuatu yang mendorong kegiatan ekonomi sejenis untuk mengelompok pada suatu lokasi karena adanya sesuatu keuntungan. Selanjutnya akan menyebabkan timbulnya pusat-pusat wilayah. • Faktor Investasi Pemerintah. Pusat wilayah mempunyai hirarki. Hirarki dari suatu pusat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: • Jumlah penduduk yang bermukim pada pusat tersebut; • Jumlah fasilitas pelayanan umum yang tersedia; dan • Jumlah jenis fasilitas pelayanan umum yang tersedia. Tujuan identifikasi pusat pelayanan menurut Rustiadi et al. 2009 adalah: 1 mengidentifikasi pusat pusat pelayanan dan daerah pelayanan pada tingkat yang berbeda; 2 penentuan dan fasilitas infrastruktur pokok untuk memuaskan kebutuhan beragam sektor dan penduduk; dan 3 pengintegrasian atau pengelompokan pelayanan pada tingkat yang berbeda dan penentuan dan keterkaitan atau jaringan jalan untuk mengembangkan aksesibilitas dan efisiensi.

2.5 Konsep Transmigrasi dan Kota Terpadu Mandiri

Pembangunan transmigrasi merupakan upaya penyebaran penduduk dari satu daerah ke daerah lainnya, yang ditujukan antara lain untuk mendukung pembangunan daerah dan sekaligus memperluas lapangan kerja, memperbaiki taraf hidup rakyat serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Usaha tersebut dilakukan karena penyebaran penduduk yang kurang seimbang, khususnya bilamana dikaitkan dengan penyebaran potensi sumberdaya alam. Tujuan pembangunan transmigrasi antara lain adalah membangun permukiman baru yang mampu tumbuh dan berkembang secara mandiri dan berkelanjutan, sehingga menjadi pusat produksi, pusat pertumbuhan dan pusat pemerintahan. Tujuan tersebut harus dicapai dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian, agar masyarakat dapat mencapai kesejahteraan dalam waktu yang telah ditentukan, namun juga tetap mempertimbangkan keberlanjutan penggunaan sumberdaya. Dengan demikian penanganan pembinaan masyarakat transmigrasi mencakup aspek bio-fisik lingkungan maupun sosial budaya dan kelembagaan. Widiatmaka et al. 2010 menyatakan bahwa tahap awal pembangunan di lokasi transmigrasi merupakan tahap inisiasi, pembentukan dan pembangunan awal. Tahap awal, telah dilakukan berbagai kegiatan seperti berbagai persiapan pencadangan lokasi, studi RTSP, RKSKP, penempatan, pembentukan UPT, sampai transmigran dapat hidup di atas lahan yang tadinya berupa hutan atau penggunaan non-budidaya lain. Selanjutnya, berbagai dinamika pembangunan di lokasi berlangsung. Semua hal tersebut diarahkan agar kehidupan transmigran dapat berlangsung secara sustainable. Pusdatintrans 2004 dalam Widiatmaka et al. 2009 menyatakan bahwa program transmigrasi telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembangunan bangsa dan negara. Hal tersebut terbukti dari kenyataan bahwa transmigrasi telah mendorong tumbuh dan berkembangnya berbagai peluang usaha dan peluang kerja. Program transmigrasi telah berhasil mengembangkan sekitar 3.000-an Unit Pemukiman Transmigrasi UPT dengan berbagai infrastrukturnya, 945 UPT diantaranya telah berkembang menjadi desa baru. Desa-desa baru tersebut sekarang dihuni oleh kurang lebih 12 juta jiwa dan telah tumbuh mendorong terbentuknya kecamatan dan kabupaten baru. Dari data yang ada, eks-UPT yang telah mendorong perkembangan daerah menjadi pusat pemerintahan adalah sebanyak 235 kecamatan dan 66 kabupaten. Terkait konteks pengembangan kawasan transmigrasi, sekitar tahun 2000- an telah berkembang konsep pengembangan wilayah berbasis kawasan transmigrasi, yaitu Kota Terpadu Mandiri KTM. Definisi KTM menurut Depnakertrans 2010 adalah kawasan yang pertumbuhannya dirancang untuk menjadi pusat pertumbuhan melalui pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan yang mempunyai fungsi sebagai: i pusat kegiatan pertanian berupa pengolahan barang pertanian jadi dan setengah jadi serta kegiatan agribisnis; ii Pusat pelayanan agroindustri khusus special agroindustry services, dan pemuliaan tanaman unggul; iii Pusat pendidikan, pelatihan di sektor pertanian, industri dan jasa; dan iv Pusat perdagangan wilayah yang ditandai dengan adanya pasar- pasar grosir dan pergudangan komoditas sejenis.

2.6 Perencanaan Kawasan Berbasis Komoditas Unggulan

Komoditas unggulan merupakan komoditas yang memiliki nilai strategis berdasarkan pertimbangan fisik kondisi tanah dan iklim maupun sosial ekonomi dan kelembagaan penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur, kondisi sosial budaya untuk dikembangkan di suatu wilayah. Keberadaan komoditas unggulan pada suatu daerah dapat memudahkan upaya pengembangan agribisnis. Hanya saja, persepsi dan memposisikan kriteria serta