Iklim Kondisi Geobiofisik Lokasi Penelitian

unggulan desa. Tanaman yang dianalisis tersebut dibagi menjadi 2 dua, yaitu: tanaman semusim padi dan jagung dan tanaman tahunan kelapa sawit dan karet. Untuk tanaman semusim dihitung nilai Gross Margin GM dan ratio BC. Pada tanaman tahunan kelapa sawit dan karet dilakukan penilaian ekonomi yang lebih lengkap, yaitu menghitung nilai Gross Margin GM, ratio BC, Internal Rate of Return IRR , dan Net Present Value NPV. Gambar 14. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah Berdasarkan analisis ekonomi, diketahui bahwa berdasarkan kesesuaian lahannya nilai Gross Margin GM terbesar adalah kelapa sawit pada lahan S2, yaitu Rp. 7.288.733,33,-hatahun dan selanjutnya adalah karet pada lahan S2 Rp. 6.751.000,00hatahun. Selanjutnya parameter ekonomi lainnya yang dilakukan perhitungan adalah nilai Ratio BC. Nilai Ratio BC semakin besar, maka kelayakan komoditas tersebut diusahakan di lokasi penelitian semakin tinggi. Ratio BC terbesar adalah 3,42 pada komoditas kelapa sawit pada kelas kesesuaian S2. Nilai ratio BC sebesar 3,42 berarti bahwa setiap penanaman modal satu satuan akan memperoleh penerimaan sebesar 3,42 kali dari modal awal. Gambar 15. Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Karet dan Kelapa Sawit Pada komoditas karet dan kelapa sawit dilakukan penghitungan nilai IRR dan NPV. Diantara kedua komoditas tersebut nilai IRR yang lebih besar daripada bunga saat itu sebesar 15 , maka disimpulkan layak untuk diusahakan. Berdasarkan perhitungan IRR pada kedua komoditas tersebut, hampir keseluruhan lebih besar dari 15 , kecuali komoditas kelapa sawit pada kelas kesesuaian N IRR = 6,59. Nilai NPV merupakan salah satu analisis yang dilakukan dalam perhitungan kelayakan ekonomi komoditas pada penelitian ini. Nilai NPV yang bernilai positif + menunjukkan bahwa komoditas tersebut sesuai untuk diusahakan di lokasi penelitian, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa hampir seluruhnya bernilai positif, kecuali komoditas karet pada lahan N -8.351.619,97. Hasil selengkapnya perhitungan ekonomi yang dilakukan disajikan pada Tabel 17. 5.1.3. Penentuan Komoditas Unggulan Komoditas unggulan ditentukan melalui Indexs komoditas unggulan dengan menggunakan data beberapa hasil analisis yang telah dilakukan, diantaranya adalah hasil analisis kesesuaian lahan, analisis ekonomi, analisis Location Quotient LQ, Shift Share Analysis SSA, dan aspek jarak satuan km aksesibilitas tempat produksi ke lokasi pemasaran. Tidak seluruh hasil analisis tersebut digunakan, namun dipilih data hasil analisis yang dianggap tepat mewakili masing-masing parameter analisis tersebut. Rumus matematis yang dinukan dalam menentukan komoditas unggulan ini disajikan pada persamaan 7, 8, dan 9. Tabel 17. Nilai Komponen GM, Ratio BC, IRR, dan NPV Komoditas Tanaman Kelas Kesesuaian Lahan Gross Margin Rphatahun Ratio BC Internal Rate of Return IRR Net Present Value NPV Padi Sawah S3 6.222.241,00 1,69 - - Jagung S3 528.098,00 1,00 - - N -1.851.902,00 0,42 - - Karet S2 6.751.000,00 1,78 25,22 14.722.911,78 S3 4.617.666,67 1,34 15,08 6.332.172,96 N 884.333,33 0,56 - -8.351.619,97 Kelapa Sawit S2 7.288.733,33 3,42 47,28 26.954.070,75 S3 5.077.133,33 2,57 42,37 17.432.163,14 N 1.206.833,33 1,07 6,59 768.824,82 Data hasil analisis yang digunakan adalah nilai aspek kesesuaian lahan yang diperoleh dari luas lahan kelas kesesuaian S1 sampai S3 dengan satuan hektar. Aspek ekonomi diperoleh dari indeks proporsi yang diperoleh melalui pengalian nilai Gross Margin GM dengan luas lahan yang sesuai berdasarkan kelas kesesuaiannya dengan satuan Rphatahun. Aspek keunggulan komparatif dan kompetitif diperoleh dari hasil analisis LQ dan SSA. Aspek aksesibilitas diperoleh dari hasil penghitungan jarak lokasi produksi ke lokasi pemasaran dengan satuan kilometer km. Perhitungan aksesibilitas ini dihitung dari pusat desa ke lokasi pemasaran. Pusat desa dalam hal ini adalah pusat pemerintahan yang umumnya dicirikan adanya kantor dan balai desa. Lokasi pemasaran masing-masing komoditas berbeda-beda, diantaranya adalah lokasi pemasaran padi berbeda dengan jagung, kelapa sawit ataupun karet. Hasil panen padi umumnya dibawa ke Rawa Ipil yang masuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Rawapitu Selatan. Lokasinya dapat ditempuh melalui jalur darat dan sungai. Jalur darat dapat melalui Simpang Mesir ke arah utara. Sementara itu, untuk hasil panen jagung, dibawa ke Unit II