Pewilayahan Komoditas Unggulan Pewilayahan Komoditas Unggulan

sesuai dengan realitas yang berkembang saat ini, isu konversi lahan produktif menjadi lahan-lahan perkebunan menjadi hal yang umum terjadi. Melihat kondisi tersebut maka rekomendasi lahan ini menjadi kurang tepat untuk digunakan, akan tetapi dengan diberlakukannya undang-undang tentang ketahanan pangan, perlindungan lahan pertanian pangan abadi, rekomendasi penggunaan lahan berbasis kelestarian lingkungan seperti pada penelitian ini di rasa masih cukup relevan untuk digunakan. Konversi lahan sawah menjadi perkebunan, pada saat penelitian ini dilakukan belum banyak terjadi di lokasi penelitian. Secara umum, masyarakat setempat masih berkeyakinan untuk tetap menanam padi, namun demikian dengan semakin banyaknya tekanan dari luar, khususnya oleh perusahaan-perusahaaan perkebunan besar yang memiliki banyak modal, dikawatirkan dapat merubah pandangan masyarakat setempat. Ketertarikan mendapatkan keuntungan yang lebih besar, menyebabkan masyarakat dapat berubah fikiran, karena kebutuhan hidup keluarga terus bertambah seiring berjalannya waktu. Kondisi ini sudah banyak dibicarakan dan dimusyawarahkan masyarakat. Menyikapi kondisi ini, masyarakat sudah memiliki gagasan untuk mengantisipasinya, salah satunya adalah penarikan retribusi dan pembatasan truk-truk penampung hasil karet dan kelapa sawit masuk ke dalam wilayah Kecamatan Rawa Pitu. Sehingga masyarakat yang mengusahakan karetkelapa sawit harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mengangkut hasil panen ke tempat-tempat yang diijinkan truk penampung mengangkutnya, sehingga secara otomatis dapat mengurangi keuntungan petani karetkelapa sawit. Aturan ini secara umum disebut insentif dan disinsentif. Selain bertujuan membatasimenekan masyarakat untuk mengusahakan tanaman perkebunan, dapat juga berfungsi melindungi jalan agar tidak cepat rusak, karena jalan yang sering dilalui oleh kendaraan-kendaraan yang bermuatan berat tentunya cenderung akan cepat rusak dibandingkan dilalui oleh kendaraan-kendaraan yang lebih kecil. Sementara itu, tujuan jangka panjangnya diharapkan dapat menekan terjadinya konversi lahan. Kerusakan jalan yang saat ini terjadi di lokasi penelitian, salah satunya disebabkan oleh faktor diatas. Tabel 23. Rekomendasi Penggunaan Lahan di Wilayah Penelitian No Tutupan Lahan Eksisting Hasil Interpretasi Citra Kelas Kesesuaian Lahan Rekomendasi Penggunaan Lahan Luas Jagung Padi Sawah Karet Kelapa Sawit ha 1 Awan S3-nr S3-nr S2-nroa S2-nroa Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit atau Karet 27,01 0,13 2 Belukar N-oa S3-nrrc N-oa N-oa Tanaman Pangan Lahan Basah Padi 371,55 1,77 3 Belukar S3-nr S3-nr S2-nroa S2-nroa Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit atau Karet 969,28 4,63 4 Hutan S3-nr S3-nr S2-nroa S2-nroa Hutan Kawasan Konservasi 3.049,30 14,55 5 Hutan RawaNipah S3-rc S3-rc S3-rc S3-rc Hutan RawaNipah Kawasan Konservasi 2.590,01 12,36 6 Kebun Campuran N-oa S3-nrrc N-oa N-oa Tanaman Pangan Lahan Basah Padi 2,67 0,01 7 Kebun Campuran S3-rc S3-rc S3-rc S3-rc Tanaman Pangan Lahan Kering Jagung 0,36 0,00 8 Kebun Campuran S3-nr S3-nr S2-nroa S2-nroa Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit atau Karet 8,92 0,04 9 Kelapa Sawit N-oa S3-nrrc N-oa N-oa Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit atau Karet 435,37 2,08 10 Pemukiman S3-nr S3-nr S2-nroa S2-nroa Pemukiman 228,54 1,09 11 Pertanian Lahan Kering S3-nroa S3-nr S3-nroa S3-nroa Tanaman Pangan Lahan Kering Jagung 4.582,35 21,87 12 Rawa S3-nroa S3-nr S3-nroa S3-nroa Rawa Kawasan Konservasi 851,10 4,06 13 Sawah Bera S3-nrrc S3-nrrc S3-nrrc S3-nrrc Tanaman Pangan Lahan Basah Padi 1.628,50 7,77 14 Sawah Berair S3-nr S3-nr S2-nroa S2-nroa Tanaman Pangan Lahan Basah Padi 4.884,98 23,31 15 Tanah Terbuka N-oa S3-nrrc N-oa N-oa Tanaman Pangan Lahan Basah Padi 55,31 0,26 16 Tanah Terbuka S3-nroa S3-nr S3-nroa S3-nroa Tanaman Pangan Lahan Basah Padi 258,05 1,23 17 Tanah Terbuka S3-nr S3-nr S2-nroa S2-nroa Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit atau Karet 735,95 3,51 18 Tubuh Air N-oa S3-nrrc N-oa N-oa Tubuh Air Kawasan Konservasi 273,13 1,30 Jumlah 20.952,37 100,00 Sumber : Hasil analisis, 2010 72 Gambar 20. Rekomendasi Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian 73

5.4. Pengembangan Kelembagaan Pertanian Yang Efektif

5.4.1. Dinamika Kelembagaan

Masyarakat Terdapat kaitan yang erat antara kelembagaan dan demografi. Faktor demografi mempengaruhi kelembagaan masyarakat. Selanjutnya, perlu diketahui jumlah penduduk di lokasi penelitian sebanyak 21.622 jiwa. Sementara itu, jumlah penduduk yang berusia produktif 16-60 tahun 14.601 jiwa atau sebesar 68 dari total jumlah penduduk. Kondisi ini mempengaruhi aktifitas masyarakat di lokasi penelitian. Jumlah penduduk produktif selengkapnya disajikan pada Tabel 24. Sebagian besar matapencaharian masyarakat di Kecamatan Rawa Pitu didominasi sebagai petani. Masyarakat di lokasi penelitian terdiri dari berbagai suku, karena melihat latar belakang warganya yang berasal dari program transmigrasi dari berbagai daerah, baik suku Jawa, Sunda, Lampung lokal, dan Bali. Tabel 24. Jumlah Penduduk Produktif No Wilayah Perencanaan desa Jumlah Penduduk jiwa Penduduk 16-60 tahun jiwa Persentase Penduduk Produktif 1 Sumber Agung 2.641 1.562 59 2 Batanghari 1.798 1.292 72 3 Panggung Mulyo 1.410 1.004 71 4 Andalas Cermin 4.231 2.958 70 5 Duta Yoso Mulyo 1.851 1.306 71 6 Gedung Jaya 3.959 2.642 67 7 Rawa Ragil 2.988 1.985 66 8 Bumi Sari 1.423 934 66 9 Mulyo Dadi 1.321 918 69 Jumlah 21.622 14.601 68 Sumber : BPS, 2009b. Data kelembagaan yang digunakan untuk menilai dinamika kelembagaan dibagi menjadi 5 lima jenis data, yaitu jumlah kelompok tani, anggota kelompok tani, koperasi, pasar dan tokokioswarung. Data ini diperoleh dari hasil observasi lapang ke masing-masing desa. Berdasarkan data tersebut, selanjutnya dilakukan penilaian dinamika kelembagaan di lokasi penelitian berdasarkan jumlah kelembagaan sosial dan ekonomi di masing-masing desa. Penilaian dinamika kelembagaan ini sebenarnya kurang tepat apabila hanya dinilai berdasarkan jumlah lembaga lokal yang ada di masing-masing desa, namun diperlukan juga data aktifitas, rutinitas, dan kegiatan masing-maasing lembaga. Dinamika kelembagaan dalam penelitian ini hanya digunakan sebagai informasi tambahan dan pendukung data guna menentukan kelembagaan pertanian yang efektif. Namun demikian, dapat dijelaskan bahwa terdapat beberapa data kelembagaan lainnya yang telah dikumpulkan saat survei lapang kedua, namun data tersebut menunjukkan kelembagaan pada saat belum terjadi pemekaran wilayah desa tahun 2007, masih berjumlah 7 tujuh desa, sehingga data ini tidak diikutsertakan dalam penentuan dinamika kelembagaan. Jenis kelembagaan tersebut antara lain : jumlah kelompok gotong royong arisan, kerja bakti, lansia, keagamaan dan sebagainya, jumlah kelompok PKK, Dasa Wisma, dan lain sebagainya. Penilaian dinamika kelembagaan desa ini dilakukan dengan cara indexs kelembagaan.Langkah pertama adalah menormalisasikan data jumlah kelembagaan sehingga diperoleh data baru yang berupa besaran indexs, dan apabila dijumlahkan nilainya 1,00. Hal ini dilakukan untuk semua jenis data, dengan asumsi setiap jenis kelembagaan memiliki tingkat kepentingan yang sama. Berdasarkan data tersebut dibuat skala kriteria dinamika kelembagaan Tabel 3 sehingga diperoleh satuan dinamika kelembagaan berupa: dinamis, sedang, dan kurang dinamis. Hasil analisis dinamika kelembagaan di tingkat desa selengkapnya disajikan pada Tabel 25. Berdasarkan penilaian sederhana ini diketahui desa yang memiliki kelembagaan yang dinamis adalah Desa Sumber Agung, Batanghari, dan Gedung Jaya, sedangkan yang tergolong sedang adalah di Desa Andalas Cermin, Duta Yoso Mulyo, dan Rawa Ragil. Sementara itu, kondisi kelembagaan yang tergolong kurang dinamis adalah di Desa Panggung Mulyo, Bumi Sari dan Mulyo Dadi. Kondisi kelembagaan yang kurang dinamis ini disebabkan karena desa tersebut merupakan desa pemekaran, sehingga aktifitas kelembagaan sebagian masih menginduk di desa utama sebelum pemekaran.

5.4.2. Kelembagaan Pemasaran Komoditas Unggulan

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan kawasan adalah interaksi wilayah, baik di dalam kawasan maupun antar wilayah di luar kawasan. Interaksi wilayah ini salah satunya didorong melalui perdagangan, baik