Basis Aktifitas Komoditas di Kecamatan Rawa Pitu

diantaranya adalah hasil analisis kesesuaian lahan, analisis ekonomi, analisis Location Quotient LQ, Shift Share Analysis SSA, dan aspek jarak satuan km aksesibilitas tempat produksi ke lokasi pemasaran. Tidak seluruh hasil analisis tersebut digunakan, namun dipilih data hasil analisis yang dianggap tepat mewakili masing-masing parameter analisis tersebut. Rumus matematis yang dinukan dalam menentukan komoditas unggulan ini disajikan pada persamaan 7, 8, dan 9. Tabel 17. Nilai Komponen GM, Ratio BC, IRR, dan NPV Komoditas Tanaman Kelas Kesesuaian Lahan Gross Margin Rphatahun Ratio BC Internal Rate of Return IRR Net Present Value NPV Padi Sawah S3 6.222.241,00 1,69 - - Jagung S3 528.098,00 1,00 - - N -1.851.902,00 0,42 - - Karet S2 6.751.000,00 1,78 25,22 14.722.911,78 S3 4.617.666,67 1,34 15,08 6.332.172,96 N 884.333,33 0,56 - -8.351.619,97 Kelapa Sawit S2 7.288.733,33 3,42 47,28 26.954.070,75 S3 5.077.133,33 2,57 42,37 17.432.163,14 N 1.206.833,33 1,07 6,59 768.824,82 Data hasil analisis yang digunakan adalah nilai aspek kesesuaian lahan yang diperoleh dari luas lahan kelas kesesuaian S1 sampai S3 dengan satuan hektar. Aspek ekonomi diperoleh dari indeks proporsi yang diperoleh melalui pengalian nilai Gross Margin GM dengan luas lahan yang sesuai berdasarkan kelas kesesuaiannya dengan satuan Rphatahun. Aspek keunggulan komparatif dan kompetitif diperoleh dari hasil analisis LQ dan SSA. Aspek aksesibilitas diperoleh dari hasil penghitungan jarak lokasi produksi ke lokasi pemasaran dengan satuan kilometer km. Perhitungan aksesibilitas ini dihitung dari pusat desa ke lokasi pemasaran. Pusat desa dalam hal ini adalah pusat pemerintahan yang umumnya dicirikan adanya kantor dan balai desa. Lokasi pemasaran masing-masing komoditas berbeda-beda, diantaranya adalah lokasi pemasaran padi berbeda dengan jagung, kelapa sawit ataupun karet. Hasil panen padi umumnya dibawa ke Rawa Ipil yang masuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Rawapitu Selatan. Lokasinya dapat ditempuh melalui jalur darat dan sungai. Jalur darat dapat melalui Simpang Mesir ke arah utara. Sementara itu, untuk hasil panen jagung, dibawa ke Unit II yang jaraknya cukup jauh dari lokasi penelitian, kurang lebih 40-50 kilometer. Menuju unit II dapat ditempuh melalui jalan darat ke arah Barat lokasi penelitian, dengan melewati Kecamatan Penawar aji. Hasil panen kelapa sawit, sebagian besar dibawa ke Unit IX atau secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penawar Tama dan untuk karet dibawa ke wilayah Kecamatan Penawar Aji. Tahap pertama yang dilakukan untuk penilaian komoditas unggulan adalah masing-masing hasil analisis dilakukan penghitungan indexs. Menghitung indexs dilakukan dengan cara membandingkan nilai X n dengan total nilai ∑X 1-n , sehingga apabila dijumlahkan nilai masing-masing indexs berjumlah 1,00. Penelitian ini tidak dilakukan pembobotan karena seluruh parameter diasumsikan sama pentingnya. Lain halnya dengan parameter lainnya, parameter aksesibilitas mamiliki arti sebaliknya, karena diasumsikan dengan semakin dekat jarak nilai kecil maka kondisi tersebut semakin baik, begitu sebaliknya. Cara mendapatkan indexs aksesibilitas dilakukan dengan invers nilai tersebut 1X n , setelah itu kemudian indeks aksesibilitas dinormalkan dengan cara yang sama dan jika dijumlahkan bernilai 1,00. Rincian hasil analisis disajikan dalam Lampiran 18, sedangkan scoring hasil identifikasi komoditas unggulan disajikan pada Tabel 18. Berdasarkan tahapan diatas, diketahui skor paling besar untuk komoditas padi sawah adalah desa Rawa Ragil dengan skor 0,79, sedangkan untuk komoditas jagung skor paling besar adalah di desa Andalas Cermin 0,64. Hal ini menunjukkan bahwa padi sawah merupakan komoditas unggulan desa Rawa Ragil, sedangkan jagung merupakan komoditas unggulan desa Andalas Cermin. Untuk komoditas karet dan kelapa sawit, skor paling besar berada pada desa yang sama, yaitu desa Sumber Agung, berturut-turut adalah 0,77 karet dan 0,83 kelapa sawit. Ini menunjukkan bahwa komoditas karet dan kelapa sawit merupakan komoditas unggulan di desa Sumber Agung. Sementara itu, apabila dilihat berdasarkan wilayah desanya Tabel 16, diketahui bahwa padi sawah menjadi unggulan di desa Gedung Jaya, Rawa Ragil dan Bumi Sari. Jagung menjadi unggulan di desa Batanghari, Panggung Mulyo, Andalas Cermin dan Duta Yoso Mulyo. Komoditas kelapa sawit menjadi unggulan di desa Sumber Agung dan Mulyodadi, serta untuk komoditas karet tidak menjadi unggulan di desa manapun. Tabel 18. Skor Indeks Komoditas Unggulan Berbasis Desa No Desa Jumlah Skor Indexs Komoditas per Desa Komoditas Unggulan Desa Padi Sawah Jagung Karet Kelapa Sawit 1 Sumber Agung 0,78 0,64 0,77 0,83 Kelapa Sawit 2 Batanghari 0,47 0,69 0,64 0,56 Jagung 3 Panggung Mulyo 0,57 0,81 0,71 0,64 Jagung 4 Andalas Cermin 0,65 0,87 0,74 0,72 Jagung 5 Duta Yoso Mulyo 0,64 0,81 0,65 0,66 Jagung 6 Gedung Jaya 0,76 0,58 0,61 0,63 Padi Sawah 7 Rawa Ragil 0,79 0,54 0,67 0,69 Padi Sawah 8 Bumi Sari 0,70 0,54 0,57 0,59 Padi Sawah 9 Mulyo Dadi 0,64 0,52 0,64 0,68 Kelapa Sawit Jumlah 6,00 6,00 6,00 6,00 Komoditas karet tidak menjadi komoditas unggulan di lokasi penelitian disebabkan karena karet merupakan tanaman tahunan yang masih belum banyak dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Sementara itu, beberapa data yang digunakan dalam penilaian komoditas ini adalah data komoditas eksisting bukan potensi, seperti luas tanam, produksi dan lain sebagainya. Secara tidak langsung, untuk komoditas karet nilainya masih kecil. Namun sebenarnya, berdasarkan kajian biofisik dan ekonomi melalui analisis kesesuaian lahan dan analisis ekonomi usahatani, tanaman karet cukup sesuai untuk dibudidayakan di lokasi studi, dengan kelas kesesuaian lahan S2 cukup sesuai. Namun demikian, walaupun secara biofisik dan ekonomi cukup sesuai untuk komoditas karet, kawasan ini sebaiknya tetap dipertahankan sebagai kawasan penghasil beras padi di Kabupaten Tulang Bawang pada umumnya. Selain memiliki keunggulan dalam bidang sumberdaya, juga dapat menjaga persediaan pangan, khususnya beras di Lampung atau dapat menjaga ketahanan pangan di Rawa Pitu pada khususnya maupun Tulang Bawang dan Lampung pada umumnya. Perlindungan terhadap lahan-lahan kelas satu untuk tanaman pangan beras ini dilindungi oleh undang-undang, salah satunya adalah Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan