Latar Belakang Perumusan Masalah

belum terlihat perannya. Fungsi kelembagaan pertanian sangat beragam, antara lain adalah sebagai penggerak, penghimpun, penyalur sarana produksi, pembangkit minat dan sikap, dan lain-lain. Hal ini menjadi permasalahan sekaligus tantangan untuk menemukan model pemberdayaan masyarakat di sektor pertanian. Penelitian ini dikhususkan untuk mengkaji potensi dan kondisi saat ini di dalam kawasan lokasi penelitian, sehingga berdasarkan permasalahan dan batasan diatas, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian, diantaranya: 1. Apa komoditas pertanian yang menjadi komoditas unggulan dan dimana arealnya? 2. Bagaimana rekomendasi penggunaan lahannya? 3. Bagaimana dinamika kelembagaan desa dan model kelembagaan pertanian seperti apa yang dibutuhkan oleh petani setempat?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk melakukan analisis potensi kewilayahan di kawasan transmigrasi Rawa Pitu. Tujuan khususnya adalah: 1. Mengidentifikasi komoditas unggulan masing-masing desa dan menentukan pewilayahan komoditas unggulan. 2. Menyusun rekomendasi penggunaan lahan. 3. Menganalisis dinamika kelembagaan desa dan model kelembagaan yang efektif bagi petani.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah 1 pengembangan komoditas unggulan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, 2 rekomendasi penggunaan lahan, dan 3 pengembangan kelembagaan efektif yang dapat mendorong pemanfaatan ruang dan optimalisasi sumberdaya lokal.

1.5. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini difokuskan pada aspek penentuan komoditas unggulan berikut pewilayahannya, rekomendasi penggunaan lahan dan kelembagaan pertanian yang efektif. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam perencanaan pengembangan kawasan transmigrasi Rawa Pitu khususnya terkait ketiga aspek tersebut. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian 7

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Konsep Kawasan

Kawasan adalah wilayah yang berbasis pada keberagaman fisik dan ekonomi tetapi memiliki hubungan erat dan saling mendukung satu sama lain secara fungsional demi mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Bappenas, 2004. Definisi kawasan menurut UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya. Menurut UU No. 26 Tahun 2007, penataan ruang dengan pendekatan kegiatan utama kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan. Kawasan perkotaan menurut besarannya, dapat berbentuk kawasan perkotaan kecil, kawasan perkotaan sedang, kawasan perkotaan besar, kawasan metropolitan, dan kawasan megapolitan. Penataan ruang kawasan metropolitan dan kawasan megapolitan, khususnya kawasan metropolitan yang berupa kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional dan dihubungkan dengan jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi, merupakan pedoman untuk keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah administrasi di dalam kawasan, dan merupakan alat untuk mengkoordinasikan pelaksanaan pembangunan lintas wilayah administratif yang bersangkutan. Penataan ruang kawasan perdesaan diselenggarakan pada kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten atau pada kawasan yang secara fungsional berciri perdesaan yang mencakup 2 dua atau lebih wilayah kabupaten pada 1 satu atau lebih wilayah provinsi. Kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten dapat berupa kawasan agropolitan. Definisi pembangunan kawasan menurut Bappenas 2004 adalah usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan kesalingtergantungan dan interaksi antara sistem ekonomi economic system, masyarakat sosial system, dan lingkungan hidup beserta sumberdaya alamnya ecosystem. Setiap sistem ini memiliki tujuannya masing masing, sehingga tujuan dari pengembangan kawasan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Membangun masyarakat pedesaan, beserta sarana dan prasarana yang mendukungnya; 2. Mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan; 3. Mengurangi tingkat kemiskinan melalui peningkatan pendapatan masyarakat; 4. Mendorong pemerataan pertumbuhan dengan mengurangi disparitas antar daerah; 5. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan konservasi sumberdaya alam demi kesinambungan pembangunan daerah; 6. Mendorong pemanfaatan ruang desa yang efisien dan berkelanjutan. Pengembangan kawasan dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang sesuai dengan arah kebijakan ekonomi nasional, yaitu: 1. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan. 2. Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global, sesuai dengan kemajuan teknologi, dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan kompetensi produk unggulan di setiap daerah. 3. Memberdayakan pengusaha kecil, menengah dan koperasi, agar mampu bekerjasama secara efektif, efisien dan berdaya saing global. 4. Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumberdaya bahan pangan dan hortikultura, kelembagaan, dan budaya lokal. 5. Mempercepat pembangunan ekonomi daerah dengan memberdayakan para pelakunya sesuai dengan semangat otonomi daerah. 6. Mempercepat pembangunan perdesaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat daerah, khususnya para petaninya, dengan kepastian dan kejelasan hak dan kewajiban semua pihak. 7. Memaksimalkan peran pemerintah sebagai fasilitator dan pemantau seluruh kegiatan pembangunan di daerah.