III. METODOLOGI PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah bawang putih Allium sativum L., asam asetat berupa cuka pasar dengan merek Dixie, dan
mie basah matang. Bahan-bahan yang digunakan untuk uji mikrobiologi yaitu PCA Plate Count Agar, larutan pengencer, dan alkohol 70. Bahan–bahan
yang digunakan untuk analisis total asam tertitrasi adalah NaOH 0.1 ml, asam potasium phtalate KHP, dan indikator phenoftalein PP. Aquades dan etanol
70 digunakan sebagai pelarut dalam ekstraksi bawang putih. Alat-alat yang digunakan diantaranya gelas piala, labu takar, gelas ukur,
pipet, sudip, baskom, penyaring, pisau, pengaduk, dan plastik HDPE. Alat-alat yang digunakan dalam analisis adalah pH meter, bunsen, buret, erlenmeyer,
Chromameter, Rheoner, cawan petri, mikro pipet, dan tabung pengencer.
B. METODE PENELITIAN
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan bertujuan untuk memperoleh formulasi campuran cuka pasar yang mengandung asam asetat dengan ekstrak
bawang putih yang memiliki pH ≤
3 serta rasa yang tidak asam. Pada penelitian pendahuluan dilakukan tahapan pendahuluan pada bawang
putih, ekstraksi bawang putih menggunakan metode perebusan dan maserasi, pencampuran mixing ekstrak bawang putih dengan asam asetat,
pengukuran pH larutan, pencicipan rasa larutan, dan pemilihan larutan terbaik.
1.1. Tahapan pendahuluan pada bawang putih
Bawang putih yang digunakan pada penelitian ini berumur 4 bulan dan diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat Aromatik
Balittro, Bogor. Bawang putih yang akan diekstraksi sebelumnya diberi perlakuan pendahuluan yang bertujuan untuk memperoleh
25 proses ekstraksi yang efisien. Perlakuan pendahuluan ini juga dapat
mempermudah pengeluaran senyawa aktif dari bawang putih selama proses
ekstraksi. Terdapat
beberapa perbedaan
perlakuan pendahuluan antara bawang putih yang diekstraksi dengan perebusan
dan bawang putih yang diekstraksi dengan maserasi. Ekstraksi bawang putih dengan perebusan dilakukan terhadap
bawang putih segar dan bawang putih yang telah dikeringkan. Tahapan pendahuluan pada bawang putih segar yaitu pengupasan,
pengecilan ukuran, dan pememaran. Bawang putih dikupas dari kulit tipis berwarna putih yang menjadi pemisah antar siungnya. Bawang
putih lalu diiris dengan ketebalan sekitar 0.5 cm. Kemudian dilakukan pememaran bawang putih dengan tujuan mempermudah
pengeluaran senyawa aktif dari dalam daging bawang putih selama proses perebusan.
Tahapan pendahuluan pada bawang putih kering tidak berbeda jauh dengan bawang putih segar. Pengeringan bawang putih
dilakukan dengan menjemur bawang putih di bawah sinar matahari selama
± 20 menit, disebut juga proses pelayuan. Hal ini dilakukan
untuk mempermudah penetrasi pelarut ke dalam bawang putih Bawang putih yang dijemur akan mengalami kerusakan pada
jaringannya, sehingga pelarut yang dikontakkan ke bawang putih akan lebih mudah berpenetrasi dan mengekstrak komponen aktif..
Proses penjemuran dilakukan setelah bawang putih mengalami pengupasan dan pengirisan. Bawang putih yang telah dijemur lalu
dimemarkan, kemudian dilakukan perebusan. Bawang putih yang diekstraksi dengan maserasi bertingkat dan
maserasi pelarut air diberi perlakuan pendahuluan yang sama. Bawang putih dikupas, diiris hingga ketebalan 0.5 cm, kemudian
dikeringkan dengan oven vakum selama 3 jam dengan suhu 60
o
C. Bawang putih yang telah mengalami pengupasan dan pengirisan
dikeringkan selama 3 jam. Proses pengeringan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu ekstrak dengan menghindari adanya air dalam
26 ekstrak Houghton et al. 1998. Oven vakum digunakan sebagai alat
pengering untuk mencegah terjadinya perubahan dan kehilangan komponen kimia dari bawang putih yang terlalu banyak Oktora
2002. Tahapannya dapat dilihat pada Gambar 4.
Bawang putih ↓
Dikupas ↓
Diiris ↓
Dikeringkan di oven vakum kadar air 50, T=60
C, t=3 jam ↓
Bawang putih kering
Gambar 4 Tahapan persiapan bawang putih ekstraksi maserasi.
1.2. Ekstraksi Metode Perebusan