Trigliserida Identifikasi profil trigliserida dengan high performance liquid

Komposisi asam lemak dapat dianalisis dengan menggunakan metode kromatografi gas. Prinsip analisis komposisi asam lemak dengan GLC adalah dengan mengubah komponen asam lemak menjadi senyawa volatile metil ester asam lemak Fatty Acid Methyl Esther atau FAME. Metil ester asam lemak tersebut akan dibawa oleh gas carrier untuk melewati fase diam berupa cairan di dalam kolom dan kemudian akan dipisahkan sesuai dengan tingkat volatilitas dan interaksinya dengan fase diam. Perbedaan volatilitas asam lemak serta interaksinya dengan fase diam akan menyebabkan masing-masing komponen asam lemak berada di dalam kolom dengan waktu retensi yang berbeda. Komponen yang keluar kemudian akan dideteksi dengan detektor flame ionization FID, yang memberikan responnya berupa peak kromatogram. Jenis dan jumlah asam lemak yang ada pada contoh dapat diidentifikasi dengan membandingkan peak kromatogram contoh dengan peak kromatogram asam lemak standar yang telah diketahui jenis dan konsentrasinya

3. Trigliserida

Trigliserida merupakan turunan dari gliserol. Substituennya dapat ditunjukkan menurut sistem sn stereospecific number. Jadi, suatu trigliserida yang mengandung asam palmitat C-1, asam oleat C-2, dan asam stearat C-3 dinamakan sn-gliseril-1-palmitat-2-oleat-3-stearat. Kata gliseril lebih sering dihilangkan, sehingga nama gliserida tersebut menjadi palmito-oleo-stearin. Jika trigliserida mengandung dua molekul asam palmitat dan satu asam stearat, maka dinamakan dipalmitostearin atau stearodipalmitin Djatmiko dan Widjaja, 1985. Sifat-sifat trigliserida tergantung pada komposisi dan distribusi asam lemaknya. Titik cair dan tingkat kepadatannya tergantung pada panjang rantai dan tingkat kejenuhannya. Semakin banyak rantai pendek dan ikatan tidak jenuh semakin rendah tingkat kepadatannya. Sebaliknya, semakin banyak asam lemak jenuh rantai panjang semakin tinggi tingkat kepadatannya. Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka dinamakan monogliserida. Fungsi utama trigliserida adalah sebagai zat energi. Lemak disimpan di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida Anonim, 2007g. Stuktur trigliserida dapat dilihat pada Gambar 30. O O H 2 C O C R 1 R 2 C O CH O H 2 C O C R 3 R 1 , R 2 , R 3 = Rantai asam lemak Gambar 30. Struktur Molekul Trigliserida Pomeranz dan Meloan, 2000

4. Identifikasi profil trigliserida dengan high performance liquid

chromatography High performance liquid chromatography HPLC dikembangkan mulai pada tahun 1960. Tidak seperti pada kromatografi gas, dimana sampel yang dianalisis harus bersifat volatil dan diderivatisasi, penggunaan HPLC dapat diaplikasikan pada sampel yang larut dalam pelarut yang digunakan sebagai fase gerak pada HPLC Nielsen, 1998. Komponen utama dari HPLC adalah: pompa, injektor, kolom, dan rekorder. Pompa yang digunakan dalam HPLC berfungsi menghantarkan fase gerak, umumnya laju fase gerak yang digunakan sebesar 1 mlmenit. Injektor merupakan tempat memasukan sampel, biasanya sampel dimasukkan dengan menggunakan syringe. Kolom HPLC biasanya dikonstruksi dari stainless steel, gelas, silica, titanium, dan PEEK polyether ether keton resin dengan tipe dan ukuran yang bervariasi. Rekorder berfungsi untuk mendisplay hasil dari analisis Nielsen, 1998. Analisa trigliserida dengan HPLC dikembangkan dengan tujuan meningkatkan derajat pemisahan. Secara umum ada dua metode yang dapat digunakan untuk analisa komponen trigliserida dari minyak nabati. Metode yang pertama melibatkan suhu tinggi dan kolom jejal GLC, dengan teknik ini pemisahan trigliserida hanya mungkin berdasarkan jumlah atom karbon dari komponen asam lemak penyusunnya. Metode kedua melibatkan penggunaan reversed-phase HPLC yang dapat memisahkan trigliserida berdasarkan derajat ketidakjenuhannya. Menurut Nollet 2000 terdapat beberapa parameter yang berpengaruh terhadap hasil analisis trigliserida dengan menggunakan reversed-phased HPLC. Parameter tersebut adalah fase gerak yang digunakan, ukuran partikel fase diam dan pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel. Fase gerak yang digunakan dalam reversed-phase HPLC adalah campuran dari aseton dan asetonitril. Tetrahydrofuran, methylene chloride, dan heksana terkadang digunakan dalam keadaan tertentu. Interaksi sampel terhadap fase diam dalam kolom HPLC akan memberikan pemisahan terhadap komponen trigliserida yang berbeda. Tabel 1. Komponen Asam Lemak pada Beberapa Jenis Biji-Bijian No Nama Family Nama Genus Nama Species Analisis Proksimat biji Asam Lemak Referensi 1 Lauraceae Persea Persea Americana Alpukat 1 Kadar Lemak 1- 1.5 2 palmitic acid 7.2- 26.1, oleic acid 64.8-80.9, linoleic acid 6.3-11.3. 1 Kakuda Y., B. S. Kamel. 1992. Fatty acids in fruits and fruits products. Marcel Dekker Inc. New York. 2 Anonim 2 . 2008. Avocado. http:www.fao.org. [ 29 Januari 2008 ]. 2 Bombacaceae Durio Durio zibethinus Murr Durian 1 Kadar air 77.0 , Kadar lemak 0.23 2 palmitic acid 26.8 , palmitoleic acid8.4, stearic acid 3.3, oleic acid 38.8, linoleic acid 5.9, linolenic acid 3 1 Intengan, C.L., I. Concepcion, L.G. Alejo, V.A. Corpus, R.D. Salud, I. del Rosario, R. Gomez and J. Henson. 1955. Composition of Philippine foods, IV. Philippine Journal of Science 843: 343-364. 2 Brown, Michael J. 1997. Durio - A Bibliographic Review. www bioversityinternational org. [ 29 Januari 2008 ]. 3 Sapindaceae Nephelium Nephelium lappaceum Rambutan 1 palmitic acid 2.0 , stearic acid 13.8 , arachidic acid, 34.7 oleic acid 45.3, ericosenoic acid 4.2. 1 M. Mohibbe Azam, Amtul Waris, N.M. Nahar. 2005. Prospects and potential of fatty acid methyl esters of some non-traditional seed oils for use as biodiesel in India. Biomass and Bioenergy 29 2005 293–302 4 Anacardiaceae Mangifera indica Mangifera indica Mangga 1 Kadar lemak 3.7– 12.6 2 palmitic acid5.1- 8.0, stearic acid 42-48, oleic acid 35-42 1 Lakshminarayana, G., T. C. Rao, P. A. Ramalingaswamy. 1982. Varietal variations in content, characteristics and composition of mango seeds and fat. http:www. springerlink.comcontent009uwn6876t4161q. [5 Februari 2008] 2 Anonim. 2008. Mango seed. http:www.fao.org. [ 29 Januari 2008 ]. 5 Moraceae Artocarpus Artocarpus integer Cempedak 1 kadar lemak 0.5-1.5, kadar air 46-78 2 linoleic acid 40.2, palmitic acid 30.2 1 Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel eds.. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. 2 Daulatabad, C.D., Mirajkar A.M. Ricinoleic acid in artocarpus integrifolia seed oil. http: www.icuciwmi.orgfilesNews jackfruit_post_harvest. doc. [5 Februari 2008] Artocarpus heterophyllus Nangka 1 K.Air 57.7 , K. Lemak 0.1 , KH 36.7 1 Nainggolan, R.A. 1985. Diet Juice Therapy. Bandung : Indonesian Publishing House. 6 Rubiaceae Morinda Morinda citrifolia Mengkudu 1 C8:0 0.5, C16:0 8.4, C18:0 4.0, C18:1 13.8, C18:2 66.8, C18:3 0.2, C20:0 0.5 1 Anonim. 2001. Morinda citrifolia oil. http:www.freepatentsonline.com. [4 Februari 2008] 7 Caricaceae Carica Carica papaya Pepaya 1 Kadar lemak 60 2 oleic acid 78, palmitic acid 14, stearic acid 5, dan linoleic acid 3.5 1 Eckey, E.W. Papaya. http:sleekfreak.ath.cx:813wdev INPHOVLIBRARYX0043EX0043E0E.HTM. [5 Februari 2008] 2 Puangsri, T., S.M. Abdulkarim, H.M. Ghazali. 2005. Properties of carica papaya l. papaya seed oil following extractions using solvent and aqueous enzymatic methods. http:www.blackwell- synergy.com. [4 Februari 2008]. 8 Annonaceae Annona Annona muricata Sirsak 1 K.Air 8.5, K.Lemak 20.5, karbohidr at 47.0 2 oleic acid, palmitic acid dan stearic acid. 1 Onimawo I.A. 2002. Proximate composition and selected physicochemical properties of the seed, pulp and oil of sour sop Annona muricata. http:api.ingentaconnect.com. [4 Februari 2008]. 2 Wélé, A., Ndoye, I., Badiane, M. Fatty acid and essential oil compositions of the seed oil of five Annona species. http:www.cababstractsplus.org [4 Februari 2008]. 9 Euphorbiaceae Ricinus Ricinus communis L Jarak kaliki 1 Kadar lemak 45- 50 db 2 87.7 12-hydroxy- 9c-octadecenoic acid ricinoleic acid. 1 Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2 Jensen, B., Christina, Benny; Mathiasen, Kim, Mollerup, Jørgen. 1997. Analysis of seed oil from Ricinus communis and Dimorphoteca pluvialis by gas and supercritical fluid chromatography. http:www.ars.usda.govresearchpublications. [14 Februari 2007]. Jatropha Jatropha curcas L. Jarak pagar 1 Kadar lemak 40- 60 2 oleic acid 42.4, linoleic acid 35.2 palmitic acid 14.7 dan stearic acid 6.9 1 Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2 Chatakanonda, P., Sriroth, K., Vaysse, L., Liangprayoon, S. 2005. Fatty acid composition and properties of Jatropha seed oil and its methyl ester. http:www.cababstractsplus.org. [14 Februari 2007]. Hevea Hevea brasiliensis Karet 1 Kadar lemak 40- 50 2 C16:0 8.8 C18:0 8.7 C18:1 24.9 C18:2 38.6 C18:3 α 16.7 1 Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2 Wille, H. J., Oron, C.H. 1995. Process for decoloring fatty acid esters. http:www.freepatentsonline.com5401862. html. [14 Februari 2007]. 10 Euphorbiaceae Aleurites Aleurites trisperma Kemiri cina 1 palmitat, oleat, linoleat, lionolenat, dan arachidic acid 1 Anonim. 2008. Profile of Indigenous Oil Rich Plants in the Philippines. asiapacific- biofuel.comdownloadsProfile 20of20oil20rich 20 plants.pdf. [14 Februari 2007]. Aleurites moluccana Kemiri 1 Kadar lemak 57- 69 2 16: 0 5.5, C18:0 6.7, 18:1 10.5, 18:2 48.5, 18:3 28.5 1 Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2 M. Mohibbe Azam, Amtul Waris, N.M. Nahar. 2005. Prospects and potential of fatty acid methyl esters of some non-traditional seed oils for use as biodiesel in India. Biomass and Bioenergy 29 2005 293–302 11 Fabaceae Arachis Arachis hypogeal Kacang tanah 1 Kadar lemak 35- 55 2 20 saturated, 50 mono-unsaturated oleic acid, 30 polyunsaturated linoleic acid, 1 linolenic acid. 1 Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2 Bender,D.A. 2005. Arachis Oil. http:www.encyclopedia. comdoc 1O39-arachisoil.html. [14 Februari 2007]. Adenanthera Adenanthera pavonina L. Saga pohon 1 Kadar lemak 14- 28 2 linoleic, oleic and lignocerotic acid 1 Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2 Robert Zarnowskia, R., A. Jarominb, M. Certikc, T. Czabanyc, Joe, T. Jakubike, M.C.M. Iqbalf. 2004. The Oil of Adenanthera pavonina L. Seeds and its Emulsions. www.znaturforsch.comacv59c 59c0321.pdf. [14 Februari 2007]. Psophocarpus Psophocarpus tetragonolobus Kecipir 1 Kadar lemak 15- 20 2 palmitic acid 12.2- 14.0, stearic acid 3.5-4.3, oleic acid 36-39 and linoleic acid 39-42 1 Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2 Murugiswamy, B., H. M. Vamadevaiah, M. Madaiah. 2006. Fatty Acid Composition of Winged Bean Seed Oil Psophocarpus tetragonolobus. http:www3.interscience. wiley.comcgi-bin abstract113437827ABSTRACT. [14 Februari 2007]. 12 Guttiferae Calophyllum Calophyllum inophyllum Nyamplum 1 Kadar lemak 40- 73 2 C18:1 39.1–50, linoleic acid C18:2 21.7–31.1 , stearic C18:0 13.4– 14.3 dan palmitic C16:0 11–13.7 1 Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2 Sylvie Crane, S., G. Aurore, H. Joseph, Z. Mouloungui, P. Bourgeois. 2005. Composition of fatty acids triacylglycerols and unsaponifiable matter in Calophyllum calaba L. oil from Guadeloupe. http:www. sciencedirect.com. [14 Februari 2007]. 13 Moringaceae Moringa Moringa oleifera Kelor 1 Kadar lemak 30- 49 2 16:0 9.1, 16:1 2.1, 18:0 2.7, 18:1 79.4, 18:2 0.7, 18:3 0.2, 20:0 5.8. 1 Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung 2 M. Mohibbe Azam, Amtul Waris, N.M. Nahar. 2005. Prospects and potential of fatty acid methyl esters of some non-traditional seed oils for use as biodiesel in India. Biomass and Bioenergy 29 2005 293–302 14 Meliaceae Azadirachta Azadirachta indica Nimba 1 Kadar lemak 40- 50 2 16:0 14.9, 18:0 14.4, 18:1 61.9, 18:2 7.5 , 20:0 1.3 1 Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2 M. Mohibbe Azam, Amtul Waris, N.M. Nahar. 2005. Prospects and potential of fatty acid methyl esters of some non-traditional seed oils for use as biodiesel in India. Biomass and Bioenergy 29 2005 293–302 15 Cucurbitaceae Cucurbita Cucurbita moschata Labu merah 1 Kadar lemak 35- 38 2 palmitic C16:0 13.3, stearic C18:0 8.0, oleic C18:1 29.0 and linoleic C18:2 47.0. 1 Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2 Younis, Y. M. H., S. Ghirmay, S. S. Al-Shihry 2000. African Cucurbita pepo L.: properties of seed and variability in fatty acid composition of seed oil. http:www.sciencedirect.com. [14 Februari 2007]. 16 Pedaliaceae Sesamum Sesamum orientale Wijen 1 Kadar lemak 45- 55 2 oleic acid 45; linoleic acid 37; palmitic acid; stearic acid; arachidic acid; 1 Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2 Anonim. 2008. Black Sesame Seed or Sesamum indicum L,benefits and applications. http:www.mdidea.com productsnewnew067. html. [14 Februari 2007]. 17 Simaroubaceae Samadera Samadera indica Gatep pait 1 Kadar lemak 35 2 84 oleic acid, palmitic+stearic acid 16 1 Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2 Anonim. 2001. Gatep pait rapus Samadera indica. http:www.creitb. or.idBiodieselVegetasigatep.htm. [14 Februari 2007]. 18 Sterculiaceae Sterculia Sterculia foetida Kepoh 1 Kadar lemak 45- 55 2 71.8 sterculic acid oleic, linoleic, myristic dan palmitic acids. 1 Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2 J. P. Varma, J.P, S. Dasgupta, B. Nath, J. S. Aggarwal. 1956. Composition of the seed oil of sterculia foetida, Linn. http:www. springerlink.comcontentg65188l285435083. [14 Februari 2007]. 19 Apocynaceae Cerbera. Cerbera manghas L. Bintaro 1 Kadar lemak 43- 64 2 C16:0 20.2, C18:0 6.9, C18:1 54.2, C18:2 16.3 1 Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2 Minami E., H. Imahara, K. Sunandar, K. Abdullah, S. Saka. Biodiesel Fuel Production From Wood OilsFats. www.ecs.energy.kyoto-u.ac.jpkenkyukenkyu-1-2.pdf. [14 Februari 2008].

III. BAHAN DAN METODE