2. Identifikasi komponen asam lemak dengan gas chromatograhy
Gas chromatography merupakan teknik yang pertama kali
diperkenalkan oleh James dan Martin pada tahun 1952, teknik ini merupakan metode analisis kuantitatif dan kualitatif yang cepat untuk
menganalisis komponen lipida volatil, seperti hidrokarbon, fatty acid esters
, sterol, dll Gunstone et al., 1995. Penggunaan kromatografi menurut Skoog et al. 1998 dibedakan antara dua metode penggunaan.
Pertama, kromatografi gas digunakan sebagai alat untuk melakukan pemisahan. Penggunaan ini memerlukan pengubahan senyawa sampel
menjadi senyawa volatil atau senyawa yang dapat diderivatisasi untuk menghasilkan senyawa volatil. Kedua, kromatografi gas sebagai pelengkap
untuk hasil analisis yang sempurna, dalam hal ini waktu dan volume retensi digunakan untuk identifikasi senyawa, dan luas serta bobot peak
sebagai informasi kuantitatifnya. Bagian dasar suatu kromatografi gas adalah: tangki gas pembawa,
system injeksi sampel, kolom kromatografi, detektor, oven, dan rekorder Nielsen, 1998. Gas pembawa merupakan gas yang inert dan memiliki
tingkat kemurnian yang tinggi seperti helium, nitrogen, dan hidrogen. Penggunaan jenis gas tergantung dari jenis detektor yang digunakan.
Menurut Skoog et al. 1998, sistem gas pembawa biasanya berisi molekul penyaring air dan zat pengotor lain. Tangki gas pembawa dilengkapi
dengan regulator aliran dan tekanan. Sampel diinjeksikan dengan menggunakan syringe ke tempat injeksi injection port. Oven berfungsi
mengontrol temperatur dalam kolom kromatografi. Kolom kromatografi gas dapat berupa packed column atau capillary column. Penggunaan awal
kromatorafi gas banyak menggunakan tipe packed column, tetapi pada perkembangannya tipe capillary lebih banyak digunakan. Detektor yang
sering digunakan pada kromatografi gas adalah flame ionization FID, thermal conductivity
TCD, electron capture ECD, flame photometric FPD, dan photoionzation PID. Detektor haruslah peka terhadap
komponen-komponen yang terpisahkan didalam kolom serta mengubah kepekaan menjadi sinyal.
Komposisi asam lemak dapat dianalisis dengan menggunakan metode kromatografi gas. Prinsip analisis komposisi asam lemak dengan
GLC adalah dengan mengubah komponen asam lemak menjadi senyawa volatile metil ester asam lemak Fatty Acid Methyl Esther atau FAME.
Metil ester asam lemak tersebut akan dibawa oleh gas carrier untuk melewati fase diam berupa cairan di dalam kolom dan kemudian akan
dipisahkan sesuai dengan tingkat volatilitas dan interaksinya dengan fase diam. Perbedaan volatilitas asam lemak serta interaksinya dengan fase
diam akan menyebabkan masing-masing komponen asam lemak berada di dalam kolom dengan waktu retensi yang berbeda. Komponen yang keluar
kemudian akan dideteksi dengan detektor flame ionization FID, yang memberikan responnya berupa peak kromatogram. Jenis dan jumlah asam
lemak yang ada pada contoh dapat diidentifikasi dengan membandingkan peak kromatogram contoh dengan peak kromatogram asam lemak standar
yang telah diketahui jenis dan konsentrasinya
3. Trigliserida