Pengambilan Keputusan Strategik dalam Pengembangan Usaha

Tabel 6. Penyebaran usaha pengolahan pindang ikan di Kabupaten Bogor, berdasarkan wilayah Kecamatan. No Kecamatan Jumlah Pelaku Usaha Rataan Produksitahun ton 1 Caringin 1 42 2 Cariu 2 31,2 3 Ciampea 3 967,2 4 Ciawi 4 36 5 Cibinong 2 174,72 6 Cibungbulang 1 180 7 Cigudeg 2 79 8 Citeureup 2 48 9 Jasinga 3 72 10 Jonggol 3 63,6 11 Leuwiliang 4 946,8 12 Pamijahan 1 192 13 Parung 6 340,8 14 Parung Panjang 3 42 15 Tanjungsari 3 6,84 16 Tenjolaya 3 507,6 Dalam menjalankan usahanya, para pengolah pindang ikan skala mikro umumnya dilakukan sendiri oleh pemilik usaha, mulai dari pengadaan bahan baku, proses pengolahan sampai dengan pemasaran. Produk yang dihasilkannya memiliki cita rasa yang khas, karena selama proses perebusan dibubuhkan rempah-rempah seperti daun salam, sereh, lengkuas, kunyit, garam sehingga rasa dan aromanya lebih menarik. Peralatan yang digunakan sangat sederhana, yaitu berupa badengkuali yang terbuat dari logam tahan karat, sehingga bisa dipakai berulang-ulang. Pembuatan pindang ikan dengan wadah badeng ini sangat ekonomis, karena tidak menggunakan besek sebagai wadah. Bahan baku yang digunakan sebagian besar ikan laut, seperti Tongkol, Cakalang, Layang, Etem dan Selar dan ikan air payau bandeng. Ada beberapa wilayah yang mengunakan ikan air tawar ikan Mas sebagai bahan baku ikan pindang yaitu di Desa Pasir Tanjung, Kecamatan Tanjungsari, walaupun volume produksinya sangat rendah 6,84 ton per tahun. Usaha pengolahan pindang ikan skala kecil dan menengah mempunyai banyak kemiripan, yang membedakan adalah skala usahanya. Umumnya mereka mempunyai coldstorage atau frezer, untuk menyimpan bahan baku agar tidak mengalami penurunan kualitas. Proses pengolahan produknya ada 2 dua cara, yaitu pindang badeng dan pindang beseknaya. Proses pemindangan dengan badeng biasanya digunakan untuk pengolahan bahan baku ikan Tongkol dan Bandeng. Proses pemindangan dengan beseknaya biasanya digunakan untuk pengolahan bahan baku ikan Layang, Etem, Kembung dan Selar. Usaha pengolahan pindang ikan skala kecil, umumnya mengambil bahan baku ikan 5 lima hari sekali sebanyak 1,5 ton, namun untuk usaha pengolahan pindang ikan skala menengah mengambil bahan baku setiap hari dengan rataan per hari 1,5 ton. Usaha pemindangan ikan skala kecil dan menengah melayani penjualan bahan baku, bagi para pemindang skala mikro yang ada di sekitarnya dengan sistem cash ataupun setoran dengan mengambil laba antara Rp1.000,00 sampai dengan Rp1.500,00 per kg ikan. Pelaku usaha pengolahan pindang ikan skala kecil ini, umumnya menjual produknya kepada para pengecer di pasar, namun juga menjual langsung produknya kepada konsumen. Untuk pengolah pindang skala menengah umumnya tidak melakukan penjualan produknya langsung ke konsumen melainkan melalui para pedagang besar dan pengecer di pasar, karena jumlah produknya cukup banyak, antara 1–1,5 ton per hari.

4.3 Sistem Produksi Unit Pengolahan Pindang Ikan

Ikan pindang merupakan salah satu produk olahan hasil perikanan yang turun-temurun dan proses pengolahannya sederhana karena belum menggunakan mesin-mesin dan peralatan yang canggih, sehingga mudah dikerjakan oleh siapapun. Dengan proses pemindangan dapat memberikan cita rasa yang khas pada produk, dapat mengawetkan ikan, sehingga ikan sampai ke tangan konsumen dalam keadaaan yang masih layak untuk dikonsumsi. Biasanya daya tahan ikan pindang berkisar antara 2-3 hari, tergantung kadar garam yang digunakan. Dalam proses pengolahan pindang ikan ada 3 tiga prinsip pengawetan ikan yaitu : 1. Pemanasan Dengan suhu tinggi 100 C, sebagaian besar bakteri akan mati begitu juga dengan kegiatan enzim akan berhenti, sehingga produk dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. 2. Penggaraman Pemberian garam akan menghambat dan mematikan kegiatan bakteri sehingga ikan dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. 3. Pengurangan kadar air Pada proses perebusanpemanasan akan terjadi pengurangan kadar air dari tubuh ikan. Di samping itu, pengurangan kadar air juga terjadi akibat adanya garam, karena garam bersifat menarik air dari jaringan tubuh ikan. Cara pengolahan pindang ikan yang ada di Kabupaten Bogor ada 2 dua cara yaitu pindang badeng dan pindang besek cue. Proses pengolahannya sebagai berikut : 1. Pindang Badeng Pindang Badeng adalah pindang ikan yang perebusannya menggunakan wadah yang biasanya disebut Badeng. Langkah-langkah kerjanya sebagai berikut : a. Sortasi Sortasi ini tujuannya adalah mendapatkan hasil yang seragam berdasarkan ukuran, jenis dan tingkat kesegarannya, sehingga pada proses perebusan mempunyai tingkat kematangan sama. b. Penyiangan Tujuan penyiangan menghilangkan kotoran yang ada pada tubuh ikan, dengan cara membuang sisik, sirip, insang, isi perut dan kotoran lain. Ikan berukuran besar disiangi sisik, sirip, insang dan isi perutnya, serta dibelah tubuhnya untuk memudahkan penetrasi garam dan bumbu yang digunakan. Ikan berukuran sedang cukup disiangi tanpa dibelah, sedangkan ikan berukuran kecil tidak perlu disiangi, cukup dicuci. c. Pencucian Tujuan pencucian ini adalah untuk menghilangkan kotoran, bercak darah yang menempel pada ikan. Air yang digunakan untuk pencucian adalah air bersih sehingga tidak menjadi sumber kontaminan. d. Penyusunan dan pengaraman ikan dalam badeng Setelah ikan disiangi dan dicuci sampai bersih, ikan segera disusun secara teratur. Usahakan agar ikan yang disusun dalam satu wadah mempunyai ukuran yang relatif seragam, agar diperoleh ikan pindang dengan mutu dan rasa yang seragam pula. Sebelum ikan disusun dalam badeng terlebih dahulu dipasang tataan yang terbuat dari bambu, sehingga ikan tidak langsung kontak dengan badeng bagian bawah, karena bila ini terjadi akan menyebabkan kerusakan pada ikan. Setelah itu dilakukan penyusunan ikan dan penaburan garam secara bergantian sampai badeng penuh. Biasanya ikan sebelum disusun pada bagian perutnya dibungkus daun bambu, atau kertas kue, untuk menghindari pecah perut saat perebusan, sehingga dihasilkan ikan pindang yang utuh. Selain garam untuk meningkatkan cita rasa maka dapat ditambahkan bumbu masak seperti jahe, lengkuas, kunyit, daun salam dan sereh. Biasanya penambahan bumbu ini dilakukan pada pengolah pindang skala mikro dan kecil. Untuk pindang bandeng biasanya ditambahkan daun singkong yang telah direbus pada bagian perutnya, sehingga kelihatan lebih berisi dan padat. Garam yang digunakan dalam proses pemindangan berfungsi untuk memberikan rasa gurih pada ikan, menurunkan kadar cairan di dalam tubuh ikan dan mencegah atau menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk maupun organisme lain. Garam yang digunakan dapat berbentuk kristal atau larutan. Jumlah garam kristal yang digunakan berkisar 5-15 dari berat total ikan, tergantung selera. Pemberian garam dengan konsentrasi lebih besar dari 40 akan menghasilkan ikan pindang yang terlalu asin, sedangkan pemberian garam kurang dari 5 akan menghasilkan produk ikan pindang dengan daya awet rendah. Garam ditaburkan di atas lapisan ikan sehingga seluruh tubuh ikan tertutup garam. Setelah itu tambahkan 1 lt air bersih untuk setiap 2 kg ikan. Penambahan air dimaksudkan untuk membantu proses penetrasi garam ke dalam tubuh ikan. Proses penggaraman ikan pindang dengan menggunakan larutan garam dapat dilakukan dengan cepat, yakni cukup dengan menuangkan larutan garam pada susunan ikan yang ada dalam wadah. Konsentrasi larutan garam yang digunakan dapat dibuat sesuai dengan selera. Seluruh ikan yang ada dalam wadah harus terendam oleh larutan garam, agar dapat diperoleh produk ikan pindang dengan mutu yang relatif seragam. e. Perebusan Setelah proses penyusunan dan penggaraman ikan selesai dilakukan, wadah segera ditutup dengan alat penutup yang dilengkapi dengan pemberat. Alat penutup dapat dibuat dari bahan apa saja asalkan dapat berfungsi untuk mencegah pencemaran yang disebabkan oleh lalat atau mikroorganisme lain. Untuk mendapatkan ikan yang masak sempurna maka proses perebusan memerlukan waktu 1–2 jam, tergantung ukuran ikan. Biasanya ikan yang telah masak ditandai oleh retaknya daging pada bagian ekor. Untuk merebus ikan dapat menggunakan kayu bakar, atau gas elpiji sebagai sumber panas. Kayu bakar yang digunakan sebaiknya dipilih kayu yang tidak menimbulkan bau kurang sedap agar tidak mempengaruhi mutu ikan pindang. Api yang digunakan untuk merebus sebaiknya tidak terlalu besar, agar seluruh bagian tubuh ikan menjadi benar-benar matang dan tidak hangus. Bila api terlalu besar, biasanya tubuh ikan bagian luar akan menjadi kering, sedangkan bagian dalam masih mentah. Ikan pindang demikian kurang baik, karena proses pembusukan tetap dapat berlangsung di dalam tubuh ikan. f. Penirisan Penirisan dapat dilakukan dengan cara membuka lubang kecil yang berada di bagian bawah Badeng. Untuk mendapatkan daya awet yang tinggi, sebaiknya ikan pindang diletakkan di dalam ruangan yang kering dan bertemperatur lingkungan yang cukup rendah. Ikan hasil pemindangan tidak boleh diletakkan di dalam ruangan yang lembab atau basah, karena hal ini dapat meningkatkan aktivitas bakteri, ataupun mikroorganisme lain dan dengan demikian menurunkan mutu ikan pindang. g. Distribusi Setelah semua pindang masak pada malam hari itu juga langsung dilakukan pendistribusian ke pasar-pasar. Untuk pengolah skala menengah biasanya menggunakan mobil pick up dan ditutup dengan terpal untuk menghindari kontaminasi dengan udara luar. Untuk usaha pemindangan skala kecil biasanya pendistribusian produknya dengan menggunakan sepeda motor atau naik angkot. Untuk lebih jelasnya alur proses pembuatan pindang badeng disajikan pada Gambar 8. Gambar 7. Pindang Badeng di Kabupaten Bogor