III. METODE KAJIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Kajian
Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 dua faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi,
manajerial, SDM, pengelolaan keuangan dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal meliputi bahan baku ikan, tingkat persaingan usaha, kondisi pasar, kebijakan
pemerintah, kondisi sosial masyarakat sekitar dan lain-lain. Dari faktor internal dan eksternal dilakukan analisis kelayakan aspek teknis produksi, ekonomi dan sosial
dan analisis strategi SWOT dan AHP. Hasilnya merupakan rekomendasi untuk pengembangan usaha pengolahan pindang ikan skala mikro, kecil, dan menengah di
Kabupten Bogor, Jawa Barat. Adapun kerangka berpikir secara sistematis dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian
Usaha Pengolahan Pindang Ikan
Layak Rekomendasi
Faktor Eksternal 1.
Visi dan Misi 2.
Pengelolaan Usaha 3.
SDM 4.
Sarana Produksi 5.
Kualitas Produk
Analisis Kelayakan Teknis Produksi, Ekonomi dan Sosial
Analisis Strategi SWOT dan AHP
Faktor Internal 1.
Ketersediaan Bahan Baku 2.
Persaingan Usaha 3.
Bunga Bank 4.
Kebijakan Pemerintah 5.
Permintaan Konsumen 6.
Lingkungan Sekitar
3.2 Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor pada tanggal 1 Agustus sampai dengan 30 Desember 2012.
3.3 Metode Kerja 3.3.1 Tahapan Kajian
Survei lapangan dilakukan untuk menganalisis kinerja usaha pengolahan ikan pindang dan kebutuhan pasar. Hasil analisis kebutuhan
pasar menjadi masukan dalam pengembangan usaha pengolahan ikan pindang, kemudian dilakukan analisis kelayakan pengembangan usaha. Apabila
hasilnya layak, maka dilakukan penyusunan rencana pengembangan usaha yang akan didukung oleh strategi pengembangan usaha yang sesuai
agar usaha dapat menguntungkan, berkembang dan berkelanjutan.
3.3.2 Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer adalah data
yang diperoleh langsung dari lapangan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber bahan bacaan yang mendukung penelitian.
Berdasarkan pengertian tersebut, data primer dalam penelitian ini diperoleh dari pengamatan langsung di lokasi baik melalui wawancara dengan
pendekatan pendapat pakar dan angketkuesioner. Data sekunder diperoleh dari instasi terkait, laporan-laporan berkala,
atau tahunan unit usaha, jurnal dan berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian. Sumber pokok data sekunder akan diperoleh dari
Pemda Kabupaten Bogor, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Contoh UMKM pemindangan ikan diambil dengan menggunakan metode purposive sampling dengan maksud atau tujuan tertentu, melalui 2
dua tahapan yaitu quota sampling dan judgement sampling. Quota sampling
merupakan pengelompokan
stratifikasi contoh
secara
31
proposional, namun tidak dipilih secara acak, setelah itu dilakukan judgement
sampling untuk menentukan contoh terbaik yang dijadikan contoh dalam penelitian, untuk memberikan informasi yang diperlukan.
3.3.3 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan bantuan perangkat lunak. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis
kelayakan usaha, analisis faktor internal dan eksternal, analisis SWOT dan AHP.
a. Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk melihat apakah usaha yang
dijalankan layak, atau tidak. Kriteria-kriteria pengukuran terhadap kelayakan investasi tersebut berupa PBP, NPV, IRR, dan Net BC Ratio. Untuk
menganalisa aspek keuangan dikumpulkan data melalui kuesioner dan analisis laporan keuangan unit usaha beberapa periode terakhir. Data yang diperoleh
digunakan sebagai dasar perhitungan untuk menganalisis proyeksi keuangan. Analisis proyeksi keuangan dilakukan dengan metode cashflow. Hasil proyeksi
keuangan menjadi dasar perhitungan PBP, NPV, IRR dan Net BC Ratio. Menurut Suliyanto 2010, PBP merupakan metode yang
digunakan untuk menghitung lamanya periode yang diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dari aliran kas masuk
proceeds tahunan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut. Apabila procceds setiap tahunnya jumlahnya sama maka PBP dari suatu
investai dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi outlays dengan proceeds tahunan. Rumus yang digunakan untuk menghitung
PBP adalah sebagai berikut : =
ℎ ℎ ℎ
Investasi dinyatakan layak jika PBP lebih pendek dibandingkan periode payback maksimum. Sebaliknya, jika PBP suatu investasi lebih
panjang dibandingkan periode payback maksimum maka, investasi
tersebut dinyatakan tidak layak. Metode ini cukup sederhana, sehingga mempunyai kelemahan. Kelemahan utamanya yaitu metode ini tidak
memperhatikan konsep nilai waktu dari uang di samping juga tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah PBP. Jadi pada umumnya
metode ini digunakan sebagai pendukung metode lainnya. Metode NPV digunakan untuk mengurangi kekurangan-
kekurangan yang terdapat pada metode PBP. NPV ini merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih
proceeds dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi
outlays. Oleh karena itu, untuk melakukan perhitungan kelayakan investasi dengan metode NPV diperlukan data aliran kas keluar awal
initial cash outflow, aliran kas masuk bersih di masa yang akan datng future net cash inflows, dan rate of return minimum yang diinginkan.
Menurut Suliyanto 2010, rumus yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut :
= 1 +
−
Dimana : CFt
= aliran kas pertahun pada periode t I
= investasi awal pada tahun 0 K
= suku bunga discount rate Dengan kriteria penilaian:
1. Jika NPV 0, maka usulan proyek diterima
2. Jika NPV 0, maka usulan proyek ditolak
3. Jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima
ataupun ditolak. Dalam Umar 2003, metode IRR digunakan untuk mencari tingkat
bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal.
Rumus yang dipakai sebagai berikut :
33
= 1 +
Dimana: t = tahun ke I
= nilai investasi awal n = jumlah tahun CF = arus kas bersih
IRR = tingkat bunga yang dicari harganya. Nilai IRR dapat dicari misalnya dengan coba-coba trial and
error . Kriteria penilaian IRR yaitu jika IRR yang didapat ternyata lebih
besar dari rate of return yang ditentukan maka investasi dapat diterima. Rumus IRR untuk interpolasi adalah:
= −
− −
− Dimana:
P
1
= tingkat bunga ke-1 C
1
= NPV ke-1 P
2
= tingkat bunga ke-2 C
2
= NPV ke-2
Net BC Ratio merupakan angka perbandingan antara jumlah
present value yang positif sebagai pembilang dengan jumlah present
value yang negatif sebagai penyebut. Net BC Ratio ini menunjukkan
gambaran berapa kali lipat manfaat benefit yang diperoleh dari biaya cost yang dikeluarkan. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
Kriteria : -
Jika Net BC Ratio 1, maka proyek layak untuk dilaksanakan. -
Jika Net BC Ratio 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. -
Jika Net BC Ratio 1, maka proyek berada dalam keadaan break event point
.
b. Analisis Matrik Faktor Strategi Eksternal Penilaian eksternal ditujukan untuk mengukur sejauh mana peluang dan
ancaman yang dimiliki perusahaan. Menurut Rangkuti 2008 cara-cara menentukan faktor strategi eksternal EFAS adalah sebagai berikut:
1 Susunlah dalam kolom 1 5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman
2 Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 sangat
penting sampai dengan 0,0 tidak penting. Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.
3 Hitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 sampai dengan 1 berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai
rating untuk faktor peluang bersifat positif peluang yang makin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating 1. Pemberian nilai rating
ancaman adalah kebalikannya, jika nilai ancamannya sangat besar maka ratingnya 1, sebaliknya jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.
4 Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4 sampai dengan 1.
5 Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4, untuk memperoleh total skor
pembobotan.
c. Analisis Matrik Faktor Strategi Internal Penilaian internal ditujukan untuk mengukur sejauh mana kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki perusahaan. Menurut Rangkuti 2008 cara-cara menentukan faktor strategi internal IFAS adalah sebagai berikut:
1 Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan
dalam kolom 1. 2
Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 sangat penting sampai dengan 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap posisi strategis perusahaan. Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1.
35
3 Hitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan
skala mulai dari 4 sampai dengan 1 berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif
semua variabel yang masuk kategori kekuatan diberi nilai mulai dari 1 sampai dengan 4 sangat baik dengan membandingkannya dengan rata-rata industri
atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya. Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan
dengan rata-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan di bawah rata-rata industri, nilainya adalah 2.
4 Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4 sampai dengan 1.
5 Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4, untuk memperoleh total skor
pembobotan.
d. Analisis SWOT Analisis ini dapat menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi perusahaan untuk disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Setelah memperoleh gambaran yang jelas mengenai
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan maka selanjutnya dapat dipilih alternatif strategi dalam pengembangan pengolahan
pindang ikan.
e. Analisis AHP AHP adalah metode untuk memecahkan suatu situasi kompleks, tidak
terstruktur ke dalam beberapa komponen dalam susunan hirarki, dengan memberi nilai subyektif tentang pentingnya setiap peubah secara relatif dan
menetapkan peubah mana yang memiliki prioritas paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Peralatan utama AHP adalah memiliki sebuah hirarki fungsional dengan input
utama persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan
tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelomok-kelompoknya dan diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Tahapan penerapan AHP adalah :
1. Menetapkan prioritas unsur dengan membuat perbandingan berpasangan,
dengan skala perbandingan yang telah ditetapkan oleh Saaty 1990, seperti dimuat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penetapan prioritas unsur dengan perbandingan berpasangan Intensitas
Kepentingan Keterangan
Penjelasan
1 Kedua unsur sama
pentingnya Dua unsur mempunyai pengaruh
yang sama besar terhadap tujuan 3
Unsur yang satu sedikit lebih penting dari pada unsur yang
lainnya Pengalaman dan penilaian sedikit
menyokong satu unsur dibandingkan unsur lainnya
5 Unsur yang satu lebih
penting dari pada unsur yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu unsur
dibandingkan unsur lainnya
7 Satu unsur jelas lebih penting
dari pada unsur lainnya Satu unsur yang kuat dikosongkan
dominan terlihat dalam praktek 9
Satu unsur mutlak penting dari pada unsur lainnya
Bukti yang mendukung unsur yang satu terhadap unsur lain
memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin
menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai
pertimbangan yang berdekatan
Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan
Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan
aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i
2. Untuk model AHP, matriks perbandingan dapat diterima jika nilai rasio
konsisten 0,1. Nilai CR 0,1 merupakan nilai yang tingkat konsistensinya baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian,
nilai CR merupakan ukuran bagi konsistensi suatu komparasi berpasangan dalam matriks pendapat. Jika indeks konsistensi cukup tinggi maka dapat
dilakukan revisi judgement, yaitu dicari deviasi RMS dari barisan a
ij
dan W
i
W
j
dan merevisi judgment pada baris yang mempunyai nilai prioritas terbesar.
37
3. Penggunaan Software Expert Choise untuk metode AHP. Expert
Choise adalah suatu sistem yang digunakan untuk melakukan analisa,
sistematik, dan pertimbangan justifikasi dari sebuah evaluasi keputusan yang kompleks. Penggunaan hirarki dalam expert choice bertujuan untuk
mengorganisir perkiraan dan intuisi dalam suatu bentuk logis. Pendekatan secara hirarki ini memungkinkan pengambil keputusan untuk menganalisis
seluruh pilihan untuk pengambilan keputusan yang efektif.
f. Gabungan Analisis SWOT dan AHP
Analisis strategi pengembangan usaha pengolahan pindang ikan di Kabupaten Bogor dilakukan dengan menggabungkan SWOT dan AHP.
Analisis SWOT dimaksudkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan usaha dengan
memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada Rangkuti, 2008.
Penentuan strategi yang terbaik, dilakukan dengan cara pembobotan antara 0 – 1 dengan memberikan rating untuk masing-masing unsur SWOT
dengan skala 1 sampai dengan 4. Nilai 0 berati tidak penting dan nilai 1 berarti sangat penting. Selanjutnya bobot dan rating dikalikan untuk mendapatkan
skor. Kemudian unsur-unsur SWOT dihubungkan keterkaitannya dalam bentuk matrik guna memperoleh beberapa alternatif strategi pengembangan unit
pengolahan pindang ikan. Analisis AHP digunakan untuk menetapkan prioritas pengembangan unit
pengolahan pindang ikan. Tujuan analisis adalah untuk membantu para pengambil keputusan dalam menentukan strategi yang akan diambil dengan
menetapkan prioritas dan membuat keputusan yang terbaik. Tahapan metode analisis SWOT dan AHP adalah : 1 mengidentifikasi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pengembangan unit pengolahan pindang ikan, 2 Tahap masukan input stage terdiri dari matriks EFE dan
IFE 3 perumusan strategi dengan matriks IE Internal Ekstrenal dan matriks
SWOT dan 4 penetapan prioritas strategi dengan analisis AHP. Menurut Budiharsono 2001 tahapan metode gabungan antara SWOT dan AHP adalah :
1. Analisis SWOT dilakukan dengan cara mengdentifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi dalam penyusunan kebijakan. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan dan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman.
2. Setelah melakukan analisis SWOT, selanjutnya melakukan analisis AHP
dengan tahapan sebagai berikut : merinci permasalahan ke dalam komponen-komponennya, kemudian mengatur bagian dari komponen-
komponen tersebut kedalam bentuk hierarki. Hirarki yang paling atas diturunkan ke dalam beberapa unsur set lainnya, sehingga terdapat unsur-
unsur yang spesifik atau unsur yang dapat dikendalikan dan dicapai dalam situasi konflik Saaty, 1993
3.4 Aspek Kajian