bisa mencukupi kebutuhan, bisa bangun rumah dan beli motor”. Sebelum adanya PHBM, kondisi hutan sangat buruk dan
perekonomian masyarakat pun tidak sebaik sekarang. Setelah ada penanaman kopi ini, ternyata tanaman kopi ini cocok untuk
dikembangkan di desa ini. Sekarang dapat dilihat hasilnya, desa ini menjadi sejahtera, untuk memenuhi kebutuhan, membangun rumah
dan kendaraan bermotor pun telah mampu.” Tanaman kopi di Desa Sidomulyo merupakan tanaman yang sangat cocok
dikembangkan di desa ini. Kehidupan masyarakat di desa ini sebagian besar bergantung penuh pada tanaman ini. Sebagian besar masyarakat di desa ini
bermatapencaharian sebagai petani kopi. Tanaman kopi yang tumbuh di hutan dan kebun-kebun milik warga di desa ini tumbuh dengan sangat baik, bahkan para
pemilik kopi sampai takut kehilangan kopi mereka jika dicuri. Menurut warga sekitar hutan, saat ini sudah tidak ada lagi pencurian kayu di hutan, tetapi yang
mereka takutkan adalah pencurian hasil panen kopi mereka, karena pendapatan dari hasil kopi mereka jauh lebih menguntungkan dibandingkan menjual kayu
curian. Kopi di Desa Sidomulyo merupakan produk yang patut dibanggakan, karena kualitas dan rasanya yang mampu menembus pasar baik di dalam maupun
luar negeri sehingga kopi Desa Sidomulyo ini pun diangkat menjadi salah satu tanaman produksi khas dari Kabupaten Jember selain dari kakao.
5.4.3 Desa Sukojember RPH Jelbuk
Kegiatan penjagaan, perlindungan, dan pengamanan hutan di LMDH Suger Subur Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember telah menjadi tanggung jawab
LMDH Suger Subur serta pihak Perhutani, kegiatan masyarakat dalam PHBM diantaranya adalah patroli secara aktif dan pasif serta pembuatan pos pengamanan.
Pembuatan pos pengamanan ini dibuat untuk mempermudah patroli dan penjagaan hutan. Pos pengamanan ini biasa disebut sebagai pos bayangan. Letak
pos pengamanan dapat berupa tempat tinggal anggota yang dekat dengan hutan maupun rumah dinas.
Budidaya yang dikembangkan dalam PHBM oleh LMDH Suger Subur adalah tanaman palawijahortikultura dengan pola agroforestry dilakukan sejak
adanya program PHBM ditetapkan. Adapun jenis-jenis tanaman palawija yang ditanam seperti: tembakau, kopi, padi, kacang-kacangan, kedelai, jagung, dan
singkong tergantung pada musim tanam. Besar proporsi bagi hasilsharing yang
diterima masing-masing pihak berupa tanaman hortikultura dan tanaman semusim hasil panen sebesar 100 menjadi hak anggota dan pihak ketiga.
Berdasarkan hasil wawancara responden, 87 masyarakat di desa ini telah memahami pentingnya PHBM dan 97 dari mereka juga telah terlibat aktif dalam
kegiatan PHBM dan perlindungan hutan. Dari 30 orang responden tersebut, 83 masyarakat di desa ini merasakan manfaat yang lebih baik dengan adanya PHBM
dibandingkan sebelum adanya PHBM, dan 77 program PHBM dapat mengatasi pencurian kayu di daerah ini, dikarenakan manfaat dan pentingnya PHBM telah
dipahami diterima dan dirasakan dengan baik oleh masyarakat. Desa Sukojember merupakan desa yang belum memiliki LMDH.
Permasalahan ini disebabkan karena belum tercipta kerjasama yang baik antara kepala desa dengan pihak Perhutani. Berdasarkan informasi yang disampaikan
oleh asper dan mantri RPH Jelbuk, kepala Desa Sukojember sejak dulu berpandangan negatif tentang Perhutani begitupun dengan maksud didirikannya
LMDH dengan pola PHBM bagi masyarakat. Dalam pengelolaan hutan agar tetap lestari di Desa Sukojember, pihak
Perhutani KPH Jember menyerahkan tanggung jawab PHBM ini kepada LMDH Suger Subur Desa Suger Kidul yang berada di sebelah selatan Desa Sukojember.
Kondisi hutan di Desa Sukojember dapat dikatakan baik bahkan pola PHBM yang diterapkan di desa ini berjalan dengan baik karena terciptanya kerjasama yang
baik antara warga dan Perhutani.
5.5 Penilaian Efektivitas PHBM