Analisis Data METODE PENELITIAN

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan contoh golongan pendapatan dan mata pencaharian dilakukan dengan cara random sampling. Metode penentuan desa ditentukan dengan cara purposive sampling atau disengaja dengan 3 kriteria desa berdasarkan pola PHBM yang dikembangkan dan tingkat kerawanan akan pencurian kayu yaitu desa pertama dengan pola penanaman jati dan palawija tingkat kerawanan tinggi, desa kedua dengan pola penanaman pinus dan kopi tingkat kerawanan rendah, serta desa ketiga dengan pola penanaman pinus dan palawija tingkat kerawanan sedang. Responden yang diambil berjumlah 90 responden dari 3 desa. Masing-masing responden di tiap desa yang diambil adalah 30 responden. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut : 1. Studi pustaka yang dilakukan demi menambah kelengkapan data yang diperoleh. Pengumpulan literatur dilakukan dengan cara mempelajari, mengutip buku dan laporan yang berkaitan dengan penelitian ini. 2. Teknik wawancara yang dilakukan dengan melakukan tanya jawab langsung dengan responden dan pihak-pihak yang terkait dengan menggunakan kuisioner. 3. Teknik observasi yang dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek peneliti.

3.5 Analisis Data

Analisis data penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data- data disajikan dalam bentuk tabulasi dan dijelaskan secara deskriptif. Efektifitas PHBM dalam mengatasi illegal logging dianalisis berdasarkan variabel-variabel: 1 Manfaat yang dirasakan dengan adanya PHBM, 2 Program PHBM telah sesuai keinginan, 3 Perhutani memberikan manfaat bagi masyarakat, 4 Harapan masyarakat telah tercapai dan 5 Program PHBM dapat mencegah illegal logging. Menurut Wilder 2001 diacu dalam Sopar 2010 jawaban dari setiap pertanyaan dinilai dengan skoring berdasarkan tingkat kesesuaian antara harapan yang ingin dicapai dengan kondisi di lapangan, seperti berikut: Sangat tidak sesuai : 1 Tidak sesuai : 2 Netral : 3 Sesuai : 4 Sangat Sesuai : 5 Skor dari setiap pernyataan dalam sebuah faktor dijumlahkan kemudian dicari rataannya. Skor ≥ 4,0 memperlihatkan proses program telah berjalan baik dan kemungkinan sudah tidak memerlukan perhatian lagi Skor 3,0 – 3,9 merupakan garis batas dan perlu diadakan diskusi kelompok untuk melihat bilamana mereka membutuhkan perhatian Skor ≤ 2,9 memperlihatkan keprihatinan dan harus menjadi pusat perhatian Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur tanggal 20 November 2011 nomor : 81 Tahun 2012 perihal penetapan Upah Minimum KabupatenKota UMK di Jawa Timur Tahun 2012 untuk daerah Kabupaten Jember ditetapkan UMK sebesar Rp 920.000,00. Tingkat pendapatan responden dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu tingkat pendapatan kurang dari Rp 920.000,00 per bulan; antara Rp 920.000,00 - Rp 1.500.000,00 per bulan; dan lebih dari Rp 1.500.000,00 perbulan. Jika sebagian besar pendapatan responden diatas Upah Minimum KabupatenKota UMK ≥ Rp. 920.000,00, maka diasumsikan bahwa pola PHBM berhasil dalam memberdayakan masyarakat dan penurunan tingkat pencurian kayuillegal logging. Sumber pendapatan atau mata pencaharian responden diklasifikasikan ke dalam 4 kategori, yaitu : 1 hasil hutan, 2 pertanian, 3 jasa perdagangan, dan 4 jasa lain. Dalam menganalisis mata pencaharian menggunakan satuan persentase . Asumsi dilihat dari perbandingan antara persentase total penduduk bermata pencaharian dari hasil hutan dengan persentase mata pencaharian pada sektor lainnya. Dapat diasumsikan bahwa semakin besarnya penduduk yang bermata pencaharian dari hasil hutan maka illegal logging yang terjadi akan semakin tinggi.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kesatuan Pemangkuan Hutan Jember

4.1.1 Letak dan Luas

Secara geografis KPH Jember terletak pada 6˚27’29” - 7˚14’35” Bujur T imur dan 7˚59’6” - 8˚33’56” Lintang Selatan berbentuk dataran ngarai yang subur pada bagian Tengah dan Selatan, dikelilingi pegunungan yang memanjang sepanjang batas Utara dan Timur serta Samudera Indonesia. Luas KPH Jember adalah 71.556,34 ha, yang terbagi ke dalam 3 wilayah, yakni wilayah Lereng Yang Selatan LYS 24.725,54 ha, bagian Hutan Sempolan 18.305,8 ha dan wilayah Jember Selatan 28.525,0 ha. Hutan tersebut terbagi lagi atas tiga kelas perusahaan, yaitu Kelas Perusahaan Pinus, Kelas Perusahaan Jati dan Kelas Perusahaan Mahoni. Secara administratif seluruh wilayah hutan KPH Jember berada di Kabupaten Jember. Batas-batas KPH Jember adalah: Sebelah Timur : KPH Banyuwangi Barat dan Selatan Sebelah Barat : KPH Probolinggo Sebelah Utara : KPH Bondowoso Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

4.1.2 Pembagian Wilayah dan Topografi

Wilayah KPH Jember terbagi ke dalam 7 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan BKPH dan terbagi lagi atas 23 Resort Pemangkuan Hutan RPH. Rincian luas kawasan hutan per BKPH : 1. BKPH Lereng Yang Barat : 10.008,7 Ha 2. BKPH Lereng Yang Timur : 14.610,9 Ha 3. BKPH Sempolan : 11.072,4 Ha 4. BKPH Sumberjambe : 7.107,2 Ha 5. BKPH Mayang : 9.355,5 Ha 6. BKPH Ambulu : 13.053,6 Ha 7. BKPH Wuluhan : 6.085,3 Ha Jumlah : 71.293,6 Ha

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERUM PERHUTANI DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN (Studi Di Wilayah Perum Perhutani KPH Malang)

1 8 17

Analisis finansial prospek pengelolaan hutan tanaman pinus di KPH Lawu Ds Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 10 111

Efektivitas kolaborasi antara perum perhutani dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 32 102

Penentuan Daur Optimal dengan Faktor Pencurian Kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

1 21 78

Peranan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Cepu, Perum Perhutani Unit I, Jawa Tengah

1 41 109

Pemodelan spasial kerawanan pencurian kayu menggunakan sistem informasi geografis di KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 9 85

Peran Perempuan dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus RPH Tanjungkerta BKPH Tampomas KPH Sumedang Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)

0 13 203

Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 14 132

Partisipasi Masyarakat Desa Hutan dalam Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

0 9 114

Peran Perempuan dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus di Desa Bareng, RPH Alasgung, BKPH Bareng, KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)

0 4 135