Sejarah LMDH Suger Subur Kegiatan LMDH Suger Subur

sekitar desa banyak dijarah oleh masyarakat luar desa. Besar proporsi bagi hasilsharing yang diterima masing-masing pihak berupa kopi OC dari produksi tanaman kopi adalah 75 untuk pesanggempetani kopi dan 25 untuk Perhutani. Besar bagi hasil didasarkan pada jumlah pohon dan jumlah produksi kopi per pohon setelah diadakan pendataan ulang kopi yang dipanen. Kegiatan budidaya kopi ini dilakukan di 7 petak yaitu di petak 2a, 2d, 13a, 15b, 17b, 129a, 129e dengan total luas seluruh lahan 434,35 Ha. Tanaman kopi yang ada di petak-petak tersebut bersifat sporadistidak merata. Masa tanam kopi adalah 3-4 kali dalam setahun dengan jarak tanam 1 m x 3 m. Tanaman kopi ini ditanam di bawah tegakan pada kelas hutan lindung. Petani dapat menghasilkan sekitar 2,5 kwintal OC Beras kopi per hektar dengan harga OC kopi rata-rata berharga Rp 20.000kg.

4.2.5 Sejarah LMDH Suger Subur

Desa Sukojember berada dalam kawasan RPH Jelbuk BKPH Lereng Yang Timur KPH Jember. Desa Sukojember merupakan desa yang belum ber-PHBM secara mandiri sehingga untuk pengelolaan hutan di desa ini diserahkan kepada LMDH Suger Subur yang berada di sebelah Desa Sukojember yaitu Desa Suger Kidul. Luas hutan yang berada dalam kawasan Desa Sukojember adalah 22,4 Ha. Penentuan luas dan lokasi lahan pangkuan sudah ditentukan langsung oleh Perum Perhutani. Sebagian besar masyarakat yang merupakan anggota LMDH Suger Subur menggantungkan hidupnya dari hasil bercocok tanam di hutan sekitar tempat tinggal mereka. Pekerjaan utama anggota LMDH Suger Subur dan warga Desa Sukojember adalah sebagai petani. Dari responden di LMDH Suger Subur 23 orang memiliki pekerjaan utama sebagai petani hutan, 3 orang sebagai buruh tani, 2 orang sebagai wiraswasta, 1 orang penyadap getah dan 1 orang sebagai tukang bangunan. Belum terbentuknya LMDH di Desa Sukojember dilatarbelakangi oleh pernyataan Kepala Desa Sukojember bahwa hutan seutuhnya adalah milik rakyat, baik pengelolaan dan seluruh hasilnya, sehingga beliau tidak ingin melakukan kerjasama dengan Perhutani dalam membangun PHBM di sekitar desa hutan tersebut. Beliau berpendapat bahwa hasil sharing PHBM hanya untuk keuntungan Perhutani dan tidak memberi kesejahteraan bagi masyarakat seutuhnya.

4.2.6 Kegiatan LMDH Suger Subur

Kegiatan penjagaan, perlindungan, dan pengamanan hutan di LMDH Suger Subur Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember telah menjadi tanggung jawab LMDH Suger Subur serta pihak Perhutani, kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah : 1. Pengamanan Hutan a. Patroli secara aktif Kegiatan pengamanan hutan, seluruh anggota terlibat patroli yang dilakukan secara bergilir bersama petugas dari Perum Perhutani pada pagi dan malam hari secara rutin yang dilakukan mulai pukul 07.00-19.00 WIB. b. Patroli secara pasif Pengamanan hutan dilakukan saat anggota melakukan kegiatan di dalam hutan seperti mengambil getah pinus, mencari kayu bakar, memelihara dan memanen tanaman kopi serta hasil pertanian mereka yang lain. Anggota saling menjaga dan memantau apabila terdapat orang-orang yang mencurigakan dan melaporkan pada petugas Perum Perhutani. c. Pembuatan pos pengamanan Dalam mempermudah patroli dan penjagaan hutan, maka dibuatlah pos pengamanan atau biasa disebut sebagai pos bayangan. Letak pos pengamanan dapat berupa tempat tinggal anggota yang dekat dengan hutan maupun rumah dinas. 2. Budidaya Palawija Budidaya tanaman palawijahortikultura dalam kawasan hutan dengan pola agroforestry dilakukan sejak adanya program PHBM ditetapkan. Adapun jenis-jenis tanaman palawija yang ditanam seperti: tembakau, kopi, padi, kacang-kacangan, kedelai, jagung, dan singkong tergantung pada musim tanam. Besar proporsi bagi hasilsharing yang diterima masing-masing pihak berupa tanaman hortikultura dan tanaman semusim hasil panen sebesar 100 menjadi hak anggota dan pihak ketiga. Kegiatan penanaman yang dilakukan dengan sistem tumpang sari. Penanaman tanaman pokok berupa pinus dengan jarak tanam 3 m x 3 m, tanaman pengisi berupa manting dan johor, tanaman tepi berupa sengon, tanaman sela berupa rumput gajah, serta tanaman hortikultura yang menjadi lahan andil masyarakat adalah seluas 0,15 Ha dengan ukuran 15 m x 10 m.

4.3 Karakteristik Masyarakat

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERUM PERHUTANI DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN (Studi Di Wilayah Perum Perhutani KPH Malang)

1 8 17

Analisis finansial prospek pengelolaan hutan tanaman pinus di KPH Lawu Ds Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 10 111

Efektivitas kolaborasi antara perum perhutani dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 32 102

Penentuan Daur Optimal dengan Faktor Pencurian Kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

1 21 78

Peranan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Cepu, Perum Perhutani Unit I, Jawa Tengah

1 41 109

Pemodelan spasial kerawanan pencurian kayu menggunakan sistem informasi geografis di KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 9 85

Peran Perempuan dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus RPH Tanjungkerta BKPH Tampomas KPH Sumedang Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)

0 13 203

Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 14 132

Partisipasi Masyarakat Desa Hutan dalam Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

0 9 114

Peran Perempuan dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus di Desa Bareng, RPH Alasgung, BKPH Bareng, KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)

0 4 135