Umur Tingkat Pendidikan Karakteristik Masyarakat

Kegiatan penanaman yang dilakukan dengan sistem tumpang sari. Penanaman tanaman pokok berupa pinus dengan jarak tanam 3 m x 3 m, tanaman pengisi berupa manting dan johor, tanaman tepi berupa sengon, tanaman sela berupa rumput gajah, serta tanaman hortikultura yang menjadi lahan andil masyarakat adalah seluas 0,15 Ha dengan ukuran 15 m x 10 m.

4.3 Karakteristik Masyarakat

Karakteristik keanggotaan didasarkan pada karakteristik responden yang meliputi umur dan tingkat pendidikan. Responden merupakan anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH yang dipilih secara acak, masing-masing 30 orang dari tiap LMDH. Jumlah anggota LMDH Lampeji sebanyak 450 orang, sedangkan jumlah anggota dari LMDH Artha Wana Mulya sebanyak 876 orang dan jumlah anggota LMDH Suger Subur sebanyak 90 orang.

4.3.1 Umur

Dalam penelitian ini pengelompokkan kategori usia penduduk dibagi menjadi 3 kategori yaitu kategor i muda ≤ 51 tahun, kategori menengah 52 – 63 tahun dan kategori tua ≥ 64 tahun. Pengelompokkan responden berdasarkan kategori umur dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan tingkat umur No Lembaga Masyarakat Desa Hutan Muda ≤ 51 tahun Menengah 52-63 tahun Tua ≥ 64 tahun 1 LMDH Lampeji 21 70 8 26,7 1 3,3 2 LMDH Artha Wana Mulya 24 80 6 20 0 0 3 LMDH Suger Subur 20 66,7 8 26,7 2 6,7 Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa umur responden dari anggota LMDH Lampeji mayoritas berada dalam kategori muda ≤ 51 tahun sebanyak 21 orang 70, sebanyak 8 orang 26,7 berada pada kategori menengah 52 – 63 tahun dan 1 orang 3,33 berada dalam kategori tua. Usia anggota LMDH Artha Wana Mulya sebagia n besar berada dalam kategori muda ≤ 51 tahun sebanyak 24 orang 80, sebanyak 6 orang 20 berada pada kategori menengah 52 – 63 tahun dan 0 orang 0 berada dalam kategori tua. Pada umumnya usia anggota LMDH Suger Subur mayoritas berada dalam kate gori muda ≤ 51 tahun sebanyak 20 orang 66,7, sebanyak 8 orang 26,7 berada pada kategori menengah 52 – 63 tahun dan 2 orang 6,7 berada dalam kategori tua. Kategori usia penduduk dibagi menjadi 3 yaitu usia 14 tahun usia belum produktif, usia 14 - 64 tahun usia produktif dan usia 64 tahun usia tidak produktif. Masyarakat dari ketiga lokasi responden tersebut masuk dalam kategori usia produktif yang terlihat dari sebagian besarnya masyarakat yang masuk dalam kategori usia muda ≤ 51 tahun. Hal ini terlihat dari aktifnya masyarakat melakukan kegiatan pemanfaatan hutan, pemeliharaan dan penjagaan hutan adalah masyarakat dari golongan yang masih produktif.

4.3.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang terakhir ditempuh responden dan pendidikan informal kursuspelatihan yang pernah diikuti responden yang dikategorikan menjadi 3 yaitu rendah tidak sekolah–tamat SDsederajat, sedang tamat SMPsederajat dan tinggi tamat SMAsederajat- Perguruan Tinggi. Pengelompokan responden berdasarkan kategori tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan No Lembaga Masyarakat Desa Hutan Rendah tidak sekolah- SD Sedang SMP Tinggi SMA-Perguruan Tinggi 1 LMDH Lampeji 28 93,33 1 3,33 1 3,33 2 LMDH Artha Wana Mulya 15 50 6 20 9 30 3 KTH Sukojember 27 90 1 3,33 2 6, 67 Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa dari ketiga lokasi responden tersebut tingkat pendidikan responden sebagian besar berada dalam kategori rendah tidak sekolah-SD. Pada LMDH Lampeji mayoritas tingkat pendidikan berada dalam kategori rendah tidak sekolah- SD sebanyak 28 orang 93,33, sebanyak 1 orang 3,33 berada pada kategori Sedang SMP dan 1 orang 3,33 berada dalam kategori Tinggi SMA-Perguruan Tinggi. Pada LMDH Artha Wana Mulya mayoritas tingkat pendidikan berada dalam kategori rendah tidak sekolah- SD sebanyak 15 orang 50, sebanyak 6 orang 20 berada pada kategori Sedang SMP dan 9 orang 30 berada dalam kategori Tinggi SMA-Perguruan Tinggi. Pada LMDH Suger Subur mayoritas tingkat pendidikan berada dalam kategori rendah tidak sekolah- SD sebanyak 27 orang 90, sebanyak 1 orang 3,33 berada pada kategori sedang SMP dan 2 orang 6,67 berada dalam kategori tinggi SMA-Perguruan Tinggi. Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki masyarakat disebabkan letak sekolah lanjutan seperti SMP dan SMA yang jauh dari tempat tinggal warga serta tidak adanya dana untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

5.1.1 Mata Pencaharian

Sumber pendapatan responden digolongkan menjadi empat yaitu sumber mata pencaharian yang berasal dari hasil hutan, pertanian, perdagangan dan bidang lainnya. Berikut ini kehidupan sosial masyarakat berdasarkan mata pencaharian pada RPH Mumbulsari, RPH Garahan dan RPH Jelbuk. Tabel 6 Mata pencaharian pokok responden Sumber Pendapatan Pekerjaan Pokok Desa Lampeji RPH Mumbulsari Desa Sidomulyo RPH Garahan Desa Sukojember RPH Jelbuk Jumlah Pekerja KK Persen Jumlah Pekerja KK Persen Jumlah Pekerja KK Persen Hasil hutan Petani hutan, chainsawmanpenebang, penyadap 4 13 5 17 24 80 Pertanian Buruh tani, Petani, Pencari rumput gajah 21 70 15 50 3 10 Jasa perdagangan Pedagang, pedagang kopi 2 7 Jasa lain PNS, Perangkat desa, Wiraswasta, Peternak, Nelayan, Tukang bangunan, Kuli Pabrik 3 10 10 33 3 10 Tabel 7 Mata pencaharian sampingan responden Sumber Pendapatan Pekerjaan Sampingan Desa Lampeji RPH Mumbulsari Desa Sidomulyo RPH Garahan Desa Sukojember RPH Jelbuk Jumlah Pekerja KK Persen Jumlah Pekerja KK Persen Jumlah Pekerja KK Persen Hasil hutan Petani hutan, chainsawmanpenebang, penyadap 22 73 2 7 1 3 Pertanian Buruh tani, Petani, Pencari rumput gajah 1 3 9 30 10 33 Jasa perdagangan Pedagang, pedagang kopi 2 7 9 30 11 37

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERUM PERHUTANI DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN (Studi Di Wilayah Perum Perhutani KPH Malang)

1 8 17

Analisis finansial prospek pengelolaan hutan tanaman pinus di KPH Lawu Ds Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 10 111

Efektivitas kolaborasi antara perum perhutani dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 32 102

Penentuan Daur Optimal dengan Faktor Pencurian Kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

1 21 78

Peranan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Cepu, Perum Perhutani Unit I, Jawa Tengah

1 41 109

Pemodelan spasial kerawanan pencurian kayu menggunakan sistem informasi geografis di KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 9 85

Peran Perempuan dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus RPH Tanjungkerta BKPH Tampomas KPH Sumedang Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)

0 13 203

Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 14 132

Partisipasi Masyarakat Desa Hutan dalam Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

0 9 114

Peran Perempuan dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus di Desa Bareng, RPH Alasgung, BKPH Bareng, KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)

0 4 135