diterima masing-masing pihak berupa tanaman hortikultura dan tanaman semusim hasil panen sebesar 100 menjadi hak anggota dan pihak ketiga.
Berdasarkan hasil wawancara responden, 87 masyarakat di desa ini telah memahami pentingnya PHBM dan 97 dari mereka juga telah terlibat aktif dalam
kegiatan PHBM dan perlindungan hutan. Dari 30 orang responden tersebut, 83 masyarakat di desa ini merasakan manfaat yang lebih baik dengan adanya PHBM
dibandingkan sebelum adanya PHBM, dan 77 program PHBM dapat mengatasi pencurian kayu di daerah ini, dikarenakan manfaat dan pentingnya PHBM telah
dipahami diterima dan dirasakan dengan baik oleh masyarakat. Desa Sukojember merupakan desa yang belum memiliki LMDH.
Permasalahan ini disebabkan karena belum tercipta kerjasama yang baik antara kepala desa dengan pihak Perhutani. Berdasarkan informasi yang disampaikan
oleh asper dan mantri RPH Jelbuk, kepala Desa Sukojember sejak dulu berpandangan negatif tentang Perhutani begitupun dengan maksud didirikannya
LMDH dengan pola PHBM bagi masyarakat. Dalam pengelolaan hutan agar tetap lestari di Desa Sukojember, pihak
Perhutani KPH Jember menyerahkan tanggung jawab PHBM ini kepada LMDH Suger Subur Desa Suger Kidul yang berada di sebelah selatan Desa Sukojember.
Kondisi hutan di Desa Sukojember dapat dikatakan baik bahkan pola PHBM yang diterapkan di desa ini berjalan dengan baik karena terciptanya kerjasama yang
baik antara warga dan Perhutani.
5.5 Penilaian Efektivitas PHBM
5.5.1 Tingkat Keberhasilan PHBM
Dalam membandingkan tingkat keberhasilan PHBM dalam mengatasi illegal logging maka dilakukan pemilihan tiga contoh desa pola PHBM yang
dikembangkan dan melihat dari tingkat kerawanan akan pencurian kayu. Desa pertama adalah desa yang memiliki tingkat kerawanan pencurian kayu tertinggi
dengan pola PHBM jati dan palawija yaitu Desa Lampeji BKPH Mumbulsari. Desa kedua adalah desa yang memiliki tingkat kerawanan pencurian kayu
terendah yang menerapkan pola PHBM pinus dan kopi yaitu Desa Sidomulyo BKPH Garahan. Sedangkan desa ketiga adalah desa yang memiliki tingkat
kerawanan pencurian kayu sedang yang menerapkan pola PHBM pinus dan palawija.
Menurut Wilder 2001 diacu dalam Sopar 2010 tingkat efektivitas suatu program dapat dilihat dari tingkat kesesuaian program tersebut dengan apa yang
dialami dan di rasakan di lapangan. Berikut ini hasil penilaian masyarakat mengenai program PHBM yang dilaksanakan oleh Perum Perhutani.
Tabel 11 Penilaian Efektivitas PHBM dengan pola jati dan palawija desa Lampeji
Indikator Penilaian Jumlah
Nilai Jumlah
Responden Rataan
Nilai Manfaat yang dirasakan dengan adanya PHBM
64 30
2,1 Program PHBM sesuai keinginan
46 30
1,5 Perhutani memberikan manfaat bagi rakyat
57 30
1,9 Harapan masyarakat telah tercapai
41 30
1,4 Program PHBM dapat mencegah illegal
logging 34
30 1,1
Pada desa Lampeji RPH Mumbulsari untuk semua indikator penilaian memiliki skor
≤ 2,9 hal ini dapat menunjukkan bahwa program PHBM yang telah dijalankan di desa ini tidak berjalan sesuai harapan dan perlu adanya perhatian
penuh pada daerah ini. Program PHBM dengan pola jati dan palawija tidak efektif diterapkan pada RPH Mumbulsari karena program PHBM dalam mengatasi
pencurian kayu di daerah ini tidak berjalan baik dan tingkat kerawanan illegal logging pun masih tinggi.
Tabel 12 Penilaian Efektivitas PHBM dengan pola pinus dan kopi desa Sidomulyo
Indikator Penilaian Jumlah
Nilai Jumlah
Responden Rataan
Nilai Manfaat yang dirasakan dengan adanya PHBM
137 30
4,6 Program PHBM sesuai keinginan
125 30
4,2 Perhutani memberikan manfaat bagi rakyat
144 30
4,8 Harapan masyarakat telah tercapai
108 30
3,6 Program PHBM dapat mencegah illegal
logging 135
30 4,5
Pada desa Sidomulyo RPH Garahan indikator penilaian mengenai harapan masyarakat akan kehidupan yang lebih sejahtera dari program ini memiliki skor
3,6 yang berarti harapan dari program PHBM yang telah dijalankan di desa ini perlu didiskusikan bilamana mereka membutuhkan perhatian, sedangkan untuk
indikator penilaian yang lainnya memiliki skor ≥ 4,0 yang artinya program PHBM berjalan dengan baik dan memang memberikan manfaat yang dapat
dirasakan masyarakat serta program ini mampu mencegah terjadinya perusakan hutan akibat illegal logging di daerah ini dengan baik dengan pola pinus dan kopi,
sehingga tingkat kerawanan pencurian kayu pun rendah.
Tabel 13 Penilaian Efektivitas PHBM dengan pola pinus dan palawija desa Sukojember
Indikator Penilaian Jumlah
Nilai Jumlah
Responden Rataan
Nilai Manfaat yang dirasakan dengan adanya PHBM
142 30
4,7 Program PHBM sesuai keinginan
131 30
4,4 Perhutani memberikan manfaat bagi rakyat
139 30
4,6 Harapan masyarakat telah tercapai
95 30
3,2 Program PHBM dapat mencegah illegal
logging 144
30 4,8
Pada indikator penilaian mengenai harapan masyarakat akan kesejahteraan di Desa Sukojember RPH Jelbuk memiliki skor 3,2 yang artinya harapan dari
program PHBM yang telah dijalankan di desa ini perlu didiskusikan kembali bilamana mereka membutuhkan perhatian. Indikator penilaian yang lain memiliki
skor ≥ 4,0 yang artinya program PHBM berjalan dengan baik dan memang memberikan manfaat yang dapat dirasakan masyarakat serta program PHBM
dengan pola penanaman pinus dan palawija ini mampu mencegah terjadinya perusakan hutan akibat illegal logging di daerah ini dengan baik.
5.5.2 Efektivitas PHBM di KPH Jember