Intensitas Pencurian dan Kerugian Akibat Pencurian Kayu

5.2 Intensitas Pencurian dan Kerugian Akibat Pencurian Kayu

Kerusakan hutan Indonesia akibat pencurian kayu hingga saat ini masih belum dapat diatasi secara tuntas, begitu pula dengan kondisi hutan yang dikelola oleh KPH Jember. Berdasarkan data kerusakan hutan Perum Perhutani KPH Jember akibat pencurian kayu dalam 5 tahun terakhir dari tahun 2007 hingga 2011 total laporan pencurian kayu tertinggi LA terjadi pada tahun 2008 sebanyak 226 LA dengan total pohon yang telah dijarah adalah 1.133 pohon dengan total kerugian saat itu sebesar Rp 157.000.000,00. Secara garis besar intensitas kejadian pencurian kayu di KPH Jember mengalami penurunan dari tahun 2008 yang berjumlah 226 kasus menjadi 118 laporan kejadian kasus pencurian kayu di tahun 2011 Gambar 2. Sedangkan untuk jumlah kayu yang hilang juga mengalami penurunan dari tahun 2007 sebanyak 741 pohon menjadi 716 pohon pada tahun 2011 Gambar 3. Gambar 1 Jumlah LA tahun 2007-2011 KPH Jember Gambar 2 Jumlah pohon tahun 2007-2011 KPH Jember Gambar 3 Besar kerugian tahun 2007-2011 KPH Jember Besar kerugian tertinggi akibat pencurian kayu yang dialami Perum Perhutani KPH Jember terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp 324.393.000,00 Gambar 4. Kerugian pada tahun 2011 lebih besar dibandingkan pada tahun- tahun sebelumnya, hal ini dapat terjadi karena volume kubikasi pohon yang besar dan jenis kayu yang memiliki nilai komersial tinggi yang dicuri. Hasil hutan kayu yang menjadi produk utama dari KPH Jember yaitu produksi kayu jati dan kayu rimba. Harga jual jati lebih mahal dibandingkan kayu rimba, oleh karena itu oknum pencuri cenderung lebih menyukai jati dari pada kayu rimba. Berdasarkan data pencurian kayu yang terjadi dalam 5 tahun terakhir pada tahun 2007-2011 Tabel 6, jumlah kasus pencurian kayu tertinggi terjadi pada RPH Mumbulsari sebanyak 67 LA, RPH Jelbuk sebanyak 21 LA dan terendah adalah RPH Garahan sebanyak 18 LA. Jumlah pohon yang hilang sejak 2007- 2011 pada RPH Mumbulsari adalah sebanyak 693 pohon, RPH Jelbuk sebanyak 106 pohon sedangkan RPH Garahan sebanyak 60 pohon. Adapun besar kerugian yang dialami oleh RPH Mumbulsari dalam 5 tahun terakhir adalah sebesar Rp 52.469.000,00. Kerugian yang dialami RPH Jelbuk sebesar Rp 10.915.000,00 dan kerugian RPH Garahan adalah sebesar Rp 19.439.000,00. Kasus illegal logging hanya terjadi pada RPH tertentu, yaitu daerah yang memiliki potensi kerusakan hutan tinggi, akibat aktifitas masyarakat yang masih bergantung pada hasil hutan pola mata pencaharian masyarakat dan oknum yang mendukung pencurian kayu. Tabel 9 Data gangguan hutan KPH Jember tahun 2007 - 2011 RPH Mumbulsari, RPH Garahan dan RPH Jelbuk Tahun RPH Mumbulsari RPH Garahan RPH Jelbuk LA Pohon Rp. 000 LA Pohon Rp. 000 LA Pohon Rp. 000 2007 3 47 2.843 3 13 1731 2008 13 48 1.400 4 23 6.272 9 90 8.085 2009 8 13 755 5 14 5.588 8 3 1099 2010 26 347 20.565 7 18 1.625 2011 17 238 26.906 2 5 5.954 1 TOTAL 67 693 52.469 18 60 19.439 21 106 10.915 Sumber: Laporan Keamanan dan Perlindungan Hutan Perum Perhutani KPH Jember RPH Mumbulsari merupakan salah satu daerah yang sangat rawan perusakan hutan akibat ulah manusia. Intensitas jumlah kasus pencurian kayu yang terjadi di RPH Mumbulsari tidak mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini terlihat dari jumlah LA yang makin meningkat di tahun 2010 dan hanya mengalami sedikit penurunan di tahun 2011 Gambar 7. Dari gambar grafik perbandingan jumlah LA dan jumlah pohon yang hilang RPH Garahan dan RPH Jelbuk Gambar 5 dan Gambar 6 mengalami penurunan yang signifikan dan membuktikan bahwa intensitas pencurian kayu pada kedua RPH ini rendah dibandingkan dengan RPH Mumbulsari. Gambar 4 Grafik perbandingan jumlah LA dan pohon RPH Garahan Gambar 5 Grafik perbandingan jumlah LA dan pohon RPH Jelbuk Gambar 6 Grafik perbandingan jumlah LA dan pohon RPH Mumbulsari Terjadinya pencurian kayu memberi kerugian yang besar bagi Perum Perhutani KPH Jember. Selain merusak secara ekologi, pencurian kayu juga merugikan baik dari segi ekonomi dan sosial. Dalam mengatasi praktek illegal logging Perum Perhutani menerapkan program PHBM Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai salah satu solusi dalam mengatasi masalah gangguan hutan dan peningkatan ekonomi sosial masyarakat sekitar hutan. Jumlah Jumlah Tahun Tahun Jumlah LA dan Jumlah Pohon RPH Mubulsari Jumlah

5.3 Karakteristik Pencurian Kayu

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERUM PERHUTANI DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN (Studi Di Wilayah Perum Perhutani KPH Malang)

1 8 17

Analisis finansial prospek pengelolaan hutan tanaman pinus di KPH Lawu Ds Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 10 111

Efektivitas kolaborasi antara perum perhutani dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 32 102

Penentuan Daur Optimal dengan Faktor Pencurian Kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

1 21 78

Peranan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Cepu, Perum Perhutani Unit I, Jawa Tengah

1 41 109

Pemodelan spasial kerawanan pencurian kayu menggunakan sistem informasi geografis di KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 9 85

Peran Perempuan dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus RPH Tanjungkerta BKPH Tampomas KPH Sumedang Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)

0 13 203

Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 14 132

Partisipasi Masyarakat Desa Hutan dalam Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

0 9 114

Peran Perempuan dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus di Desa Bareng, RPH Alasgung, BKPH Bareng, KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)

0 4 135