USFDA  1995  menetapkan  batas  maksimum  mikroba  aerobik  dalam  pangan rumah sakit baik  dalam bentuk cair maupun tepung yaitu 10
4
CFUg dan Moffit et al.
1997 menyatakan bahwa CFUg  makanan enteral equivalen ke CFUmL.
B. PANGAN SIAP SAJI PSS
Peraturan  Pemerintah  Republik  Indonesia  Nomor  28  tahun  2004  tentang
keamanan,  mutu  dan  gizi  pangan  menyebutkan  bahwa  pangan  siap  saji  adalah
makanan danatau minuman yang sudah diolah dan siap untuk langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan BPOM 2004. Pada
umumnya,  pengendalian  mutu  dan  keamanan  pangan  siap  saji  meliputi  empat tahap,  yaitu  saat  pembelian  dan  penerimaan  bahan  pangan;  saat  penyimpanan;
penyiapan dan pengolahan; dan penyajian pangan Rahayu 2010 . Menurut  Rahayu  2010
ada  delapan  prinsip  penanganan  pangan  siap  saji yang  dapat  diaplikasikan  untuk  menjaga  keamanan  pangannya  yaitu  praktek
higiene  karyawan  yang  ketat;  pengendalian  waktu  dan  suhu  pengolahan; memastikan bahan pangan segar disimpan terpisah dengan pangan siap konsumsi;
memastikan kebersihan dan sanitasi permukaan kerja yang kontak dengan pangan; memasak  hingga  atau  lebih  besar  dari  suhu  internal  minimum  pangan;
mempertahankan  suhu  pangan  panas  pada  suhu  sama  atau  lebih  dari  60 C  atau
suhu  pangan  dingin  pada  5 C  atau  lebih  rendah;  mendinginkan  pangan  matang
yang  panas  hingga  5 C  dalam  waktu  selambatnya  4  jam;  memanaskan  kembali
pangan untuk disajikan selama lebih dari 15 detik pada  suhu internal 74 C dalam
selang waktu dua jam.
C. KEAMANAN PANGAN
Definisi  keamanan  pangan  menurut  Peraturan  Pemerintah  Nomor  28  tahun 2004  tentang  Keamanan,  Mutu  dan  Gizi  Pangan  adalah  kondisi  dan  upaya  yang
diperlukan  untuk    mencegah  pangan  dari  kemungkinan  cemaran  biologis,  kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan
manusia.  Bahaya  adalah  suatu  faktor  yang  keberadaannya  pada  bahan  pangan dapat menimbulkan masalah kesehatan konsumen yaitu meliputi bahaya biologis,
kimia atau fisik BPOM 2004.
Bahaya  biologis  berasal  dari  benda  hidup;  umumnya  mikroba,  yang keberadaannya  pada  bahan  pangan  menimbulkan  masalah  kesehatan  konsumen.
Mikroba yang dimaksud adalah mikroba patogen yang dapat menyebabkan diare, sakit  perut,  muntah  sampai  gagal  ginjal  dan  dapat  menyebabkan  kematian
Hariyadi   Dewanti-Hariyadi 2011. Ada dua  faktor  yang dapat mempengaruhi bahaya biologis yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri
dari  pH,  kadar  air,  aktivitas  air  aw,  nutrien,  senyawa  anti  mikroba,  struktur biologis dan lain-lain. Faktor ekstrinsik terdiri dari suhu, kelembaban, gas karbon
dioksida, ozon, sulfur dioksida  dan lain-lain Winarno 2011b. Bahaya  kimia  adalah  segala  bahan  kimia  yang  bersifat  racun;  sehingga
mengancam kesehatan manusia. Bahaya kimia ini dapat berasal dari bahan pangan sendiri, maupun berasal dari luar. Bahaya kimia yang berasal dari bahan itu dapat
berasal  dari  proses  metabolisme  bahan  ataupun  hasil  metabolisme  mikroba  yang berada  pada  bahan  pangan  tersebut.  Sedangkan  bahaya  kimia  yang  berasal  dari
luar,  dapat  digolongkan  dalam  bahan  bahaya  yang  masuk  secara  sengaja intentionally ataupun yang secara tidak sengaja ditambahkan non-intentionally
pada bahan pangan Hariyadi  Dewanti- Hariyadi 2011. Bahaya fisik bisa berupa fisik bahan pangan itu sendiri ataupun bahan fisik
lain yang keberadaannya dapat mengancam keselamatan konsumen. Bahaya fisik benda asing dapat berupa pecahan atau patahan tulang, logam, kaca, batang kayu
yang dapat menyebabkan kesehatan atau kecelakaan bagi konsumen. Bahaya fisik yang disebabkan oleh kondisi fisik bahan pangan itu sendiri, misalnya tekstur dan
ukuran produk Hariyadi  Dewanti-Hariyadi 2011.
D. GMP Good Manufacturing Practices