Penyaluran makanan. Development of Good Manufacturing Practices System for enteral food and its application at Gatot Soebroto Hospital Jakarta

utama dan rumah sakit pendidikan serta merupakan kebanggaan prajurit dan masyarakat maka unit penyedia makanan enteral juga perlu ikut mendukung. Salah satu bentuk dukungan adalah menerapkan pemenuhan persyaratan CPMEB untuk menjamin keamanan makanan enteral secara konsisten. Berdasarkan hasil evaluasi pemenuhan persyaratan CPMEB, direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :

1. Aspek peralatan produksi

a Melakukan sanitasi peralatan yang kontak dengan produk secara memadai. Cara yang paling aman yaitu merebus peralatan sampai dengan suhu permukaan peralatan 82 C sebelum dipergunakan. Oleh karena itu di ruang produksi perlu dilengkapi dengan kompor dan disertai pengisap asap. b Menggunakan rak piring tertutup untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang dari debu sekitar ruangan.

2. Aspek pengendalian proses

a Menambah tahap perebusan pada proses pembuatan makanan cair rumah sakit sehingga makanan mencapai suhu 74 C atau mengganti telur ayam segar yang digunakan dengan tepung telur tersertifikasi. b Menggunakan wadah yang mudah disanitasi dengan volume satu porsi 200-300 mL dan layak digunakan sebagai wadah penyajian. c Mensanitasi wadah di ruang dapur sonde bukan di ruang rawat inap maupun di dapur gizi sehingga selesai proses sanitasi dapat langsung dilakukan pengisian. Dengan demikian tenggang waktu antara sanitasi dan pengisian lebih pendek yang akhirnya meminimalisir terjadinya kontaminasi silang yang berasal dari lingkungan sekitar. d Selalu menempelkan keterangan produksi pada setiap wadah per satu porsi untuk menghindari salah sasaran dan untuk mempermudah penelusuran apabila dibutuhkan konfirmasi dari konsumen traceability. e Memperbaiki lemari penyimpanan hot cool thermobox agar makanan enteral cadangan dapat tersimpan pada suhu yang aman yaitu di luar “danger zone”. Disamping itu juga untuk mengurangi jumlah makanan enteral yang terbuang. f Menyediakan blender stainless steel yang dapat dipergunakan untuk memblender dalam keadaan panas sehingga proses pembuatan makanan saring tanpa susu tidak harus melalui tahap waktu tunggu. Tahap waktu tunggu berisiko meningkatkan pertumbuhan mikroba.

3. Aspek pelatihan

a Mewajibkan penanggung jawab dan seluruh penjamah makanan enteral mendapatkan kursus higiene sanitasi jasaboga sesuai kurikulum yang ditetapkan dalam Permenkes Nomor : 1096Menkes PERVI2011. b. Senantiasa meningkatkan pengetahuan keamanan pangan secara umum agar selalu dapat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.