Sebetulnya RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta saat ini tidak melakukan penyimpanan makanan enteral. Pada saat lemari penyimpanan
hot cool thermobox berfungsi, makanan enteral disimpan di bagian yang panas
hot apabila belum segera dikonsumsi seperti yang tercantum pada SOP makanan enteral formula rumah sakit diet rendah laktosa pada Lampiran 11.
Makanan enteral dapat diproduksi sekaligus untuk dua atau tiga frekwensi jika tersedia lemari penyimpanan yang dapat mempertahankan suhu makanan enteral
di luar “danger zone”. Saat ini karena thermobox rusak, tidak dilakukan penyimpanan. Akan tetapi ada perlakuan menyimpan makanan enteral untuk
mengatasi pesanan yang mendadak karena penambahan pasien. Dapur sonde selalu menyediakan cadangan makanan saring tanpa susu sebanyak 2-3 porsi.
Proses pembuatan makanan saring tanpa susu yaitu perebusan, pemblenderan dan penyaringan. Blender yang tersedia di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta
tidak dapat digunakan untuk meblender bahan dalam keadaan panas 70-80 C,
oleh karena itu bahan makanan saring tanpa susu yang telah direbus diturunkan suhunya menjadi sekitar 40
C sebelum diblender. Waktu tunggu penurunan suhu sekitar satu jam. Setelah pemblenderan, dilakukan penyaringan dan selanjutnya
makanan enteral yang digunakan sebagai cadangan ditempatkan dalam teko plastik, ditutup wrapping film dan disimpan pada suhu ruang selama 2-3 jam. Jika
tidak ada pesanan, setelah 2-3 jam kemudian, makanan enteral tersebut dibuang. Waktu tunggu berisiko meningkatkan pertumbuhan mikroba karena berada
pada zona berbahaya. Oleh karena itu tahap tersebut seharusnya dihindari dengan cara langsung dilakukan pemblenderan setelah perebusan Hal ini dapat dilakukan
jika blender yang digunakan tahan terhadap panas. Perbaikan thermobox juga
diperlukan agar penyimpanan makanan enteral dapat diterapkan sebagaimana mestinya sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba. . Disamping itu juga
perbaikan thermobox akan dapat mengurangi jumlah makanan yang terbuang.
3. Penyaluran makanan.
Penyaluran makanan enteral dari dapur sonde ke ruang rawat inap menggunakan troly. Troly selalu bersih sehingga terjamin tidak akan terjadi
kontaminasi silang. Jarak antara dapur sonde ke ruang rawat inap paling pendek
kurang lebih 50 meter dan paling jauh 400 meter dengan waktu tempuh kurang lebih antara 5 sampai dengan 25 menit. Waktu tempuh yang lama akan
menyebabkan suhu makanan turun dan menyebabkan suhu makanan berada pada “danger zone”. Hal ini akan memberikan peluang besar terjadinya peningkatan
pertumbuhan mikroba. Menurut Rahayu 2010 satu diantara delapan prinsip penanganan pangan siap saji yang dapat diaplikasikan untuk menjaga keamanan
pangannya yaitu mempertahankan suhu pangan panas pada suhu sama atau lebih dari 60
C atau suhu pangan dingin pada 5 C atau lebih rendah.
4. Pelatihan karyawan
Pemahaman tentang pentingnya prinsip-prinsip serta praktek higiene sanitasi serta proses pengolahan makanan enteral harus dimiliki oleh
penanggungjawab dan pelaksana penjamah unit penyedia makanan enteral. Di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta penanggungjawab dan sebagian
penjamah telah mengikuti kursus higiene dan sanitasi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebagian penjamah yang lain berdasarkan informasi lisan
mendapatkan pengetahuan higiene dan sanitasi dari orang yang telah berpengalaman. Kondisi demikian berdasarkan persyaratan dikategorikan kedalam
penilaian C cukup. Agar mendapatkan kriteria B baik, penanggungjawab dan penjamah harus telah mengikuti kursus higiene dan sanitasi sesuai dengan
peraturan yang berlaku yaitu kursus higiene sanitasi jasaboga sesuai kurikulum yang ditetapkan dalam Permenkes Nomor : 1096MenkesPERVI2011.
Berdasarkan evaluasi tersebut di atas, ada beberapa parameter yang dinilai baik tetapi berdasarkan kajian pustaka hal tersebut belum memenuhi syarat.
Contoh dalam hal ini yaitu pemahaman sanitasi peralatan dan wadah. Demikian juga dengan proses pembuatan makanan cair rumah sakit yaitu proses dilakukan
tanpa perebusan walaupun menggunakan kuning telur.
F. REKOMENDASI UNTUK PEMENUHAN PERSYARATAN CPMEB DI
RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD JAKARTA. Dalam rangka tercapainya visi yang baru RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad Jakarta yaitu menjadi rumah sakit berstandar internasional, rujukan
utama dan rumah sakit pendidikan serta merupakan kebanggaan prajurit dan masyarakat maka unit penyedia makanan enteral juga perlu ikut mendukung.
Salah satu bentuk dukungan adalah menerapkan pemenuhan persyaratan CPMEB untuk menjamin keamanan makanan enteral secara konsisten. Berdasarkan hasil
evaluasi pemenuhan persyaratan CPMEB, direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :
1. Aspek peralatan produksi
a Melakukan sanitasi peralatan yang kontak dengan produk secara memadai.
Cara yang paling aman yaitu merebus peralatan sampai dengan suhu permukaan peralatan 82
C sebelum dipergunakan. Oleh karena itu di ruang produksi perlu dilengkapi dengan kompor dan disertai pengisap
asap.
b Menggunakan rak piring tertutup untuk mencegah terjadinya kontaminasi
silang dari debu sekitar ruangan.
2. Aspek pengendalian proses
a Menambah tahap perebusan pada proses pembuatan makanan cair rumah
sakit sehingga makanan mencapai suhu 74 C atau mengganti telur ayam
segar yang digunakan dengan tepung telur tersertifikasi.
b Menggunakan wadah yang mudah disanitasi dengan volume satu porsi
200-300 mL dan layak digunakan sebagai wadah penyajian.
c Mensanitasi wadah di ruang dapur sonde bukan di ruang rawat inap
maupun di dapur gizi sehingga selesai proses sanitasi dapat langsung dilakukan pengisian. Dengan demikian tenggang waktu antara sanitasi dan
pengisian lebih pendek yang akhirnya meminimalisir terjadinya
kontaminasi silang yang berasal dari lingkungan sekitar.
d Selalu menempelkan keterangan produksi pada setiap wadah per satu
porsi untuk menghindari salah sasaran dan untuk mempermudah
penelusuran apabila dibutuhkan konfirmasi dari konsumen traceability.
e Memperbaiki lemari penyimpanan hot cool thermobox agar makanan
enteral cadangan dapat tersimpan pada suhu yang aman yaitu di luar