dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani tebu di Lampung Utara.
PG Bungamayang mulai melaksanakan giling tebu tahun 1984 giling perdana. Hasil panen tebu dari kebun sendiri maupun petani rakyat dan pihak
swasta yang masuk PG Bungamayang terus meningkat, bahkan cenderung tak tertampung dengan kapasitas giling terbatas itu. Salah satu upaya yang dilakukan
untuk mengatasi kendala keterbatasan kapasitas giling adalah memperpanjang masa giling. Masa giling saat ini diperpanjang dari normalnya 150 hari hingga
160 hari menjadi 250 hari. Areal tanam tebu PTPN VII di Bungamayang seluas 6.000 ha TS ditambah areal tanam milik petani sekitar 8.600 ha TR dan
tanaman tebu dari pihak ketiga seluas sekitar 5.000 ha TRB. Pangsa produksi gula yang dihasilkan oleh PG Bungamayang mencapai 14,19 dari total seluruh
produksi gula yang dihasilan PG di Propinsi Lampung.
Dalam perjalanan produksi tebu dan rendemen mengalami pasang surut. Hal ini disebabkan oleh antara lain belum ditemukannya teknologi budidaya
tanaman tebu yang mantap dan baik terutama pada tahun-tahun awal dimana tenaman tebu di lahan kering dikembangkan di luar Pulau Jawa. Faktor iklim
terutama curah hujan merupakan faktor pembatas yang menjadi kendala terutama penanaman pada saat musim kering, selain belum ditemukannya varietas
unggulan di lahan kering. Dalam upaya menemukan paket teknologi yang tepat, maka peran dan fungsi riset dan pengembangan menjadi motor penggerak dalam
upaya peningkatan produksi pada tahun-tahun berikutnya. Berdasarkan informasi dari pihak manajemen PG Bungamayang,
kebutuhan bahan baku tebu PG Bungamayang dipasok oleh tebu rakyat TR. Pada tabel 22 berikut digambarkan tentang kinerja usahatani pada tanaman tebu
rakyat TR.
Tabel 22. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Tebu Rakyat PG Bungamayang
Tahun Luas Areal Ha
Produksi Tebu Ton Rata-Rata Rendemen
Produktivitas Lahan Ton Ha
Produksi Hablur Ton Produktivitas
Hablur Ton HablurTon Tebu
2005 8.470,07
589.137 7,62
69,56 44892,24
5,30 2006
8.639,53 609.921
7,76 70,60
47329,87 5,48
2007 8.293,30
668.071 7,22
80,56 48234,73
5,82 2008
9.550,95 673.614,90
7,01 70,53
47220,40 4,94
2009 7.162,45
471.637,30 7,8
65,85 36787,71
5,14
Sumber : PG Bungamayang 2010 Dari 2005 sampai 2009, luas areal tanaman tebu rakyat TR di PG
Bungamayang adalah 8.411 hektar dengan tingkat produksi tebu sebesar 605.811,5 ton dengan rata-rata rendemen sebesar 7,45 . Dengan demikian, rata-
rata tingkat produktivitas lahan TR adalah 71,83 ton hektarnya. Jika dibandingkan, maka komposisi luas areal panen antara tebu sendiri
TS dan tebu rakyat TR adalah 43 berbanding 57 . Dilihat dari rata-ratanya, tingkat produktivitas tanaman tebu di PG Bungamayang yang berlahan kering
adalah 66,73 ton hektarnya. Tabel 23. Perkembangan Kinerja Produksi PG Bungamayang Tahun 2009
No Keterangan
Tebu Sendiri TS Tebu Rakyat TR
Tebu Rakyat Bebas TRB Total
1 Luas Areal Ha
6.021 7.161
1.061,10 14.243
2 Produksi Tebu Ton
405.439 471.637,3
73.302,3 950.379
3 Produkitivitas TonHa
67,33 65,87
69,08 66,73
4 Rendemen
8,18 7,46
8 7,88
5 Produksi Hablur Ton
33.784,39 35.194,50
5.529 74.507,66
6 Produktivfitas Ton Hablu
5,61 4,91
5,21 5,23
7 Produksi SHS Ton
33.226,20 35.238,17
5.535,63 74.000,00
8 Produktivitas SHS Ton Hab
8,20 7,47
7,55 7,79
9 Produksi Tetes Ton
16.473,38 19.163,08
2.978,34 38.614,80
Sumber : PG Bungamayang 2010
Melihat Tabel 23 diatas, untuk tingkat rendemen, tebu yang berasal dari tanaman sendiri TS memang cenderung lebih tinggi, namun perbedaan dengan
rendemen tebu rakyat TR dan tebu rakyat bebas TRB tidak terlalu signifikan. Dari hasil pengamatan lapangan tidak ada perbedaan tipologi yang mencolok
antara tebu sendiri dengan tebu rakyat dan tebu rakyat bebas. Kendati jumlah tebu yang digiling selama kurun waktu 2005 sampai 2009
rata-rata lebih dari 1,3 juta ton ternyata produksi justru cenderung menurun rata- rata 19.087 ton per tahunnya. Penurunan kinerja PG Bungamayang tersebut terkait
dengan mesin pabrik yang berhenti dan tingkat rendemen yang rata-rata 7,56 . Seperti dapat dilihat pada Tabel 24 berikut.
Tabel 24. Perkembangan Kinerja PG Bungamayang
Tahun Jumlah Tebu Yang
Digiling Ton Rata-Rata Rendemen
Produksi Gula Ton Produktivitas Ton
GulaTon Tebu Produksi Tetes
Ton
2005 1.325.780,20
7,65 101.540,30
7,66 55.742,40
2006 1.362.393,00
7,72 105.296,70
7,73 56.989.30
2007 1.356.226,40
7,25 98.444,40
7,26 57.438,10
2008 1.330.688,00
7,35 97.898,00
7,36 53.223,40
2009 950.378
7,78 73.999,55
7,79 43.332,46
Sumber : PG Bungamayang 2010
4.4. Pabrik Gula Gunung Madu Kabupaten Lampung Tengah
PT Gunung Madu Plantations GM didirikan di tahun 1975 untuk membangun dan menjalankan usaha perkebunan tebu dan pabrik gula di
Lampung. Perusahaan ini merupakan perusahaan patungan berstatus PMA dengan Kuok Investment HK Ltd., PT Rejo Sari Bumi, dan PT Pipit Indah sebagai
pemegang sahamnya. Lokasi perkebunan tebu dan pabrik gula terletak di desa Gunung Batin, 90 km arah utara Bandar Lampung, ibukota Provinsi Lampung.
Total luas lahan yang dikelola sekitar 35,000 Ha, dengan luas kebun produksi sekitar 25,000 Ha. Sisa lahan di luar kebun produksi merupakan jalan,
sungai-sungai, kawasan konservasi, bangunan pabrik, perkantoran dan
pemukiman. Topografi wilayah pada umumnya datar. Sepanjang bentang darat dijumpai adanya lebung-lebung rawa yang potensial sebagai tandon air,
sementara beberapa sungai cukup besar melintas di wilayah timur. Jenis tanah termasuk Podsolik Merah Kuning Ultisol dengan lapisan-olah top soil sangat
tipis. Kelemahan sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi yang melekat pada jenis tanah ini menuntut diterapkannya teknologi budidaya yang cermat dan bijaksana. Curah
hujan tahunan sekitar 2,500 mm. Musim tebang dan giling dilaksanakan dari bulan April hingga Oktober, bersamaan dengan berlangsungnya periode yang
relatif kering.
Perkembangan PT GM sangat menggembirakan dan telah memacu tumbuhnya perkebunan tebu dan pabrik gula lainnya di Provinsi Lampung, yakni
Bungamayang, Gula Putih Mataram GPM, Sweet Indo Lampung SIL, Indo Lampung Perkasa, dan Pemukasakti Manis Indah. Propinsi Lampung kini telah
tumbuh menjadi lumbung gula nasional yang baru, sekaligus menjadi tolok-ukur kemajuan dan keberhasilan industri gula di Indonesia.
Musim tebang dan giling pertama dilaksanakan di tahun 1978. Pabrik mengikuti proses sulfitasi untuk menghasilkan gula kristal putih GKP. Kapasitas
giling terpasang mula-mula sebesar 4,000 TCD ton tebu per hari, kemudian diperbesar secara bertahap hingga mencapai 12,000 TCD sejak tahun 1994.
Teknologi maju diterapkan di kebun dan di pabrik, termasuk pemanfaatan alat mesin pertanian secara luas di kebun, serta pemanfaatan teknologi instrumentasi
di pabrik. Sekalipun demikian sejumlah 8,000 orang lebih tenaga kerja masih dapat diserap setiap harinya selama musim tebang dan giling. Tingkat produksi
kini mencapai rata-rata 2,122 juta ton tebu dan memproduksi sekitar 197.702 ton gula per tahun.
Kebutuhan tebu sebagai bahan baku di PG Gunung Madu dipenuhi dari hasil produksi tebu yang dikelola sendiri TS dan tebu rakyat TR dengan pola
kemitraan. Volume pasokan tebu dari tebu rakyat kurang selama kurun waktu 2005 sampai 2009 rata-rata 13 dari kebutuhan totalnya.
Tabel 25. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Tebu Rakyat TR
Tahun Luas Areal Ha
Produksi Tebu Ton Produktivitas Lahan
TonHa
2005 968,69
73.668,87 76,0500
2006 1.987,72
159.171,68 80,0775
2007 2.829,63
229.219,74 81,0070
2008 5.747,13
465.569,79 81,0091
2009 5.799,84
460.513,54 79,4011
Sumber : PG Gunung Madu 2010
Berbeda dengan produktivitas lahan kering di PG Bungamayang, tingkat produktivitas lahan pada PG Gunung Madu relatif lebih tinggi. Hal ini tidak
mengherankan, mengingat pola usahatani pada PG Gunung Madu sebagian besar dikelola dengan peralatan modern. Sebagai contoh, untuk merencanakan pola
tanam, pola tebang dan pola angkut telah digunakan GIS geograpic information system
, penggunaan pesawat terbang khusus untuk penyemprotan zat perangsang kemasakan ZPK dan pembakaran tebu dalam pemanenannya.
Dapat dikatakan bahwa PG Gunung Madu telah menjadi referensi utama oleh pabrik-pabrik gula di Indonesia, khususnya dalam manajemen kebun.
Gambaran kinerja produksi dan produktivitas tebu sendiri TS tersebut akan dapat dilihat pada Tabel 26 berikut :
Tabel 26. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Tebu Sendiri TS
Tahun Luas Areal Ha
Produksi Tebu Ton Produktivitas Lahan
TonHa
2005 23.345,71
1.775.399,37 76,04821
2006 23.304,94
1.873.869,45 80,40653
2007 23.331,51
1.797.490,65 77,04133
2008 23.422,97
1.908.748,80 81,49047
2009 23.336,21
1.868.751,13 80,07946
Sumber : PG Gunung Madu 2010
Dengan luas areal rata-rata sebesar 23.489 hektar 87 dari total luas lahan yang diusahakan sebesar 40.862 hektar, maka produksi rata-rata yang dapat
dihasilkan adalah 1.844.852 ton tebu dengan tingkat produktivitas sebesar 79,01 ton hektarnya.. Kekuatan PG Gunung Madu sebagai pabrik gula terdepan di
Indonesia salah satunya didukung oleh riset dan pengembangan risbang dalam menemukan varietas tebu unggul baru. Pada Tabel 27 berikut terlihat ragam
varietas tebu yang selama ini digunakan oleh PG Gunung Madu.
Tabel 27. Jenis Varietas Tebu Pada PG Gunung Madu Tahun 2009
No Varietas Tebu
Komposisi Penggunaan Varietas
1 GM 19
3,92 2
GM 21 11
3 GM 25
5,09 4
GP 11 17,41
5 SS 57
5.03 6
GMP 01 15,93
7 GMP 02
9,21 8
RGM 599 10.16
9 RGM 8837
8,54 10
RGM 857 6,58
11 Lainnya
7,13
Sumber : PG Gunung Madu 2010
Secara umum kinerja produksi PG Gunung Madu memiliki keunggulan dibandingkan 3 tiga pabrik gula yang menjadi sampel penelitian. Keunggulan
komparatif PG Gunung Madu tersebut dapat dilihat pada Tabel 28, dengan tingkat produktivitas gula yang dihasilkan oleh pabrik relatif stabil dengan angka rata-rata
sebesar 9,33 ton per hektar.
Tabel 28. Perkembangan Kinerja Produksi Gula PG Gunung Madu
Tahun Jumlah Tebu Yang Di Giling
Ton Produksi Gula
Ton Produktivitas Ton
GulaTon Tebu Produksi Tetes
Ton
2005 1.849.068
179.025 9,6819
71.202,12 2006
2.033.041 189.716
9,3316 78.867,93
2007 2.026.710
191.275 9,4377
94.135,23 2008
2.374.619 218.248
9,1909 94.135,23
2009 2.329.265
210.244 9,0262
89.544,32
Sumber : PG Gunung Madu 2010
Sejatinya PG Gunung Madu sering menjadi referensi bagi pabrik gula lainnya khususnya pabrik gula di Jawa dalam mengembangkan kinerjanya. Pada
Tabel 29 berikut terlihat bawa tingkat efisiensi gilingan ME pada PG Gunung Madu secara rata-rata telah melampaui norma ME 95. Akan tetapi untuk
efisiensi BHR, perkembangan nilainya masih dibawah norma standar 90 yaitu rata-rata 87,25.
Tabel 29. Perkembangan Tingkat Efisiensi Pengohan Gula PG Gunung Madu
Tahun Mill Extraction ME
Boiler House Recovery BHR
Overall Recovery OR
2005 97,72
87,54 85,54
2006 95,41
87,10 83,10
2007 95,13
87,51 83,25
2008 95,22
87,24 83,07
2009 94,89
86,89 82,45
Sumber : PG Gunung Madu 2010
Dalam penanaman dan pemeliharaan tanaman tebu, PG Gunung Madu melakukannya sesuai dengan prinsip-prinsip Good Agricultural Practise GAP
dan penggunaan peralatan modern.Hasilnya dapat dilihat dari perkembangan tingkat rendemen tebu berdasarkan kemasakan tebu yang diperolehnya relatif
tinggi. Pada Tabel 30 berikut diperlihatkan tentang tingkat rendemen rata-rata dari tebu yang masuk ke PG Gunung Madu berdasarkan kemasakannya.