dibanding dengan pelaku-pelaku usaha atau anggota lainnya dalam klaster ini. Pada umumnya pelaku usaha pelopor cenderung lebih mudah menjalin
hubungan dengan pihak di luar klaster.
d. Klaster Maju advance
Hanya sedikit klaster yang sudah masuk dalam kategori ini. Cirinya adalah mereka sudah dapat mengembangkan kerjasamanya dengan berbagai
pemangku kepentingan lain yang terlibat dalam perkembangannya, yaitu sektor perbankan atau lembaga keuangan, lembaga pendidikan, penyedia
bahan baku, Business Development Service BDS, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dan Pemerintah Daerah. Bahkan kelompok ini sudah
mampu memanfaatkan kerjasama dengan lembaga riset dan perguruan tinggi dalam pengembangan produk dan inovasi untuk meningkatkan daya saingnya.
Klaster kelompok ini mampu memperluas keunggulan geografisnya dengan semakin menyebar dan membuat kerja sama dengan daerah sekitarnya.
Kata kunci keberhasilan kelompok ini adalah derajat spesialisasi antar-pelaku usaha yang tinggi, diimbangi tingkat kerjasama atau kemitraan di antara
mereka. Selain itu mereka secara kelompok sudah mampu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak penunjangnya. Namun sebenarnya tingkat pencapaian
tertinggi dari klaster jenis ini adalah apabila sudah mampu membentuk sinergitas antar daerah dan saling melengkapi komplementer. Kerjasama ini
diperluas menjadi antar daerah antar sektor, misalnya klaster-klaster produksi kerajinan tertentu, akan bisa dirangkai menjadi klaster besar kepariwisataan,
dalam wujud daerah tujuan wisata, sehingga berbagai klaster produksi lainnya, baik industri kerajinan atau klaster produk pertanian. Sehingga secara
keseluruhan membentuk sinergi daya saing daerah yang kokoh dan kuat. Penjelasan tentang tahapan perkembangan klaster umum, mulai dari sentra
sebagai tahap awal sampai dengan klaster maju dapat dilihat pada Gambar 9 dibawah ini :
SENTRA KLASTER
PEMULA KLASTER
DINAMIS KLASTER
MAJU Mengandalkan
Inovasi dan Manajemen
Mutu
Mengandalkan SDA dan SDM
Tradisional Tergantung Pada
Pemerintah Daerah Mengandalkan
Kemitraan Pemasaran via
perantara Variasi kegiatan,
usaha besar menjadi
“lokomotif” Targeting,
Positioning pasar, standar
manajemen mutu
Mulai Kerjasama Antar kegiatan
Sinergi intern klaster,
dominasi yang besar
Sinergitas antar industri, antar
daerah
G G
a a
m m
b b
a a
r r
9 9
. .
S S
k k
e e
m m
a a
T T
a a
h h
a a
p p
a a
n n
P P
e e
n n
g g
e e
m m
b b
a a
n n
g g
a a
n n
K K
l l
a a
s s
t t
e e
r r
D D
i i
a a
d d
a a
p p
t t
a a
s s
i i
d d
a a
r r
i i
M M
u u
n n
i i
r r
D D
a a
l l
a a
m m
K K
e e
m m
e e
n n
t t
e e
r r
i i
a a
n n
D D
a a
l l
a a
m m
N N
e e
g g
e e
r r
i i
, ,
2 2
8 8
Kendati klaster dipahami banyak pihak sebagai pengelompokkan dari unit- unit usaha sejenis, namun pada hakekatnya klaster yang banyak dikembangkan
dalam praktek keseharian adalah klaster industri. Berdasarkan pohon industri yang telah dikembangkan oleh Kementerian Perindustrian, klaster industri akan
diarahkan pada pengembangan industri hilir agar nilai tambah diperoleh dan memiliki dampak pengganda yang besar bagi ekonomi daerah dan masyarakat.
Selain itu, pengembangan klaster industri dapat berdampak pada peningkatan daya saing industri tersebut.
Menurut Nugroho 2010, klaster perlu terus dievaluasi untuk dapat
menelaah perkembangannya agar bermuara pada pembentukan klaster maju advance cluster. Pada Gambar 10 berikut diperlihatkan tahapan pengembangan
klaster industri :