Klaster Maju advance Analisis Klaster Industri Gula Tebu Nasional

4. Metode Objective Matrix OMAX

Objective matrix OMAX adalah suatu metode penilaian terhadap kinerja perusahaan yang dikembangkan oleh James L. Riggs 1988, dimana penilaian dilakukan terhadap kriteria yang berhubungan dengan kinerja perusahaan tersebut. Konsep dari penilaian ini yaitu penggabungan beberapa kriteria kinerja kelompok kerja ke dalam sebuah matrik. Setiap kriteria kinerja memiliki sasaran berupa jalur khusus untuk perbaikan serta memiliki bobot sesuai dengan tingkat kepentingannya terhadap tujuan organisasi Kurniawan, 2005 Struktur dasar dari penyusunan OMAX dipengaruhi oleh beberapa tahapan sebagai berikut Riggs, 1987: a. Pendefinisian defining Pada bagian atas matriks terdapat kriteria produktivitas yang merupakan perbandingan yang menyatakan definisi untuk kerja produktif suatu unit kerja. Kriteria-kriteria tersebut harus tidak saling tergantung satu sama lainnya dan merupakan faktor yang dapat diukur. Ukuran-ukuran mengenai volume dan waktu harus benar-benar mempertimbangkan kriteria produktivitas sebagai sesuatu yang akan dikembangkan. b.Pengukuran Quantifying Badan matriks menunjukkan tingkat pencapaian untuk kriteria produktivitas. Tingkatan tersebut ditunjukkan dengan 10 skala. Nilai 3 menunjukkan tingkat dimana matriks pengukuran dimulai. Kurang dari hasil minimum yang dapat diterima dianggap nol. Tujuan-tujuan nyata untuk periode evaluasi dinyatakan dalam 10 tingkatan. Hasil pengukuran bagian-bagian dari unit kerja yang dikembangkan harus disertakan dalam masukan yang dicatat pada baris nilai 0, 3 dan 10. c. Pencatatan Monitoring Dasar dari matriks adalah perhitungan dari performance indicators, yang hasil perhitungan tersebut diletakkan di bagian bawah matriks. Tingkat operasi yang berlangsung dimasukkan kedalam baris unjuk kerja diatas badan matriks dan diubah ke dalam nilai pada bagian bawah badan matriks. Angka pada baris bobot weight menunjukkan hubungan dari setiap kriteria produktivitas. Skor yang diperoleh dikalikan dengan bobot dan dimasukkan ke dalam baris nilai value. Jumlah dari nilai ini adalah performance indicators untuk periode tertentu. Langkah-langkah yang digariskan dalam pengukuran produktivitas dengan menggunakan metode OMAX yang diadaptasi dari Nurdin dan Zabidi 2005 sebagai berikut: 1. Menetapkan kriteria-kriteria produktivitas integrasi pabrik gula dan usahatani tebu 2. Perhitungan rasio-rasio produktivitas integrasi pabrik gula dan usahatani tebu 3. Pengukuran kinerja pabrik gula dan usahatani standar 4. Penetapan sasaran akhir pabrik gula dan usahatani sebagai tujuan yang diharapkan 5. Penetapan bobot rasio dari masing-masing rasio produktivitas pabrik gula dan usahatani 6. Pembentukan matriks sasaran untuk mewadahi nilai rasio dan nilai sasaran 7. Penentuan nilai aktual dari rasio-rasio produktivitas pabrik gula dan usahatani 8. Penentuan skor aktual dari rasio-rasio produktivitas pabrik gula dan usahatani 9. Penentuan nilai produktivitas tiap rasio-rasio produktivitas pabrik gula dan usahatani 10. Penentuan produktivitas secara keseluruhan indeks produktivitas dari masing-masing pabrik gula dan usahatani yang terintegrasi.

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1. Pabrik Gula Kebon Agung Kabupaten Malang Pabrik Gula Kebon Agung mulai didirikan pada tahun 1905 di Malang oleh seorang pengusaha bernama Tan Tjwan Bie. Kapasitas giling pada waktu adalah 500 TCD. Sekitar tahun 1917 pengelolaan PG Kebon Agung diserahkan kepada NV. Handel Landbouws Maatschapij Tideman van Kerchem sebagai Direksinya, kemudian dibentuk perusahaan dengan nama NV. Suiker Fabriek Kebon Agoeng yang disebut PT PG Kebon Agung dan disahkan dengan akte Notaris Hendrik Willem Hazenberg pada tanggal 20 Maret 1918 dengan No. 155, dan disahkan dengan Surat Keputusan Sekretaris Gubernur Hindia Belanda tanggal 30 Mei 1918 No. 42, didaftar dalam register Kantor Pengadilan Negeri, Surabaya dengan No. 143. Pada tahun 1932 seluruh saham PT PG Kebon Agung tergadaikan kepada de Javasche Bank Malang dan pada tahun 1936 PT PG Kebon Agung dimiliki oleh de Javasche Bank. Dalam RUPS Perseroan tahun 1954 ditetapkan bahwa Pemegang Saham PT PG Kebon Agung adalah Spaarfonds voer Beamten van de Bank Indonesia yang kemudian bernama Yayasan Dana Tabungan Pegawai Bank Indonesia dan Bank Indonesia atas nama Yayasan Dana Pensiun dan Tunjangan Hari Tua Bank Indonesia. Pada tahun 1957 PT PG Kebon Agung dikelola oleh Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Gula atau BPU-PPN Gula dan tahun 1962 perseroan ini membeli seluruh saham NV Cultuur Matschapij Trangkil di Pati yang didirikan tahun 1835 semula dimiliki oleh Ny. A de Donariere EMSDA Janiers van Hamrut dengan kapasitas giling 300 TCD. Pada saat itu pula Pemegang Saham bergabung menjadi satu badan hukum sendiri bernama Yayasan Dana Pensiun dan Tunjangan Hari Tua Bank Indonesia YDP THT BI sebagai Pemegang Saham tunggal.