Analitycal Hierarchy Process AHP
Setelah BPU-PPN Gula dilikuidasi pada tahun 1967, PT PG Kebon Agung dikembalikan kepada YDP THT BI, dan pada tanggal 17 Juli 1968 Direksi Bank
Indonesia Unit I sekarang bernama Bank Indonesia yang merupakan Pemegang Saham tunggal PT PG Kebon Agung menunjuk PT Biro Usaha Manajemen Tri
Gunabina atau PT Tri Gunabina sebagi pengelola PG Kebon Agung di Malang dan PG Trangkil di Pati.
Masa pengoperasian PT PG Kebon Agung yang berakhir pada tanggal 20 Maret 1993, diperpanjang hingga 75 tahun mendatang dengan Akte Notaris Achmad
Bajumi, S.H. dengan No. 120 tanggal 27 Februari 1993, disahkan dengan Keputusan Menteri Kehakiman RI tanggal 18 Maret 1993 No. C2-1717
HT.01.04.Th.93, didaftar dalam register Kantor Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 10991993 dan telah diumumkan dalam Berita Negara RI No. 2607 tanggal 8
Juni 1993, Tambahan Berita Negara RI No.46 tanggal 8 Juni 1993. Dengan didirikannya Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia YKK-
BI oleh Direksi Bank Indonesia pada tanggal 25 Februari 1992 yang diresmikan dengan akte Notaris Abdul Latif dengan No. 29 tanggal 23 Februari 1992 dan
adanya kebijakan dari Departemen Kehakiman yang mengatur bahwa Direksi suatu Perseroan tidak boleh berupa badan hukum tetapi harus orang perseorangan,
maka dalam RUPS-LB tanggal 22 Maret 1993 diputuskan bahwa YKK-BI menjadi Pemegang Saham tunggal PT Kebon Agung. Dan pada tanggal 1 April
1993 bertempat di Kantor Bank Indonesia Cabang Surabaya dilakukan serah terima pengurusan dan pengelolaan PT Kebon Agung dari Direksi PT Tri
Gunabina kepada Sukanto alm. selaku Direktur PT Kebon Agung. Perubahan Anggaran Dasar terakhir dibuat berdasarkan akte Notaris Hartati
Marsono, SH No. 58 tanggal 22 Juli 1996 Jo akte No. 32 tanggal 31 Januari 1997 dan akte No. 8 tanggal 15 Juli 1997, yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman
RI dengan Surat Keputusan No.C2.11161 MT 01.04.Th.97 tanggal 28 Oktober 1997 dan telah diumumkan dalam Berita Negara RI No. 7431998 tanggal 3
Februari 1998, Tambahan Berita Negara RI No. 10 Tanggal 3 Februari 1998.
Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, maka dalam RUPS-LB tanggal 26 Juli 1996 diputuskan bahwa Pemegang Saham PT
Kebon Agung terdiri dari YKK-BI dengan pemilikian saham sebanyak 2.490 lembar atau sebesar 99,6 dan Koperasi Karyawan PT Kebon Agung “Rosan
Agung” dengan pemilikan saham sebanyak 10 lembar atau sebesar 0,4 .
PG Kebon Agung berdiri tahun 1905, sejak didirikan dengan kapasitas giling terpasang 1.500 TCD. Tahun 1937 kapasitas giling dinaikkan menjadi 1.800
TCD. Pada tahun 1976 sampai dengan tahun1978 diadakan rehabilitasi, perluasan dan modernisasi RPM kapasitas giling menjadi 3.000 TCD, tahun 1998 sampai
dengan 2001 dilakukan Program Penyehatan sehingga kapasitas giling menjadi 4.700 TCD. Dari tahun 2001 hingga 2004 dilakukan perbaikan dan penggantian
mesin untuk meningkatkan kemantapan kinerja dan efisiensi pabrik dengan sasaran kapasitas giling 5.000 TCD. Sejak tahun 2005 PG Kebon Agung
melakukan Program Pengembangan PT Kebon Agung dengan sasaran kapasitas giling 5.750 TCD.
Pabrik gula Kebon Agung terletak 110 km dari Ibukota Propinsi Jawa Timur Surabaya atau 5 km dari Kota Malang dan berada ketinggian diatas permukaan
laut 500 – 700 m. Adapun jenis tanah yang berada disekitar PG Kebon Agung
adalah aluvial, litosol, andosol dan mediterian. Sekitar 90 persen kebutuhan pabrik gula Kebon Agung dipasok oleh tebu yang
berasal dari tebu rakya TR. Pada Tabel 9 berikut digambarkan tentang luas areal panen tanaman tebu rakyat, produksi dan produktivitas tanaman.
Tabel 10. Luas Areal, Produksi Tebu dan Produktivitas Tanaman Tebu Rakyat
Tahun Luas Areal Panen Ha
Produksi Tebu Ton Produktivitas TonHa
2005 11.521,86
10.821.057 93,92
2006 13.747,66
11.339.396 82,48
2007 14.643,60
12.862.915 87,84
2008 16.103,09
13.141.488 81,61
2009 17.757,32
12.551.462 70,68
Sumber : PG kebon Agung 2010 Dari Tabel diatas tampak bahwa luas areal tebu rakyat dari tahun ke tahun
terus mengalami perkembangan. Hal ini mengindikasikan bahwa tanaman tebu memiliki prospek usaha yang baik dan menguntungkan petani. Jika dilihat dari
tingkat produksi tebu rakyat yang dihasilkan, ada kecenderungan meningkat, namun dilihat dari produktivitasnya terjadi kecenderungan yang semakin
menurun. Menurut informasi dari Dinas Pertanian Kabupaten Malang, kecenderungan penurunan tersebut lebih disebabkan karena faktor cuaca, dimana
curah hujan relatif tinggi dan terjadinya anomali cuaca sehingga kandungan rendemen dalam tebu lebih sedikit.
Upaya peningkatan produktivitas tanaman tebu dengan kualitas baik di PG kebon Agung Malang antara lain dilakukan dengan upaya-upaya sebagai berikut
PPKA Kebon Agung Tahap I Tahun 2005 sampai 2007 : Perluasan areal tanaman tebu baru di daerah-daerah perluasan, dengan
sasaran seluas 1.100 hektar Mendorong terus dilaksanakannya bongkar ratoon ratoon cane bagi
tanaman-tanaman yang telah di kepras berulang kali dan mengganti dengan bibit dan varietas unggul baru, yang memiliki potensi rendemen
lebih tinggi. Selain itu juga dilakukan rawat ratoon dengan cara “pedot oyot” pemutusan akar bagi tanaman baru dikepras.
Peningkatan produktivitas lahan untuk tanaman tebu rakyat TR sebenarnya telah di programkan oleh PG Kebon Agung dengan menganjurkan petani untuk
menanam tebu dengan varietas-varietas yang sesuai dengan kondisi agroklimat. Pada Tabel 11 dibawah diperlihatkan jenis-jenis varietas tebu yang banyak
ditanam oleh petani binaan PG Kebon Agung
Tabel 11. Varietas Tebu Di Wilayah Pabrik Gula Kebon Agung Umur 12 Bulan
No Varietas
Jumlah Batang Diameter Cm
Tinggi Cm Rendemen
1 SS 57 92
5 298
8,04 2 PSBM 88 - 113
100 3
298 7,13
3 PSBM 88 - 45 100
2,5 295
8,02 4 PSBM 88 - 144
85 2,8
300 8,01
5 PSJT 941 100
2,7 306
8 6 PSCO 902
100 2,6
300 8,14
7 BL 120
3,1 300
7,54
Sumber : PG Kebon Agung 2010 Dari ketujuh jenis varietas tanaman tebu tersebut, diperoleh informasi
bahwa petani lebih menyukai 48,06 jenis varietas BL Bululawang. Selain tingginya mampu mencapai rata-rata 3 meter dengan diameter rata-rata 3,1 cm,
jenis varietas ini memiliki bobot berat yang lebih besar ketimbang jenis varietas lainnya. Padahal kandungan rendemen jenis varietas BL tidak lebih baik
ketimbang jenis varietas tebu lainnya. Pilihan jenis varietas tebu jenis BL ini diduga terkait dengan jenis kemasakan tebu masak akhir dan sistem bagi hasil
yang ada. Untuk menggantikan secara bertahap varietas lama dengan varietas unggul
baru yang mengarah pada komposisi varietas yang ideal, PG Kebon Agung melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
Menyediakan jasa pengolahan lahan dengan sarana traktor untuk pembukaan lahan di wilayah perluasan maupun bongkar ratoon.
Meningkatkan budidaya tanaman tebu terutama dilahan sawah dan mengembangkan kembali kultur teknis reynoso yang baku pada tanaman
tebu sendiri TS. Menggalakkan penggunaan pupuk majemuk yang dikaitkan dengan
penyaluran fasilitas kredit KKP-E Dengan upaya-upaya tersebut maka diharapkan produktivitas tanaman tebu dapat
meningkat, juga ketersediaan tebu dapat terjamin dan terus meningkat. Upaya pembinaan yang dilakukan oleh PG Kebon Agung kepada petani binaan
dalam memasok mutu tebu menunjukkan kecenderungan yang baik. Pada Tabel 12 berikut diperlihatkan kecenderungan yang terus menurun jenis kotoran trash
yang terbawa pada tebu petani yang akan masuk dalam proses produksi PG Kebon Agung.
Tabel 12. Perkembangan Kotoran Trash Di PG Kebon Agung
Jenis Kotoran 2005
2006 2007
2008 2009
Tali Pucuk 2,15
1,5 1,5
1 0,8
Daduk 15,49
10,65 10
6,1 5
Akar 0,26
0,28 0,1
6,1 0,1
Sogolan 0,44
0,17 0,1
0,1 0,1
Pucuk Tebu 0,9
1,98 1,5
0,1 0,1
Tanah 0,007
0,001 -
- -
Lain-Lain 0,685
0,421 -
0,5 0,5
Jumlah Non MBS 19,93
15,003 13,3
8 6,7
Jumlah MBS 80,07
84,007 86,8
92 93,3
Sumber : PG Kebon Agung 2010 Dari Tabel 12 diatas tampak bahwa prosentase tebu non MBS Manis,
Bersih dan Segar dari tahun 2005 sebesar 19,93 menurun menjadi 6,7 pada tahun 2009. Penurunan kadar kotoran trash ini penting, mengingat berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Kent et.al 1999 dalam Martoyo 2000, di beberapa pabrik gula di Australia ditemukan bahwa kotoran tebu akan
menyebabkan kapasitas giling turun 8 dan rendeman turun 6,8 untuk setiap 5 kadar kotoran yang ada.
Perkembangan produksi gula PG Kebon Agung GKP 1 dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tabel 13 berikut digambarkan perkembangan
produks gula dan tingkat produktivitasnya. Tabel 13. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Gula PG Kebon Agung
Tahun Jumlah Hari Giling
Jumlah Tebu Yang Digiling Ku
Produksi Gula Ku Produksi Tetes ku
Produktivitas Hablur KuKu
2005 235,1
10962293 777.333
489316 0,0709
2006 213,7
11339396 840.862
563764 0,0742
2007 325,7
12862915 895.100
599191 0,0696
2008 215
13141488 1.039.748
635147 0,0791
2009 196,5
12551482 933.658
552165 0,0744
Sumber : PG Kebon Agung 2010 Pada tahun 2005, produksi gula PG Kebon Agung sebesar 77.333 kuintal
dengan tingkat produktivitas 0,0709. Pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 933.658 kuintal dengan tingkat roduktivitas sebesar 0,0744. Kendati dari
sudut produksi mengalami peningkatan namun dari sisi produktivitas gula kecenderungannya tidak mengalami peningkatan yang signifikan.
Masih relatif lemahnya peningkatan produktivitas gula yang dihasilkan oleh PG Kebon Agung tampaknya terkait dengan jenis mesin yang digunakan
relatif tua dan perlu diganti dengan mesin-mesin produksi yang baru. Pada Tabel 14 berikut diperlihatkan tingkat efisiensi yang terjadi dalam proses produksi :