Kinerja Industri Gula Nasional

Lanjutan Tabel 6 22 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 10 Tahun 2009 Peta panduan klaster industri 23 Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 12M-INDPER12010 Tim pelaksana rencana aksi revitalisasi industri gula 24 Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 - 2025 Sumber : Sudana et al. 2000; Susila 2002, Arifin 2003, DGI 2005 www.deprin.go.id dan www.depdag.go.id Diakses 19 November Juli 2011

2.5. Konsep Strategi dan Daya Saing

Pada hakekatnya, perusahaan sebagai sebuah organisasi bisnis bukan semata memfokuskan pada upaya memperoleh keuntungan, namun yang lebih penting adalah menciptakan nilai values creation. Dengan demikian, strategi korporasi hendaknya diarahkan pada pencapaian nilai tersebut. Menurut Kaplan dan Norton 2004, strategi organisasi perusahaan seyogianya dapat menjelaskan cara menciptakan nilai bagi pemegang sahamnya, pelanggan serta penduduk konsumen. Semua organisasi bisnis saat ini berupaya menciptakan nilai yang berkelanjutan melalui pemanfaatan aset non fisiknya tangible assets, yaitu : sumber daya manusia SDM, sistem informasi dan basis data, daya responsivitas, proses bermutu tinggi, hubungan dengan pelanggan dan pencitraan, kemampuan inovasi dan budaya korporasi. Dalam prakteknya, penciptaan nilai oleh perusahaan umumnya didasarkan atas empat prinsip, yaitu sebagai berikut : 1 Nilai yang tercipta biasanya tidak secara langsung dapat dirasakan hasilnya saat itu juga indirect, 2 Nilai aset non fisik yang tercipta hendaknya kontekstual, dalam arti nilai tersebut terkait erat dengan problematika kekinian yang dihadapi oleh perusahaan, 3 Nilai aset non fisik haruslah potensial. Proses internal seperti desain, produksi, pendistribusian dan pelayanan kepada pelanggan sangat dibutuhkan untuk mentranformasikan aset non fisik menjadi nilai fisikal, dan 4 Nilai maksimum akan dapat tercipta jika seluruh aset non fisik perusahaan berkaitan dengan keseluruhan komponen- komponen strategis lainnya Kaplan dan Norton, 2004. Menurut Saptana 2009, daya saing merupakan kemampuan suatu sektor industri atau perusahaan untuk bersaing dengan sukses dalam mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan di dalam lingkungan global, selama biaya imbangannya lebih rendah dari penerimaan sumberdaya yang digunakan. Dapat terjadi bahwa di tingkat produsen, suatu komoditas atau produk memiliki keunggulan komparatif dan biaya kesempatan yang relatif rendah, namun di tingkat konsumen komoditas atau produk tersebut tidak memiliki daya saing keunggulan komparatif, karena adanya distorsi pasar danatau biaya transaksi yang tinggi. Sebaliknya, dapat juga terjadi, karena adanya intervensi kebijakan pemerintah, suatu komoditas atau produk memiliki daya saing di tingkat konsumen, namun komoditas atau produk tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif. Kajian mengenai daya saing industri menarik dipelajari untuk mengetahui perkembangan industri tertentu dalam konteks persaingan global. Porter 2000 dalam telah merumuskan sebuah model tentang keunggulan kompetitif diamond of competitive advantage dari industri seperti disajikan pada Gambar 2 berikut : STRATEGI PERUSAHAAN, STRUKTUR DAN PERSAINGAN KONDISI PERMINTAAN KONDISI FAKTOR INDUSTRI PENDUKUNG DAN TERKAIT PELUANG PEMERINTAH PEMERINTAH PELUANG Gambar 2. Model Keunggulan Kompetitif Porter, 2000 Kondisi faktor yaitu posisi negara dalam hal penguasaan faktor produksi tenaga kerja terampil atau infrastruktur yang dibutuhkan merupakan syarat kecukupan untuk bersaing dalam suatu industri. Kondisi permintaan yaitu karakteristik besarnya permintaan pasar domestik untuk produk-produk atau jasa- jasa dari suatu industri. Industri pendukung dan terkait adalah kehadiran industri yang menyediakan bahan baku dan lain-lain dalam suatu negara sangat berkaitan dengan kemampuan daya saing industri-industri di pasar internasional.Strategi perusahaan, struktur dan persaingan yaitu kondisi pemerintahan dalam suatu negara bagaimana perusahaan diciptakan, diorganisasikan dan dikelola serta karakteristik persaingan domestik. 2.6. Perspektif Produktivitas Produktivitas pada dasarnya merupakan hubungan antara keluaran dan masukan dalam sebuah produksi. Produktivitas dapat diukur secara parsial maupun total. Produktivitas parsial merupakan hubungan antara keluaran dengan satu masukan. Contoh produktivitas parsial yang sering digunakan adalah produktivitas tenaga kerja yang menunjukkan rata-rata keluaran per tenaga kerja, atau produktivitas kapital yang menggambarkan rata-rata keluaran per kapital. Produktivitas total, atau biasa disebut Total Factor Productivity TFP, mengukur hubungan antara keluaran dengan beberapa masukan secara serentak. Hubungan tersebut dinyatakan dalam nisbah dari indeks keluaran terhadap indeks masukan agregat. Kalau ratio meningkat berarti lebih banyak keluaran dapat diproduksi dengan menggunakan jumlah masukan tertentu atau sejumlah keluaran tertentu dapat diproduksi dengan menggunakan lebih sedikit masukan Avenzora dan Moeis, 2008. Menurut Gaspersz 2000, unsur-unsur yang terdapat dalam produktivitas adalah sebagai berikut : 1 Efisiensi. Dalam dimensi efisiensi, produktivitas dinyatakan sebagai rasio outputinput yang merupakan ukuran efisiensi pemakaian sumberdaya input. Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan input yang direncanakan dengan penggunaan masukan yang sebenarnya terlaksana. Pengertian efisiensi berorientasi kepada masukan. 2 Efektivitas. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target yang dapat tercapai baik secara kuantitas maupun waktu. Makin besar presentase target tercapai, makin tinggi tingkat efektivitasnya. Konsep ini berorientasi pada keluaran. Peningkatan efektivitas belum tentu dibarengi dengan peningkatan efisiensi dan sebaliknya. Gabungan kedua hal diatas membentuk pengertian produktivitas dengan cara sebagai berikut : Efektivitas Pencapaian Tujuan Produktivitas = Efisiensi Penggunaan Sumber Masukan 3 Mutu. Secara umum mutu adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh pemenuhan persyaratan, spesifikasi, dan harapan konsumen. Mutu merupakan salah satu ukuran produktivitas. Meskipun kualitas sulit diukur secara matematis melalui rasio outputinput, namun jelas bahwa kualitas input dan kualitas proses akan meningkatkan kualitas keluaran. Tangen 2002 menjelaskan tentang hubungan antara kinerja, keuntungan dan produktivitas serta memberikan definisinya sebagai berikut Gambar 2 : 1 Produktivitas merupakan sentral dari model 3-P Performance, Profitability dan Productivity dan memiliki definisi yang lebih operasional sebagai nisbah keluaran terhadap keluaran jumlah barang yang diproduksi dengan berbagai spesifikasinya dibagi jumlah masukannya keseluruhan sumberdaya yang digunakan dalam proses transformasi. 2 Profitabilitas juga merupakan nisbah antara keluaran dan masukan, tetapi didalamnya telah terkandung pengaruh faktor harga. 3 Kinerja merupakan terminologi payung yang menggambarkan capaian keunggulan pengolahan dan termasuk didalamnya profitabilitas seperti kualitas, kecepatan, pengangkutan distribusi dan fleksibilitas. 4 Efektivitas adalah terminologi yang digunakan ketika keluaran dari proses tranformasi di fokuskan. Sementara efisiensi menggambarkan tentang cara penggunaan masukan-masukan dalam proses tranformasi dengan baik.