berlaku dari Kurs Tengah Bank Indonesia BI sebesar Rp. 10.000US dollar.
Nilai pada masing-masing sel dalam Tabel PAM di atas untuk pabrik gula dihitung dalam periode satu siklus produksi. Dari data tersebut, selanjutnya
dianalisis berbagai indikator dibawah ini Monke dan Person et al. 1989 :
1. Keuntungan Perusahaan
a. Keuntungan Pasar Private Profitability
Keuntungan pasar merupakan indikator daya saing dari sistem komoditas berdasarkan teknologi, nilai output, biaya input dan transfer kebijakan yang
ada. Apabila keuntungan provit lebih besar dari nol, berarti sistem komoditas itu memperoleh keuntungan di atas normal. Hal ini memberikan implikasi
bahwa komoditi itu mampu melakukan ekspansi, kecuali apabila sumberdaya terbatas atau adanya komoditi alternatif yang lebih menguntungkan.
b. Keuntungan Sosial Social Profitability
Keuntungan sosial merupakan indikator keunggulan komparatif atau efisiensi dari sistem komoditas pada kondisi tidak ada divergensi dan penerapan
kebijakan yang efisien, apabila nilai SP lebih besar dari nol. Sebaliknya, bila nilai SP kurang dari nol, berarti komoditi itu tidak mampu bersaing tanpa
bantuan atau intervensi dari pemerintah.
2. Efisiensi Finansial dan Efisiensi Ekonomi
a. Rasio Biaya Pasar Private Cost Ratio
Rasio Biaya Pasar merupakan indikator profitabilitas pasar yang menunjukkan kemampuan sistem untuk membayar biaya domestik dan tetap
kompetitif. Sistem bersifat kompetitif jika nilia PCR kurang dari satu. Semakin kecil nilai PCR, berarti pabrik gula tersebut semakin kompetitif.
b. Rasio Biaya Sumberdaya Domestik Domestic Resource Cost Ratio
Rasio Biaya Sumberdaya Domestik merupakan indikator keunggulan komparatif yang menunjukkan jumlah sumberdaya domestik yang dapat
dihemat untuk menghasilkan satu unit devisa. Sistem mempunyai keunggulan komparatif, jika niliai DRCR kurang dari satu. Semakin kecil nilai DRCR,
berarti pabrik gula tersebut semakin efisien dan keunggulan komparatifnya makin tinggi.
3. Dampak Kebijakan Pemerintah
Untuk mengukur dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing pabrik gula, ada 3 tiga alat analisis yang digunakan, yaitu sebagai berkut :
a. Koefisien Proteksi Nominal Terhadap Keluaran Nominal Protection Coefficient on Output
Koefisien Proteksi Nominal Terhadap Keluaran NPCO merupakan tingkat proteksi pemerintah terhadap output domestik. Kebijakan bersifat protektif
terhadap output, jika nilai NPCO lebih besar dari satu. Semakin besar nilai NPCO, berarti semakin tinggi tingkat proteksi pemerintah terhadap
keluaran.
b. Koefisien Proteksi Nominal Terhadap Masukan Yang Dapat Dipertukarkan Nominal Protection Coefficient on Tradable Input
Koefisien Proteksi Nominal Terhadap Masukan Yang Dapat Dipertukarkan NPCI merupakan indikator yang menunjukkan tingkat proteksi pemerintah
terhadap harga masukan domestik. Jika nilai NPCI lebih besar dari satu, berarti ada kebijakan yang bersifat protektif terhadap input tradable.
c. Koefisien Proteksi Efektif Effective Protection Coefficient Koefisien Proteksi Efektif EPC merupakan indikator yang menunjukkan
tingkat proteksi simultan terhadap keluaran dan masukan yang dapat dipertukarkan output and input tradable. Kebijakan masih bersifat
protektif, jika nilai EPC lebih besar dari satu . Semakin besar nilai EPC, berarti semakin tinggi tingkat proteksi pemerintah terhadap komoditas
domestik.
2. Analisis Kelembagaan
Kata “institusi” sering diterjemahkan sebagai “organisasi”, namun institusi memiliki definisi yang berbeda dalam New Instituional Economics. Menurut
Williamson 2000, institusi didefinisikan sebagai aturan formal dan informal beserta mekanisme penegakannya yang membentuk perilaku individu dan
organsiasi dalam masyarakat. Menurut Williamson 2000, institusi memiliki 4 empat tingkatan yang saling berhubungan secara timbal balik , yaitu sebagai
berikut : 1. Tingkatan pertama berhubungan dengan social theory yang merupakan
institusi informal yang telah melekat dalam masyarkat luas, seperti tradisi, norma, adat dan sebagainya.
2. Tingkatan yang kedua berhubungan dengan economics of property right atau positive political theory yang merupakan lingkungan institusi yang
terdiri dari aturan main hukum, politik, lembaga hukum dan birokrasi. 3. Tingkatan ketiga adalah transaction cost of economics atau biaya
transaksi, dimana tingkatan ini terdiri dari pelaksanaan kontrak, pengaturan dan penegakannya, yang semuanya tidak terlepas dari biaya
transaksi. 4. Tingkatan keempat adalah agency theory yang terkait dengan pengaturan
sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia.
Menurut Syahyuti 2004, terdapat 4 empat dimensi untuk mempelajari suatu kelembagaan, yaitu sebagai berikut :
1. Kondisi lingkungan eksternal. Lingkungan sosial dimana suatu kelembagaan hidup merupakan faktor pengaruh yang dapat menjadi
pendorong dan sekaligus pembatas seberapa jauh suatu kelembagaan dapat