Kebaruan Penelitian Bambang Suhada, E. Gumbira Said, Sukardi. 2012. Strategi Peningkatan

menjadi 7,42 persen pada 2007. Penurunan sebanyak 0,21 poin ini setara dengan kehilangan potensi produksi gula sedikitnya 70 ribu ton. Kenaikan produksi gula tampaknya lebih banyak disebabkan oleh perluasan areal. Pada 2006 area tebu sekitar 397 ribu ha, tahun ini bertambah 7,1 persen menjadi 425 ribu ha. Pertambahan areal tersebut pada gilirannya meningkatkan pasokan tebu dari 30,2 juta ton menjadi 32,8 juta ton atau bertambah 8,5 persen. Di sisi lain, kinerja produktivitas gula tak beranjak naik. Pada tahun 2007, produktivitas gula lebih rendah 1,4 persen, atau berkurang dari 5,81 ton per hektar pada tahun 2006 menjadi 5,73 ton per hektar pada tahun 2007.

2.3. Kinerja Pabrik Gula Nasional

Pada umumnya, pabrik-pabrik gula yang berada di pulau Jawa dan dibawah manajemen PTPN memiliki kapasitas giling kurang lebih 46 persen. Hal tersebut disebabkan oleh karena sebagian besar pabrik-pabrik gula tersebut kesulitan dalam memperoleh bahan baku tebu. Menurut sawit et al. 2003, sebagian besar 53 persen pabrik gula di pulau Jawa didominasi oleh pabrik- pabrik dengan kapasitas giling kecil kurang dari 3.000 TCD, 44 persen berkapasitas giling antara 3.000-6.000 TCD, dan hanya 3 persen yang berkapasitas giling lebih dari 6.000 TCD. Sekitar 68 persen dari jumlah pabrik gula yang ada telah berumur lebih dari 75 tahun umumnya berskala kecil serta kurang mendapat perawatan secara memadai. Akibatnya, biaya produksi gulaton pada pabrik gula berskala kecil jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pabrik gula berskala besar atau yang menggunakan mesin relatif baru P3GI, 2007 Berbeda halnya dengan pabrik-pabrik gula di pulau Jawa. Produktivitas gula yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik gula di luar pulau Jawa, khususnya pabrik-pabrik gula milik swasta yang berlokasi di Propinsi Lampung lebih tinggi dan cenderung terus meningkat. Menurut Mardianto et al. 2005, pabrik-pabrik gula swasta di Propinsi Lampung menguasai 95 persen lahan berupa hak guna usaha HGU dengan total luas sebesar 114,5 ribu hektar dengan kemampuan produksi sebesar lebih dari 8.000 TCD. Pada Tabel 3 terlihat perbedaan kinerja yang cukup signifikan antara pabrik gula di pulau Jawa dan luar pulau Jawa baik terutama tingkat rendeman dan produktivitas hablur yang dihasilkan. Tabel. 5. Perbandingan Kinerja Produksi Tebu dan Gula Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa Komponen Pulau Jawa Luar pulau Jawa Luas Areal Tanam Tebu Ribu ha 269 156 Produksi Tebu Ribu Ton 21.975 10.814 Produksi Gula Ribu ton 1.519 913 Rendemen 6,91 8,44 Hablur ton ha 5,65 5,86 Sumber : P3GI 2007 Berdasarkan kondisi tersebut diatas, maka seyogianya program peningkatan produksi gula di pulau Jawa hendaknya tidak lagi bertumpu kepada perluasan areal, mengingat areal yang sesuai untuk tebu dalam hamparan luas saat ini sulit diperoleh. Menurut Toharisman 2007, di masa mendatang persaingan antar komoditas akan semakin ketat. Petani secara rasional akan memilih komoditas yang memberikan keuntungan lebih banyak. Selain harga, produktivitas menjadi kunci yang melatar belakangi pemilihan komoditas oleh petani. Berbeda dengan komoditas lain yang produktivitasnya cenderung naik, produktivitas gula boleh dibilang turun drastis. Di era 30-an, rata-rata gula yang dihasilkan dari satu hektar lahan tebu bisa mencapai 17,6 ton dengan rendemen 13 persen. Kini produktivitas gula menurun tinggal 40 persennya saja. Keberhasilan masa lalu mungkin bisa dijadikan motivasi untuk mengembalikan kejayaan industri gula Indonesia. Dengan asumsi luas areal tetap seperti yang ada pada 2007, kemudian produktivitas gula pada 2009 dapat pulih pada kisaran 8 tonha saja, maka produksi gula nasional dapat mencapai 3,4 juta ton atau cukup untuk konsumsi gula langsung.