Tahapan Penelitian Bambang Suhada, E. Gumbira Said, Sukardi. 2012. Strategi Peningkatan

protektif, jika nilai EPC lebih besar dari satu . Semakin besar nilai EPC, berarti semakin tinggi tingkat proteksi pemerintah terhadap komoditas domestik.

2. Analisis Kelembagaan

Kata “institusi” sering diterjemahkan sebagai “organisasi”, namun institusi memiliki definisi yang berbeda dalam New Instituional Economics. Menurut Williamson 2000, institusi didefinisikan sebagai aturan formal dan informal beserta mekanisme penegakannya yang membentuk perilaku individu dan organsiasi dalam masyarakat. Menurut Williamson 2000, institusi memiliki 4 empat tingkatan yang saling berhubungan secara timbal balik , yaitu sebagai berikut : 1. Tingkatan pertama berhubungan dengan social theory yang merupakan institusi informal yang telah melekat dalam masyarkat luas, seperti tradisi, norma, adat dan sebagainya. 2. Tingkatan yang kedua berhubungan dengan economics of property right atau positive political theory yang merupakan lingkungan institusi yang terdiri dari aturan main hukum, politik, lembaga hukum dan birokrasi. 3. Tingkatan ketiga adalah transaction cost of economics atau biaya transaksi, dimana tingkatan ini terdiri dari pelaksanaan kontrak, pengaturan dan penegakannya, yang semuanya tidak terlepas dari biaya transaksi. 4. Tingkatan keempat adalah agency theory yang terkait dengan pengaturan sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Menurut Syahyuti 2004, terdapat 4 empat dimensi untuk mempelajari suatu kelembagaan, yaitu sebagai berikut : 1. Kondisi lingkungan eksternal. Lingkungan sosial dimana suatu kelembagaan hidup merupakan faktor pengaruh yang dapat menjadi pendorong dan sekaligus pembatas seberapa jauh suatu kelembagaan dapat beroperasi. Lingkungan yang dimaksud berupa kondisi politik dan pemerintahan administrative and external policies environment, sosiokultural sociocultural environment, teknologi technologival environment , kondisi perekonomian economic environment, berbagai kelompok kepentingan stakeholders, infrastruktur serta kebijakan terhadap pengelolaan terhadap sumberdaya alam policy natural resources environment . Seluruh komponen lingkungan tersebut perlu dipelajari dan dapat dianalisa bentuk pengaruhnya terhadap kelembagaan yang dipelajari. Sebagian memiliki pengaruh yang lebih kuat dan langsung, sebagian tidak. 2. Motivasi kelembagaan institutional motivation. Kelembagaan dipandang sebagai suatu unit kajian yang memiliki jiwanya sendiri. Terdapat empat yang dapat dipelajari untuk mengetahui motivasi kelembagaan, yaitu sejarah kelembagaan institutional history, misi yang diembannya, kultur yang menjadi pegangan dalam bersikap dan berprilaku anggotanya, serta pola penghargaan yang dianut incentive schemes. Suatu fakta sosial adalah fakta historik. Sejarah perjalanan kelembagaan merupakan pintu masuk yang baik untuk mengenali secara cepat aspek-aspek kelembagaan yang lain. 3. Kapasitas kelembagaan institutional capacity. Pada bagian ini dipelajari bagaimana kemampuan kelembagaan untuk mencapai tujuan-tujuannya sendiri. Kemampuan tersebut diukur dari 5 lima aspek, yaitu : strategi kepemimpinan yang dipakai strategic leadership, perencanaan program program planning, manajemen dan pelaksanaannya management and execution , alokasi sumberdaya yang dimiliki resources allocation dan hubungan dengan pihak luar, yaitu clients, partners, government policymakers , dan external donors. 4. Kinerja kelembagaan institutional performance. Terdapat tiga hal pokok yang harus diperhatikan yaitu : 1 keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuannya, 2 efisiensi penggunaan sumberdaya dan 3 keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan para kelompok kepentingan di luarnya. Kinerja kelembagaan dari perspektif ekonomi merupakan prinsip yang menjadi latar belakangnya. Untuk mengukur efektivitas dan efisiensi misalnya dapat digunakan analisis kuantitatif sederhana, misalnya dengan membuat rasio antara perolehan yang seharusnya dengan yang aktual tercapai atau rasio biaya dengan produktivitas. Penelitian tentang rekayasa kelembagaan kemitraan antara pabrik gula PG dengan petani tebu peserta kemitraan, dilakukan untuk menemukan elemen-elemen kunci dari relasi fungsional yang selama ini terbangun. Adapun elemen-elemen kunci dari rekayasa kelembagaan kemitraan tersebut adalah : 1. Penentuan elemen kunci tujuan; 2. Penentuan elemen kunci kendala; 3. Penentuan elemen kunci perubahan yang diinginkan; 4. Penentuan elemen pengaruh terhadap masyarakat; 5. Penentuan elemen kunci kebutuhan program; dan 6. Penentuan elemen kunci tolok ukur keberhasilan. Untuk menemukan elemen-elemen kunci dari rekayasa kelembagaan kemitraan antara pabrik gula PG dengan petani tebu, digunakan metode Interpretive Structural Modeling ISM. Salah satu teknik permodelan yang dikembangkan untuk merencanakan kebijakan strategis adalah Interpretive Structural Modeling ISM. Eriyatno 1999 menyatakan bahwa teknik ISM adalah salah satu teknik permodelan sistem yang menangani kebiasaan yang sulit dirubah dalam perencanaan jangka panjang yang sering menerapkan teknik penelitian operasional dan atau aplikasi deskriptif. Menurut Kholil 2008, teknik ISM dapat digunakan untuk melakukan analisis program yang sesuai dengan visi dan misi. Secara garis besar, teknik ISM dibagi menjadi dua bagian , yaitu : klasifikasi elemen dan penyusunan hierarkhi. Teknik ISM ini intinya adalah klasifikasi elemen dan penyusunan hierarkhi. Klasifikasi elemen didasarkan pada Structural Self Matrix SSM yang dibuat berdasarkan sistem VAXO, yaitu : V jika eij = 1 dan eji = 0; A jika eij = 0 dan eji = 1; X jika eij = 1 dan eji = 1; O jika eij = 0 dan eji = 0 Nilai 1 berarti ada hubungan kontekstual antara elemen ke i dan elemen ke j, sedangkan eij = 0 berarti tidak ada hubungan kontekstual antara elemen ke i dengan elemen ke j. Kemudian SSM diubah menjadi Reachability Matrix RM dengan merubah VAXO menjadi 1 dan 0 dan selanjutnya dilakukan pengujian terhadap aturan transivity sampai terbentuk matriks yang tertutup. Matriks yang telah memenuhi kaidah transivity dilanjutkan pengolahannya untuk mendapatkan matriks reachability untuk memperoleh Driver Power DP dan Dependent D. Tahapan selanjutnya adalah mengelompokkan sub-sub elemen ke dalam empat sektor, yaitu : 1. Weak driver, weak dependent variables Autonomous, peubah pada sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau memiliki hubungannya yang kecil, 2. Weak driver, strong dependent Dependent, peubah yang masuk kedalam kelompok ini merupakan peubah tidak bebas terikat, 3 Strong driver, strong dependent variabel Linkage, perubah pada sektor ini harus dikaji secara hati-hati karena interkasinya dapat memberikan dampak dan umpan balik terhadap sistem, dan 4. Strong driver, strong dependent variables Independent, perubah sektor ini memiliki pengaruh yang kuat dalam sistem dan sangat menentukan keberhasilan program. Secara garis besar pengembangan model ISM meliputi tiga langkah, yaitu : 1. Menentukan elemen penting yang harus dikaji sesuai dengan visi dan misi, 2. Menguraikan elemen-elemen terpilih menjadi sub elemen yang lebih rinci, dan 3. Melakukan pengolahan matriks dan dilanjutkan dengan pengelompokkan sub elemen berdasarkan Driver Power DP dan Dependent D. Alur analisis ISM secara garis besar tersaji pada Gambar 8 berikut :