Defenisi Belajar Konsep Belajar

Teori pembelajaran conditioning ini bersumber pada kajian tentang psikologi manusia, sebagaimana halnya pada teori operant conditioning. Jika pada teori operant conditioning, lingkungan yang diciptakan sangat berpengaruh, maka pada teori conditioning, penciptaan kondisi yang sama secara berulang-ulang menjadi hal yang sangat menentukan teradinya kegiatan proses belajar mengajar. 24 d. Teori Connectinism Menurut teori ini, bahwa belajar pada dasarnya merupakan sebuah proses asosiasi antara kesan panca indera sense of impression dengan impuls tekanan untuk bertindak impuls to action. Dengan ungkapan lain, bahwa pada dasarnya belajar itu adalah suatu proses pembentukan hubungan yang intens dan interaktif antara stimulus dan respons, atau antara aksi dan reaksi. 25

3. Ciri-ciri dari Proses Belajar

Ciri-ciri dari proses belajar sebagai berikut: a. Belajar adalah kegiatan fisik dan mental yang menghasilkan perubahan kemampuan pada diri seseorang yang belajar. b. Perubahan tersebut merupakan kemampuan baru yang berlaku relatif lama, dapat berupa segala aspek kepribadian manusia. c. Perubahan disebabkan adanya interaksi dengan lingkungan, pengalamandan bimbingan dengan pelibatan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. d. Perubahan bukan hal-hal yang tidak wajarnegatif, secara kebetulan atau disebabkan kematangan atau insting. e. Belajar dapat terjadi kapan dan di mana pun seseorang berada. 26 24 Ibid., h. 92. 25 Ibid., h. 93. 26 Jamaludin, dkk., op. cit., h. 12.

4. Unsur Belajar

Para Konstruktivis memaknai unsur-unsur belajar sebagai berikut: a. Tujuan Belajar Tujuan belajar yaitu membentuk makna. Makna diciptakan para pembelajar dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna dipengaruhi oleh pengertian terdahulu yang telah dimiliki siswa. b. Proses Belajar Proses belajar adalah proses konstruksi makna yang berlangsung terus menerus, setiap kali berhadapan dengan fenomena atau pengalaman baru diadakan rekonstruksi, baik secara kuat atau lemah. Proses belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan perkembangan itu sendiri. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan disonansi kognitif yang merangsang pemikiran lebih lanjut. c. Hasil Belajar Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar sebagai hasil interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seorang tergantung kepada apa yang telah diketahui pembelajar. Konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari. 27

5. Prinsip-prinsip Belajar

Belajar sebagai kegiatan sistematis dan kontinyu memiliki prinsip- prinsip dasar sebagai berikut: a. Belajar berlangsung seumur hidup; b. Proses belajar adalah kompleks namun terorganisir; c. Belajar berlangsung dari yang sederhana menuju yang kompleks; d. Belajar dari mulai yang fatual menuju konseptual; 27 Suyono dan Hariyanto, op. cit., h. 29. e. Belajar mulai dari yang kongkrit menuju abstrak; f. Belajar merupakan bagian dari perkembangan; g. Keberhasilan belajar dipengaruhi 4 faktor, yaitu faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan, serta usaha keras peserta didik; h. Belajar mencakup semua aspek kehidupan yang penuh makna; i. Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu; j. Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru; k. Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi; l. Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan lingkungan internal; m. Kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bimbingan dari orang lain. 28

6. Faktor-faktor Psikologis yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, termasuk ke dalam faktor internal atau intern, yakni faktor dari dalam diri siswa. Faktor ini terdiri atas dua aspek, yaitu aspek fisiologis bersifat jasmaniah dan faktor psikologis bersifat rohaniah, dan kelelahan bersifat jasmaniah dan rohaniah. a. Aspek Fisiologis Aspek fisiologis yang memengaruhi belajar berkenaan dengan keadaan atau kondisi umum jasmani seseorang, misalnya menyangkut kesehatan atau kondisi tubuh, seperti sakit atau terjadinya gangguan pada fungsi-fungsi tubuh. Aspek ini juga menyangkut kebugaran tubuh. Tubuh yang kurang prima, akan mengalami kesulitan belajar. 29 b. Aspek Psikologis Faktor-faktor yang termasuk aspek psikologis yang dipandang esensial menurut Slameto sebagaimana dikutip Tohirin adalah: intelegensi, perhatian, minat,bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. 1 Intelegensi 28 Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: PT. Refika Aditama, 2014, Cet. IV, h. 16-18. 29 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, h. 127. Merupakan kecakapan yang terdiri atas tiga jenis, yaitu: a Kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif; b Mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif; c Mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi juga merupakan kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. 30 2 Perhatian Supaya timbul perhatian siswa terhadap bahan pelajaran, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai denan hobi atau bakatnya. Islam memandang perhatian sebagai tindakan penting dan sikap acuh tidak mau memperhatikan merupakan aktivitas yang tidak terpuji dan merupakan tanda tidak bersyukur kepada Allah SWT. 3 Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memerhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. 31 Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa atau tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Sebaliknya bahan pelajaran yang diminati siswa, akan lebih mudah dipahami dan disimpan dalam memori kognitif siswa karena minat dapat menambah kegiatan belajar. 4 Bakat Bakat merupakan kemampuan untuk belajar. Secara umum bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk 30 Ibid.,h. 128-129. 31 Ibid.,h. 130.