Studi Kelayakan Pendirian Industri Biodiesel Terpadu Dari Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) Di Kawasan Pabrik Gula Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat

(1)

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI BIODIESEL TERPADU DARI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) DI KAWASAN

PABRIK GULA JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT

Oleh

EUIS ROHMAWATI F34102033

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI BIODIESEL TERPADU DARI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) DI KAWASAN

PABRIK GULA JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

EUIS ROHMAWATI F34102033

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI BIODIESEL TERPADU DARI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) DI KAWASAN

PABRIK GULA JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

EUIS ROHMAWATI F34102033

Dilahirkan di Sukabumi, pada tanggal 8 Juni 1983 Tanggal lulus : 2 Februari 2007

Disetujui, Bogor, Februari 2007

Dr. Ir. Sukardi, MM Ir. Saptariyanti A.K. Puteri Dosen Pembimbing I Pembimbing II


(4)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Studi Kelayakan Pendirian Industri Biodiesel Terpadu dari Jarak Pagar (Jatropha curcas L) di Kawasan Pabrik Gula Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing akademik, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.

Bogor, 5 Februari 2007 Yang membuat pernyataan,

Euis Rohmawati F 34102033


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 8 Juni 1983. Penulis merupakan anak anak pertama, putri dari pasangan Bapak Jemi Saelan dan Ibu Hj. P. Nurjanah. Pada tahun 1996, penulis

menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Parakan Lima II. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah di SLTPN 13 Sukabumi pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 3 Sukabumi dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis diterima pada program sarjana Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Semasa kuliah penulis pernah aktif dalam beberapa kepanitiaan seperti Lepas Landas Sarjana 2004 sebagai anggota divisi dokumentasi dan publikasi. Anggota divisi dokumentasi dan publikasi hari warga industri (HAGATRI) 2004. Penulis pernah menjadi staff kewirausahaan pada BEM FATETA tahun 2003.

Penulis melaksanakan praktek lapang pada tahun 2005 dengan topik Mempelajari Proses Pasca Panen Padi dan Manajemen Pergudangan di Berindo Unit Pabrikasi Perum BULOG, Subang Jawa Barat . Penulis juga pernah mengikuti program Magang Kerja di PT. RNI pada bulan Juni-Juli 2006. Untuk menyelesaikan studi pada departemen Teknologi Industri Pertanian penulis melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi berjudul Studi Kelayakan Pendirian Industri Biodiesel Terpadu dari Jarak Pagar (Jatropha curcas L) di Kawasan Pabrik Gula Jatitujuh, Majalengka Jawa Barat . Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan strata-1 dengan gelar Sarjana Teknologi Pertanian.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT, karena atas limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Studi Kelayakan Pendirian Industri Biodiesel dari Jarak Pagar (Jatropha curcas L) di Kawasan Pabrik Gula Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat.

Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Industri Pertanian di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Studi kelayakan merupakan perencanaan untuk mengetahui kelayakan dari suatu pendirian industri dengan cara melakukan analisis terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi. Pada umumnya, studi ini dilakukan secara kerja tim, namun penulis mencoba untuk membuat studi ini sebagai suatu skripsi. Karena pengerjaan studi ini berupa perorangan, maka terdapat keterbatasan penguasaan dalam pengkajiannya. Masih terdapat aspek-aspek lain yang belum dikaji ataupun belum secara mendalam pengkajiannya.

Industri biodiesel dari jarak pagar yang dikaji tergolong industri baru yang potensial didirikan di Indonesia. Biodiesel dari jarak pagar baru dikenal setelah adanya krisis BBM pada tahun 2005. Selain adanya dukungan pemerintah untuk memanfaatkan penggunaan bahan bakar alternatif, di Indonesia masih terdapat lahan kritis yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan jarak pagar sebagai bahan baku biodiesel. Selama ini tanaman jarak pagar belum termanfaatkan, hanya digunakan sebagai pagar dan belum diusahakan secara khusus. Dengan adanya industri ini, maka diharapkan jarak pagar dapat memberikan nilai tambah yang tinggi.

Akhir kata dengan seluruh usaha yang dilakukan dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari kesalahan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2007 Penulis


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Karya ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin memberikan ungkapan rasa terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Sukardi, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis selam belajar di IPB.

2. Ir. Saptariyanti A. K. Puteri selaku pembimbing penelitian ynag telah memberikan bimbingan dan pelajaran kepada penulis.

3. Dr. Ir. Endang Warsiki, MT selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan untuk skripsi.

4. Bapak. Agung P. Murdanoto, Deputi Direktur Pengembangan Usaha Agro PT. RNI yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Mamah tercinta Hj. P. Nurjanah yang selama ini telah memberikan dukungan dan motivasi baik secara material maupun spiritual.

6. Keluarga Besar Hj. Nurhayati atas semua do a dan dukungannya. 7. Andri Irawan atas semua perhatian, bantuan dan motivasi selama ini. 8. Staf divisi pengembangan usaha agro PT. RNI atas semua bantuannya.

9. Sahabatku Asti, Afni, Vina, Wiwi, terima kasih atas kebersamaan dan bantuannya selama ini.

10. Hera, Arban, Ryan, Hari, nuhun atas bantuan dan sarannya.

11. Teman Sebimbingan (Hani, Novi, Asep) terima kasih atas bantuannya selama ini. 12. Teman seperjuangan magang di PT. RNI (Asep, Adrin, Irfan, Monyonk, Lutfi),

terima kasih atas kebersamaannya.

13. Seluruh Staf AJMP dan TU Departement TIN, yang telah banyak membantu. 14. Mba Ania GFM 37 dan Dwi, terima kasih atas bantuannya.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR TABEL...iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... . 1

B. Tujuan Penelitian ... . 3

C. Ruang Lingkup ... . 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jarak Pagar (Jatropha curcas L) ... 5

B. Budidaya Tanaman Jarak Pagar... 6

C. Minyak Jarak Pagar ... 12

D. Biodiesel... 13

E. Kajian Pendirian Industri... 15

1. Aspek Pasar dan Pemasaran... 15

2. Aspek Teknis dan Teknologis... 16

3. Aspek Manajemen Operasional... 16

4. Aspek Legalitas ... 17

5. Aspek Lingkungan... 17

6. Aspek Finansial ... 18

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran ... 19

B. Pendekatan Studi Kelayakan... 19

C. Metode Penelitian ... 22

1. Pengumpulan Data... 22

2. Analisis Data ... 22

a. Analisis Pasar dan Pemasaran ... 22

b. Analisis Teknis dan Teknologis... 22

c. Analisis Manajemen Operasi ... 23

d. Analisis Legalitas dan Lingkungan... 24

e. Analisis Finansial... 24

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Aspek Pasar dan Pemasaran... 28

1. Perkembangan Produksi Biodiesel... 28

2. Strategi Pembentukan dan Pengembangan Pasar Biodiesel... 30


(9)

B. Aspek Teknis dan Teknologis... 38

1. Bahan Baku ... 38

2. Kapasitas Produksi ... 39

3. Lokasi Pabrik ... 40

4. Teknologi Proses ... 40

5. Penentuan Tata Letak Pabrik ... 48

C. Aspek Manajemen dan Operasional... 53

a. Struktur Organisasi ... 53

b. Tabulasi Kebutuhan Tenaga Kerja ... 55

c. Deskripsi Pekerjaan ... 56

d. Ketentuan Ketenagakerjaan ... 57

D. Aspek Legalitas... 58

a. Badan Usaha ... 58

b. Perizinan ... 58

c. Peraturan Pemaerintah ... 61

d. Pajak ... 62

E. Aspek Lingkungan... 63

1. Studi Aspek Lingkungan ... 63

2. Limbah yang dihasilkan ... 65

F. Aspek Finansial ... 66

1. Sumber Dana dan Struktur Pembiayaan... 68

2. Biaya Investasi ... 68

3. Harga dan Prakiraan Penerimaan... 70

4. Proyeksi Laba Rugi ... 74

5. Proyeksi Arus Kas ... 74

6. Titik Impas ... 75

7. Kriteria Kelayakan Investasi... 75

NPV, IRR, dan Net B/C ... 76

PBP ... 77

8. Analisa Sensitivitas... 77

9. Perbandingan pemakaian solar dengan biodiesel pada PG RNI... 79

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA... 82


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Pemakaian bahan bakar solar pada lima unit PG PT.RNI 2001-2005 .. 3

Tabel 2. Komposisi unsur bagian biji jarak pagar ... 6

Tabel 3. Komposisi asam lemak bebas dalam minyak jarak pagar... 13

Tabel 4. Perbedaan minyak jarak dan minyak diesel ... 13

Tabel 5. Standar Mutu Biodiesel Eropa, Amerika, dan Indonesia ... 14

Tabel 6. Kebutuhan ruang produksi pengolahan jarak pagar ... 51

Tabel 7. Kebutuhan ruang pabrik industri pengolahan jarak pagar ... 52

Tabel 8. Tabulasi kebutuhan Tenaga Kerja ... 56

Tabel 9. Tarif pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.17 tahun 2000 ... ... 63

Tabel 10. Struktur pembiayaan industri biodiesel... 68

Tabel 11. Komposisi modal kerja ... ... 69

Tabel 12. Biaya investasi kebun jarak... ... 70

Tabel 13. Biaya Investasi Pabrik ... ... 70

Tabel 14. Perhitungan titik impas produksi biodiesel... 74

Tabel 15. Penilaian kriteria investasi ... ... 76

Tabel 16. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya operasional dan penurunan harga jual ... ... 77

Tabel 17. Harga BBM untuk industri... ... 78


(11)

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI BIODIESEL TERPADU DARI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) DI KAWASAN

PABRIK GULA JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT

Oleh

EUIS ROHMAWATI F34102033

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI BIODIESEL TERPADU DARI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) DI KAWASAN

PABRIK GULA JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

EUIS ROHMAWATI F34102033

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(13)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI BIODIESEL TERPADU DARI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) DI KAWASAN

PABRIK GULA JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

EUIS ROHMAWATI F34102033

Dilahirkan di Sukabumi, pada tanggal 8 Juni 1983 Tanggal lulus : 2 Februari 2007

Disetujui, Bogor, Februari 2007

Dr. Ir. Sukardi, MM Ir. Saptariyanti A.K. Puteri Dosen Pembimbing I Pembimbing II


(14)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Studi Kelayakan Pendirian Industri Biodiesel Terpadu dari Jarak Pagar (Jatropha curcas L) di Kawasan Pabrik Gula Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing akademik, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.

Bogor, 5 Februari 2007 Yang membuat pernyataan,

Euis Rohmawati F 34102033


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 8 Juni 1983. Penulis merupakan anak anak pertama, putri dari pasangan Bapak Jemi Saelan dan Ibu Hj. P. Nurjanah. Pada tahun 1996, penulis

menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Parakan Lima II. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah di SLTPN 13 Sukabumi pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 3 Sukabumi dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis diterima pada program sarjana Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Semasa kuliah penulis pernah aktif dalam beberapa kepanitiaan seperti Lepas Landas Sarjana 2004 sebagai anggota divisi dokumentasi dan publikasi. Anggota divisi dokumentasi dan publikasi hari warga industri (HAGATRI) 2004. Penulis pernah menjadi staff kewirausahaan pada BEM FATETA tahun 2003.

Penulis melaksanakan praktek lapang pada tahun 2005 dengan topik Mempelajari Proses Pasca Panen Padi dan Manajemen Pergudangan di Berindo Unit Pabrikasi Perum BULOG, Subang Jawa Barat . Penulis juga pernah mengikuti program Magang Kerja di PT. RNI pada bulan Juni-Juli 2006. Untuk menyelesaikan studi pada departemen Teknologi Industri Pertanian penulis melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi berjudul Studi Kelayakan Pendirian Industri Biodiesel Terpadu dari Jarak Pagar (Jatropha curcas L) di Kawasan Pabrik Gula Jatitujuh, Majalengka Jawa Barat . Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan strata-1 dengan gelar Sarjana Teknologi Pertanian.


(16)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT, karena atas limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Studi Kelayakan Pendirian Industri Biodiesel dari Jarak Pagar (Jatropha curcas L) di Kawasan Pabrik Gula Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat.

Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Industri Pertanian di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Studi kelayakan merupakan perencanaan untuk mengetahui kelayakan dari suatu pendirian industri dengan cara melakukan analisis terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi. Pada umumnya, studi ini dilakukan secara kerja tim, namun penulis mencoba untuk membuat studi ini sebagai suatu skripsi. Karena pengerjaan studi ini berupa perorangan, maka terdapat keterbatasan penguasaan dalam pengkajiannya. Masih terdapat aspek-aspek lain yang belum dikaji ataupun belum secara mendalam pengkajiannya.

Industri biodiesel dari jarak pagar yang dikaji tergolong industri baru yang potensial didirikan di Indonesia. Biodiesel dari jarak pagar baru dikenal setelah adanya krisis BBM pada tahun 2005. Selain adanya dukungan pemerintah untuk memanfaatkan penggunaan bahan bakar alternatif, di Indonesia masih terdapat lahan kritis yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan jarak pagar sebagai bahan baku biodiesel. Selama ini tanaman jarak pagar belum termanfaatkan, hanya digunakan sebagai pagar dan belum diusahakan secara khusus. Dengan adanya industri ini, maka diharapkan jarak pagar dapat memberikan nilai tambah yang tinggi.

Akhir kata dengan seluruh usaha yang dilakukan dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari kesalahan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2007 Penulis


(17)

UCAPAN TERIMA KASIH

Karya ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin memberikan ungkapan rasa terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Sukardi, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis selam belajar di IPB.

2. Ir. Saptariyanti A. K. Puteri selaku pembimbing penelitian ynag telah memberikan bimbingan dan pelajaran kepada penulis.

3. Dr. Ir. Endang Warsiki, MT selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan untuk skripsi.

4. Bapak. Agung P. Murdanoto, Deputi Direktur Pengembangan Usaha Agro PT. RNI yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Mamah tercinta Hj. P. Nurjanah yang selama ini telah memberikan dukungan dan motivasi baik secara material maupun spiritual.

6. Keluarga Besar Hj. Nurhayati atas semua do a dan dukungannya. 7. Andri Irawan atas semua perhatian, bantuan dan motivasi selama ini. 8. Staf divisi pengembangan usaha agro PT. RNI atas semua bantuannya.

9. Sahabatku Asti, Afni, Vina, Wiwi, terima kasih atas kebersamaan dan bantuannya selama ini.

10. Hera, Arban, Ryan, Hari, nuhun atas bantuan dan sarannya.

11. Teman Sebimbingan (Hani, Novi, Asep) terima kasih atas bantuannya selama ini. 12. Teman seperjuangan magang di PT. RNI (Asep, Adrin, Irfan, Monyonk, Lutfi),

terima kasih atas kebersamaannya.

13. Seluruh Staf AJMP dan TU Departement TIN, yang telah banyak membantu. 14. Mba Ania GFM 37 dan Dwi, terima kasih atas bantuannya.


(18)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR TABEL...iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... . 1

B. Tujuan Penelitian ... . 3

C. Ruang Lingkup ... . 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jarak Pagar (Jatropha curcas L) ... 5

B. Budidaya Tanaman Jarak Pagar... 6

C. Minyak Jarak Pagar ... 12

D. Biodiesel... 13

E. Kajian Pendirian Industri... 15

1. Aspek Pasar dan Pemasaran... 15

2. Aspek Teknis dan Teknologis... 16

3. Aspek Manajemen Operasional... 16

4. Aspek Legalitas ... 17

5. Aspek Lingkungan... 17

6. Aspek Finansial ... 18

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran ... 19

B. Pendekatan Studi Kelayakan... 19

C. Metode Penelitian ... 22

1. Pengumpulan Data... 22

2. Analisis Data ... 22

a. Analisis Pasar dan Pemasaran ... 22

b. Analisis Teknis dan Teknologis... 22

c. Analisis Manajemen Operasi ... 23

d. Analisis Legalitas dan Lingkungan... 24

e. Analisis Finansial... 24

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Aspek Pasar dan Pemasaran... 28

1. Perkembangan Produksi Biodiesel... 28

2. Strategi Pembentukan dan Pengembangan Pasar Biodiesel... 30


(19)

B. Aspek Teknis dan Teknologis... 38

1. Bahan Baku ... 38

2. Kapasitas Produksi ... 39

3. Lokasi Pabrik ... 40

4. Teknologi Proses ... 40

5. Penentuan Tata Letak Pabrik ... 48

C. Aspek Manajemen dan Operasional... 53

a. Struktur Organisasi ... 53

b. Tabulasi Kebutuhan Tenaga Kerja ... 55

c. Deskripsi Pekerjaan ... 56

d. Ketentuan Ketenagakerjaan ... 57

D. Aspek Legalitas... 58

a. Badan Usaha ... 58

b. Perizinan ... 58

c. Peraturan Pemaerintah ... 61

d. Pajak ... 62

E. Aspek Lingkungan... 63

1. Studi Aspek Lingkungan ... 63

2. Limbah yang dihasilkan ... 65

F. Aspek Finansial ... 66

1. Sumber Dana dan Struktur Pembiayaan... 68

2. Biaya Investasi ... 68

3. Harga dan Prakiraan Penerimaan... 70

4. Proyeksi Laba Rugi ... 74

5. Proyeksi Arus Kas ... 74

6. Titik Impas ... 75

7. Kriteria Kelayakan Investasi... 75

NPV, IRR, dan Net B/C ... 76

PBP ... 77

8. Analisa Sensitivitas... 77

9. Perbandingan pemakaian solar dengan biodiesel pada PG RNI... 79

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA... 82


(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Pemakaian bahan bakar solar pada lima unit PG PT.RNI 2001-2005 .. 3

Tabel 2. Komposisi unsur bagian biji jarak pagar ... 6

Tabel 3. Komposisi asam lemak bebas dalam minyak jarak pagar... 13

Tabel 4. Perbedaan minyak jarak dan minyak diesel ... 13

Tabel 5. Standar Mutu Biodiesel Eropa, Amerika, dan Indonesia ... 14

Tabel 6. Kebutuhan ruang produksi pengolahan jarak pagar ... 51

Tabel 7. Kebutuhan ruang pabrik industri pengolahan jarak pagar ... 52

Tabel 8. Tabulasi kebutuhan Tenaga Kerja ... 56

Tabel 9. Tarif pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.17 tahun 2000 ... ... 63

Tabel 10. Struktur pembiayaan industri biodiesel... 68

Tabel 11. Komposisi modal kerja ... ... 69

Tabel 12. Biaya investasi kebun jarak... ... 70

Tabel 13. Biaya Investasi Pabrik ... ... 70

Tabel 14. Perhitungan titik impas produksi biodiesel... 74

Tabel 15. Penilaian kriteria investasi ... ... 76

Tabel 16. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya operasional dan penurunan harga jual ... ... 77

Tabel 17. Harga BBM untuk industri... ... 78


(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pohon dan buah Jatropha curcas L ... 6

Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian ... 20

Gambar 3. Diagram tahapan persiapan suatu rencana investasi proyek ... 21

Gambar 4.Flowchart analisis aspek teknis teknologis... 23

Gambar 5. Flowchart analisis aspek manajemen dan operasi... 24

Gambar 6. Grafik AnalisaBreak Event Point (BEP)... 26

Gambar 7. Produk dan kemasan biodiesel... 35

Gambar 8. Diagram alir perhitungan harga akhir biodiesel... 35

Gambar 9. Diagram alir proses ekstraksi minyak jarak ... 42

Gambar 10. Reaksi Esterifikasi dan Transesterifikasi ... 45

Gambar 11. Neraca massa pembuatan biodiesel ... 47

Gambar 12. Neraca energi ... ... 48

Gambar 13. Bagan keterkaitan antar aktivitas ... 49

Gambar 14. Diagram keterkaitan antar aktivitas ... 50

Gambar 15. Alokasi area industri biodiesel jarak pagar ... 53


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Bagan eksploitasi jarak pagar... 85

Lampiran 2. Tanaman penghasil minyak nabati di Indonesia ... 86 Lampiran 3. Lokasi penanaman jarak pagar PT RNI... 87 Lampiran 4 Perhitungan produktivitas dan bahan baku... 88 Lampiran 5a.MesinExpeller with cooking kettle danfilter press... 89 Lampiran 5b.Reaktor transesterifikasi ... ... 90 Lampiran 6. Diagram alir pembuatan biodiesel ... 91 Lampiran 7. Biaya tenaga kerja... ... 93 Lampiran 8. Peraturan pemerintah ... ... 94 Lampiran 9. Biaya pemeliharaan, asuransi dan penyusutan... 106 Lampiran 10. Biaya Operasi pabrik ... ... 107 Lampiran 11. Perhitungan laba rugi... ... 108 Lampiran 12. Proyeksi arus kas... ... 109 Lampiran 13. Perhitungan kriteria investasi... 110 Lampiran 14.Analisis senstivitas terhadap kenaikan biaya operasional

49,00 persen ... ... 111 Lampiran15. Perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya

operasional 49,01 persen... ... 112 Lampiran 16. Perhitungan analisis sensitivitas terhadap penurunan

harga jual 32,04 persen... ... 113 lampiran 17. Perhitungan analisis sensitivitas terhadap penurunan harga


(23)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Studi kelayakan merupakan suatu analisis perencanaan yang sistematis dan mendalam atas setiap faktor yang mempunyai pengaruh terhadap kemungkinan proyek mencapai sukses. Semua data, fakta dan berbagai pendapat yang dikemukakan dalam studi kelayakan tersebut akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan apakah proyek yang bersangkutan akan direalisasikan, dibatalkan, atau direvisi. Proyek terdiri dari tahapan pra-konstruksi (pra investasi), tahapan pra-konstruksi-implementasi (investasi), dan tahapan operasi. Studi kelayakan merupakan langkah akhir dari tahapan pra-konstruksi dan secara teoritis merupakan penentu perlu tidaknya proyek dilanjutkan (Soeharto, 2000).

Pada bulan Mei 2005, di Indonesia terjadi demam jarak . Tanaman jarak yang muncul pada tahun tersebut dikenal dengan sebutan Jarak Pagar . Selama ini, tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L) hanya ditanam sebagai pagar dan tidak diusahakan secara khusus. Menurut Hariyadi (2005) secara agronomis, tanaman jarak pagar dapat beradaptasi dengan lahan maupun agroklimat di Indonesia, bahkan tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada kondisi kering (curah hujan < 500 mm per tahun) maupun pada lahan dengan kesuburan rendah (lahan marjinal dan lahan kritis).

Pada saat krisis BBM 2005, jarak pagar diingat karena minyak lampunya. Ternyata minyak nabati yang dihasilkan jarak pagar dapat diolah menjadi bahan bakar pengganti minyak bumi, pengganti energi fosil (solar, minyak tanah, dan minyak bakar). Jarak pagar mampu menjadi sumber energi alternatif dan bahan bakar hayati (biodiesel) sehingga jarak pagar menjadi sumber energi terbarukan (renewable energy), atau lebih tepatnya energi hijau yang terbarukan-Bio Fuel. Selain dijadikan bahan bakar (biodiesel), jarak pagar juga dapat digunakan sebagai bahan baku untuk farmasi, pupuk, dan


(24)

pakan ternak, selengkapnya dapat dilihat pada bagan eksploitasi jarak pagar (Lampiran 1).

Biodiesel adalah sejenis bahan bakar yang termasuk ke dalam kelompok bahan bakar nabati (BBN). Minyak nabati lain yang dapat diolah menjadi biodiesel selain dari minyak jarak pagar antara lain minyak sawit, minyak kelapa, dan minyak kedelai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Biodiesel merupakan bahan bakar ideal untuk industri dan transportasi karena dapat digunakan sebagai pencampur solar untuk mobil, mesin diesel dan mesin-mesin pertanian. Biodiesel mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar diesel dari minyak bumi. Selain biodiesel dapat diperbaharui, juga dapat memperkuat perekonomian negara serta menciptakan lapangan kerja.

PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) merupakan BUMN yang bergerak di bidang agroindustri, farmasi dan alat kesehatan, serta perdagangan umum. PT. RNI merupakan perusahaan induk (Holding Company) yang memiliki 15 anak perusahaan diseluruh Indonesia. Unit usaha yang dikembangkan adalah industri gula; kelapa sawit, karet dan teh; hortikultura dan tanaman obat-obatan; alkohol, spiritus dan arak; particle board dan kanvas rem; pakan ternak serta pupuk.

PT. RNI sedang mengembangkan Bio-energi melalui pengembangan tanaman jarak pagar (Lampiran 3) yang akan digunakan sebagai bahan bakar alternatif pada unit-unit pabrik pengolahan gula, dimana selama ini pabrik-pabrik tersebut menggunakan bahan bakar solar. Hal tersebut bertujuan untuk menekan harga pokok produksi produksi (HPP) pada pabrik gula (PG). Penggunaan bahan bakar PG RNI sangat besar untuk menghidupkan boiler-boiler pada pabrik. Adapun realisasi pemakaian bahan bakar solar lima unit PG RNI dapat dilihat pada Tabel 1. Target RNI pada tahun 2006 adalah menanam ± 1.600 hektar di dua lokasi yaitu PG Jatitujuh, Jabar dan PT. Kebun Grati Agung Pasuruan, Jatim.


(25)

Tabel 1. Pemakaian bahan bakar solar pada lima unit PG PT.RNI 2001-2005. Penggunaan Solar (ribu liter) Tahun

Pabrik Gula

2001 2002 2003 2004 2005

Jumlah (ribu liter) Rejo Agung 836 811 1.086 1.026 712 4.471 Sindang Laut 424 484 515 540 535 2.498 Karang Suwung 910 723 792 690 1.047 4.161

Jatitujuh 0 0 127 103 63 293

Tersana Baru 555 576 909 764 545 3.348 14.771 Sumber: PT. Rajawali Nusantara Indonesia, (2006)

Dikembangkannya tanaman jarak pagar sebagai bahan bakar alternatif yang terbarukan (renewable) selain sebagai pengganti bahan bakar, juga akan membuka kesempatan lapangan pekerjaan baru dan peluang usaha disektor ini. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka perlu didirikan suatu industri yang memproduksi minyak nabati dari jarak pagar beserta turunannya. Pemanfaatan jarak pagar untuk bahan bakar ataupun keperluan lainnya akan memberikan nilai tambah yang cukup besar.

Untuk mengetahui kelayakan pendirian industri tersebut, maka diperlukan kajian khusus tentang pendirian industri pengolahan jarak pagar. Aspek-aspek yang dikaji adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis teknologis, aspek manajemen operasional, aspek lingkungan, aspek legalitas, dan aspek finansial. Semua aspek tersebut dapat menentukan kelayakan pendirian industri pengolahan jarak pagar

B. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan pendirian industri pengolahan jarak pagar (Jatropha curcas L). Kemungkinan hasil dari studi yang diperoleh dapat menyatakan bahwa industri tersebut layak, layak bersyarat ataupun tidak layak. Jika layak, maka pendirian tersebut dapat direalisasikan, jika layak bersyarat maka industri tersebut harus memenuhi kondisi persyaratan, sedangkan jika tidak layak maka industri tersebut tidak


(26)

memungkinkan untuk direalisasikan. Selain untuk mengetahui kelayakan, kajian ini juga dilakukan untuk mengetahui marjin antara penggunaan bahan bakar solar dibandingkan dengan penggunaan biodiesel pada PG PT. RNI sehingga dapat diketahui besarnya penghematan yang didapatkan.

C. Ruang Lingkup

Studi penelitian ini meliputi aspek-aspek yang mempengaruhi pendirian industri pengolahan jarak pagar di kawasan PG Jatitujuh, Majalengka Jawa Barat. Ruang lingkup penelitian ini meliputi:

1. Analisa terhadap aspek pasar dan pemasaran, meliputi strategi bauran pemasaran.

2. Analisa terhadap aspek teknis teknologis, meliputi penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi beserta informasi neraca massa dan neraca energi, mesin dan peralatan yang digunakan, serta lokasi poyek dan tata letak pabrik.

3. Analisa terhadap aspek manajemen operasional, meliputi penentuan badan usaha, tenaga manajerial dan operasional yang mendukung keberhasilan usaha tersebut nantinya.

4. Analisa terhadap aspek lingkungan dan legalitas yang dapat mendukung kelayakan industri tersebut dan kesesuaian dengan peraturan yang berlaku. 5. Analisa terhadap aspek finansial, meliputi perkiraan jumlah dana yang diperlukan dan struktur pembiayaan yang paling menguntungkan, baik dari sumber bank konvensional ataupun sumber lainnya.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Jarak Pagar (Jatropha curcas L)

Tanaman jarak terbagi menjadi dua, yaitu tanaman jarak (Ricinus communis L) dan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L). Kedua jenis tanaman jarak ini termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae. Jarak Pagar (Jatropha curcas L) diklasifikasikan ke dalam divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledone, ordo Euphorbiales, famili Euphorbiaceae, genusJatropha,species curcas (Heyne, 1987). Tanaman jarak pagar berasal dari Amerika dan umumnya tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini tumbuh dengan cepat, kuat dan tahan terhadap panas, lahan tandus dan berbatu (www.fao.org). Di Jawa, tanaman ini umumnya terdapat di pagar-pagar dan ditanam sepanjang tepi jalan (Heyne, 1987).

Pohonnya berupa perdu dengan tinggi tanaman 1-7 m, bercabang tidak teratur. Batangnya berkayu, silindris, bila terluka mengeluarkan getah. Daunnya berupa daun tunggal, berlekuk, bersudut 3 atau 5, tulang daun menjari dengan 5-7 tulang utama, warna daun hijau (permukaan bagian bawah lebih pucat dibanding bagian atas). Panjang tangkai daun antara 4-15 cm. Bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai, berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, muncul diujung batang atau ketiak daun. Buah berupa buah kotak berbentuk bulat telur, diameter 2-4 cm, berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika masak. Buah jarak terbagi 3 ruang masing-masing ruang diisi 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong, warna coklat kehitaman. Biji inilah yang banyak mengandung minyak (Hariyadi, 2005).

Menurut Tim Jarak Pagar RNI (2005), memperkirakan bahwa panen pertama jarak pagar yaitu 6-8 bulan setelah tanam dengan produktivitas 0,5-1,0 ton biji kering per hektar per tahiun. Kemudian meningkat secara gradual dan stabil sekitar 5 ton pada tahun ke-5 setelah tanam. Pohon dan biji jarak pagar dapat dilihat pada Gambar 1. Komposisi unsur dari bagian biji jarak pagar dapat dilihat pada Tabel 2.


(28)

(a) (b) Gambar 1. (a). Pohon (b) Buah Jatropha curcas L.

Tabel 2. Komposisi unsur bagian biji jarak pagar (persen)

Unsur Kernel Shell Meal

Bahan kering (persen) 94,2-96,9 89,8-90,4 100 Kandungan (persen bahan Kering)

Protein kasar 22,2-27,2 4,3-4,5 56,4-63,8

Lemak 56,8-58,4 0,5-1,4 1,0-1,5

Abu 3,6-4,3 2,8-6,1 9,6-10,4

Neutral Detergent Fiber 3,5-3,8 83,9-89,4 8,1-9,1 Acid Detergent Fiber 2,4-3,0 74,6-78,3 5,7-,0 Acid Detergent Lignin 0,0-0,2 45,1-47,5 0,1-0,4 Gross Energy (MJ/kg) 30,5-31,1 19,3-19,5 18,0-1,3 Sumber: Trabi, M. 1998.

B. Budidaya Tanaman Jarak Pagar

Budidaya tanaman jarak pagar selama ini belum dilakukan masyarakat untuk tujuan agribisnis. Umumnya tanaman ini ditanam sebagai pagar pembatas pekarangan sehingga namanya dikenal sebagai jarak pagar. Dalam pengembangan budidaya tanaman jarak pagar untuk tujuan agribisnis perlu diperhatikan persyaratan lingkungan tumbuh dan aspek budidayanya. Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (2005), hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman jarak pagar antara lain:


(29)

1. Syarat Tumbuh

Jarak pagar dikenal sebagai tanaman yang cukup bandel, dalam arti mudah beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya, menghendaki lingkungan tumbuh yang optimal bagi pertumbuhannya, yaitu ketinggian tempat 0-1000 m diatas permukaan laut, suhu berkisar antara 18oC-30 oC. Pada daerah dengan suhu rendah (<18oC) dapat menghambat pertumbuhan, sedangkan pada daerah tinggi (>35 oC) menyebabkan gugur daun dan bunga, buah kering sehingga produksi menurun (Hariyadi, 2005).

Curah hujan yang sesuai untuk tanaman jarak pagar adalah 625 mm/tahun. Akan tetapi tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan curah hujan antara 300-2380 mm/tahun (Hambali et al. 2006). Sehingga jarak pagar dapat tumbuh dilahan marjinal yang miskin hara, tetapi berdrainase dan aerasi baik. Produksi optimal akan diperoleh dari tanaman yang ditanam di lahan subur. Jenis tanah yang baik bagi tanaman jarak pagar adalah yang mengandung pasir 60-90persen dan pH tanah 5,5 - 6,5. Produksi optimal juga bisa tercapai jika tanaman dipupuk dengan dosis yang sesuai dan tersedia air pada musim kemarau (Prihandana dan Hendroko, 2006).

2. Persiapan Lahan dan Penanaman

Menurut Anonim (2005), Kegiatan yang dilakukan pada persiapan lahan dan penanaman antara lain:

• Pembukaan lahan (land clearing)

Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari gulma, terutama disekitar tempat penanaman.

• Pengajiran

Pengajiran bertujuan untuk menandai lubang tanam dengan menancapkan ajir (terbuat dari bambu atau kayu) dengan jarak tanam disesuaikan dengan rencana populasi.

• Pembuatan lubang tanam

Bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan bibit pada fase awal, sehingga tanaman tumbuh kekar dan kuat. Ukuran lubang tanam


(30)

disesuaikan dengan bahan tanam. Bila bahan tanam berupa bibit dari polibag, lubang tanam berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm. Apabila bibit dari stek, lubang berukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm. Adapun alternatif jarak tanam dan populasi pohon sebagai berikut:

1) 3 m x 3 m (populasi 1.100 pohon/ha) 2) 2 m x 3 m (populasi 1.600 pohon/ha) 3) 2 m x 2 m (populasi 2.500 pohon/ha) 4) 1,5 m x 2 m (populasi 3.300 pohon/ha) 5) 1,5 m x 1,5 m (populasi 4.444 pohon/ha)

Penanaman dilakukan pada awal atau selama musim hujan sehingga kebutuhan air bagi tanaman cukup tersedia. Kriteria untuk bibit yang dipilih yaitu berumur 2-3 bulan; jumlah daun lebih dari 3 helai; dan tingginya lebih dari 30 cm. Penanaman dapat juga dilakukan secara langsung di lapangan dengan menggunakan stek batang atau cabang. Tanah disekitar pangkal batang dibuat cembung untuk menghindari terjadinya genangan air.

• Tanaman yang bisa ditanam bersama jarak pagar diantaranya jagung, wijen, kacang tanah, cabai rawit dan palawija lainnya. Sehingga selain mengurangi resiko serangan hama penyakit juga diversifikasi hasil. Jika pola penanaman dengan tumpangsari maka jarak tanam digunakan jarak agak lebar, misalnya 2,0 m x 3,0 m.

3. Pembibitan

Pembibitan dilakukan dengan menggunakan bahan tanam berasal dari stek cabang atau batang maupun benih.

• Bibit dari biji

Biji berasal dari buah yang berwarna kuning atau hitam. Biji yang baik dalam keadaan padat/tidak kosong dalamnya.

• Bibit dari stek

Stek yang baik untuk digunakan harus berupa stek yang lurus, sudah berkayu, stek tidak terlalu tua (kulit batang belum terkelupas) dan panjang stek yang digunakan ± 30 cm.


(31)

Menurut Hariyadi (2005), pembibitan dapat dilakukan di polibag atau dibedengan. Setiap polibag diisi media tanam berupa tanah lapisan atas (top soil) dan dicampur pupuk kandang lebih baik. Hasil penelitian penggunaan pupuk kandang (2:1 dan 1:1) menghasilkan pertumbuhan dan kondisi bibit yang lebih baik dibandingkan tanpa pupuk kandang. Setiap polibag ditanami 1 (satu) benih, lama pembibitan 2 bulan. Kegiatan yang dilakukan selama pembibitan antara lain penyiraman (setiap hari 2 kali pagi dan sore), penyiangan, dan seleksi.

4. Penyulaman

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang mati atau tidak tumbuh. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam menggunakan bibit yang sama umurnya dengan tanaman semula.

5. Pemupukan dan Pembumbunan

Pada prinsipnya pemberian pupuk bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Jenis dan dosis pupuk disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah setempat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan merekomendasikan dosis pupuk untuk tanaman jarak per hektar adalah 150 kg SP-36, 50 kg Urea dan 30 kg KCl dan ditingkatkan sebesar 10 persen tiap tahunnya. Disarankan untuk menambahkan 2,5-5 ton pupuk kandang atau 1-2 kg per tanaman. Pemupukan dilakukan 2 kali setahun pada umur 3 dan 6 bulan (Prihandana dan Hendroko, 2006).

Pembumbunan dilakukan dengan cara menaikkan tanah pada pangkal batang, sehingga berbentuk gundukan. Hal ini dimaksudkan untuk menguatkan pangkal batang agar tetap kokoh menahan batang dan buah yang semakin berat. Disamping itu juga dalam rangka pengendalian gulma disekitar tanaman. Pembumbunan dapat dilakukan lebih dari sekali, bergantung pada kondisi tanaman.


(32)

6. Pemangkasan

Pemangkasan bertujuan untuk meningkatkan jumlah cabang produktif dan optimum (40 cabang). Kriteria tanaman yang sudah dapat dipangkas pertama yaitu; tinggi batang 40-50 cm; jumlah daun lebih dari 12 helai; dan berumur 3 bulan setelah tanam.

Pemangkasan dilakukan pada bagian batang yang telah cukup berkayu (warna coklat keabu-abuan). Pemangkasan dilakukan secara periodik, selain untuk meningkatkan jumlah cabang juga untuk mengatur tinggi tanaman sehingga mudah dalam pemeliharaan dan pemanenan (Anonim, 2005).

7. Penyiangan dan Penyiraman

Penyiangan bertujuan untuk membersihkan gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman jarak. Penyiangan dimulai pada saat tanman jarak berumur 3-4 minggu, dan dapat dilakukan berulang-ulang disesuaikan dengan kondisi gulma. Perlakuan herbisida merupakan alternatif yang terakhir.

Faktor ketersediaan air berpengaruh terhadap tingkat produktivitas tanaman. Ada tiga metode penyiraman yang bisa diterapkan antara lain:

• Metode tetes (drip irrigation) yang dapat digabungkan dengan aplikasi pupuk (fertigation)

• Metode curah (sprinkle irrigation)

• Metode permukaan (surface irrigation), biasanya sering disebut juga dengan metode leb, yaitu parit diisi dengan air.

Tanaman jarak tidak tahan terhadap genangan air, sehingga perlu dibuat saluran drainase agar tidak terdapat genangan air pada lahan. Kedalaman maupun jumlah saluran dikondisikan sesuai dengan kondisi lahan.

8. Hama dan Penyakit

Hama yang menyerang tanaman jarak pagar berasal dari ordo heteoptera, yaitu hama penghisap cairan tanaman. Pengendalian dilakukan


(33)

dengan menggunakan insektisida dan disesuaikan dengan tingkat serangan. Untuk gulma disekitar tanaman dikendalikan baik secara manual/mekanis maupun secara kimia. Pelaksanaan pengendalian gulma dapat bersamaan dengan kegiatan pembumbunan barisan tanaman.

9. Pemanenan

Tanaman jarak pagar mulai berbunga setelah umur 3-4 bulan, sedangkan pembentukan buah mulai pada umur 4-5 bulan. Bunga dan buah dapat terbentuk sepanjang tahun. Tanaman jarak pagar merupakan tanaman tahunan yang dapat hidup lebih dari 20 tahun (jika dipelihara dengan baik). Alamsyah (2006), menyatakan bahwa pemanenan buah dilakukan setelah biji masak, yaitu sekitar 90 hari setelah pembungaan.

Pemanenan dilakukan secara manual dengan memetik buah yang sudah berwarna kuning atau bila buah yang berwarna hitam dan kuning sudah lebih dari 70 persen dalam satu malai, maka buah dapat dipanen semua dalam malai tersebut. Menurut Hariyadi (2005), teknik pemanenan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengguncang atau memukul dahan berulang-ulang hingga buah terlepas dari dahan dan jatuh sehingga abisa dikumpulkan. Namun cara ini kurang efektif, teknik pengumpulan yang paling baik yaitu dilakukan dengan memetik buah secara langsung dari dahannya. Tingkat kemasakan buah dalam satu malai tidak bersamaan, sehingga sebaiknya panen dilakukan per buah, namun hal ini memerlukan biaya tinggi. Oleh karena itu umumnya panen dilakukan per malai dengan syarat 10 persen buahnya sudah mengering.

10. Produktivitas

Produksi akan stabil setelah tanaman berumur lebih dari 1 tahun. Dengan tingkat populasi tanaman antara 2500 - 3300 pohon/ha, maka tingkat produktivitas antara 6 - 10 ton biji/ha setelah tanaman berumur 5 tahun. Produktivitas tanaman tergantung dari sifat genetik tanaman, kondisi iklim dan tanah setempat serta input produksi yang diberikan. Jika


(34)

rendemen minyak sebesar 35 persen maka setiap ha lahan dapat diperoleh 2,5 - 3,5 ton minyak/ha/tahun (Hariyadi, 2005).

Menurut Alamsyah (2006), setelah berumur lima tahun, tanaman dapat menghasilkan 4-12 ton biji/ha per tahun. Di Mali, produktivitas tanaman jarak pagar sebanyak 0,8-1 kg biji per pohon (setara dengan 2,5-3,5 ton/ha/tahun). Pada tahun kelima dapat menghasilkan 5 ton biji kering/ha dengan kadar minyak 40 persen. Produktivitas rata-rata tanaman yang tumbuh di daerah dengan curah hujan 200 mm/tahun lebih rendah daripada tanaman yang tumbuh di daerah dengan curah hujan 1.500 mm/tahun. Di lahan irigasi produksi diperkirakan 12 ton/ha, sedangkan di lahan tanpa irigasi produksinya sekitar 4 ton/ha.

C. Minyak Jarak Pagar (Curcas Oil)

Tanaman jarak menghasilkan biji jarak yang terdiri dari 75 persen daging buah dan 25 persen kulit. Kandungan minyak dalam biji jarak pagar sekitar 35 - 45 persen minyak, sehingga dapat diekstraksi menjadi minyak jarak (curcas oil). Minyak jarak lebih padat dan lebih kental dibandingkan minyak nabati lainnya. Komponen minyak jarak yang terbesar adalah trigliserida (94 persen) dengan berat molekul asam lemak yang tinggi dan kandungan tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi pertumbuhan tanaman (Abdullah, 2005).

Minyak jarak pagar diperoleh dari hasil ekstraksi daging biji jarak pagar. Produk samping yang dihasilkan antara lain adalah bungkil dan tempurung biji jarak pagar yang masih memiliki nilai ekonomis bila dimanfaatkan lebih lanjut. Minyak jarak pagar tidak digolongkan sebagai minyak makan karena mengandung racun dan asam linoleat yang cukup tinggi. Pemanfaatan minyak jarak pagar dalam sektor non pangan telah banyak dilakukan antara lain untuk penerangan, pelumasan, sabun, lilin, bahan campuran minyak zaitun dan bahan bakar (Watt dan Breyer, 1962). Kandungan asam lemak bebas dalam minyak jarak pagar dapat dilihat pada Tabel 3. Sedangkan perbedaan antara minyak jarak dengan minyak diesel terdapat pada Tabel 4.


(35)

Tabel 3. Komposisi asam lemak bebas dalam minyak jarak pagar

Kandungan Nilai (persen)

Asam Oleat 43,1

Asam Linoleat 34,3

Asam Stearat 6,9

Asam Palmitat 4,2

Asam-asam lainnya 1,4

Sumber : www.svlele.com

Tabel 4. Perbedaan minyak jarak dan minyak diesel

Spesifikasi Minyak Jarak Minyak diesel

Massa jenis (gr/ml) 0,9180 0,8410

Sulfur (ppm) 0,13 1,2

Kalori (kcal/kg) 9470 10170

Flash point (oC) 240 50

Bilangan setana 51 50

D. Biodiesel

Eropa merupakan negara yang pertama kali memperkenalkan biodiesel sebagai bahan bakar. Menurut Germani & Bruna (2001), pada tahun 2000 produksi biodiesel Eropa melebihi 1 juta ton, dengan spesifikasi dan standarisasi yang telah disempurnakan. Selain untuk bahan bakar mesin, biodiesel juga digunakan untuk pemanasan.

Biodiesel merupakan sumber energi alternatif pengganti solar yng terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan, tidak mengandung sulfur dan tidak beraroma. Biodiesel dihasilkan dengan mereaksikan minyak tanaman dengan alkohol menggunkan zat basa sebagai katalis pada suhu dan komposisi tertentu, sehingga akan dihasilkan dua zat yang disebut alkil ester (umumnya metil ester atau etil ester) dan gliserin (Susilo, 2005). Untuk mengetahui standar mutu biodiesel di Indonesia dibandingkan di Eropa dan Amerika dapat dilihat pada Tabel.5


(36)

Tabel 5. Standar Mutu Biodiesel Eropa, Amerika, dan Indonesia

No Parameter Eropa

(EN 14214)

Amerika (ASTM D6751)

Indonesia (SNI:04-7182-2006)

1 Massa jenis pada 40 oC,

g/cm3 0,86-0,90 - 0,850-0,890

2 Viskositas kinematik pada

40oC mm2/s (cSt) 3,5-5,0 1,9-6,0 2,3-6,0

3 Angka setana Min. 51 Min. 57 Min.51

4 Titik nyala (closed cup),oC Min.120 Min. 130 Min.100

5 Titik kabut ,oC - - Maks.18

6 Korosi tembaga (3 jam pada

50oC) - Maks. No.3 Maks. no. 3

7

Residu karbon

- dalam contoh asli

- dalam 10% ampas distilasi -Maks 0,05% Massa -Maks 0,05% Massa

Maks. 0,3%massa

8 Air dan sedimen - Maks. 0,05% volume Maks. 0,05%volume

9 Temperatur distilasi 90% - Maks.360oC Maks.360oC Abu tersulfatkan, %-b - Maks. 0,02%massa Maks.0,02% massa Belerang, ppm-b (mg/kg) Maks. 10 Maks.0,05% massa Maks.100

Fosfor, ppm-b (mg/kg) Maks. 10 Maks. 0,001%massa Maks.10

Angka asam, mg-KOH/g - Maks. 0,8 Maks.0,8

Gliserol bebas, %-b - Maks.0,02 Maks.0,02

Gliserin total, %-b 0,25 Maks.0,24 Maks.0,24

Kadar ester alkil, %-b Min. 96,5 - Min. 96,5

Angka iodium, %-b (g-I2/100g)

Maks. 120 -

-Uji Halphen - - Negatif

Sumber: Soerawidjaya, 2003 dalam Sudrajat (2006).

Menurut Susilo (2005), keuntungan biodiesel dibandingkan bahan bakar lain adalah sebagai berikut:

§ Biodiesel diproduksi dari bahan pertanian, sehingga dapat diperbaharui.

§ Biodiesel memiliki nilai setana yang tinggi, volatil rendah, dan bebas sulfur.

§ Ramah lingkungan karena tidak ada emisi SOx

§ Menurunkan keausan ruang piston karena sifat pelumasan bahan bakar yang bagus (kemampuan untuk melumasi mesin dan sistem bahan bakar).

§ Aman dalam penyimpanan dan transportasi karena tidak mengandung racun.


(37)

§ Meningkatkan nilai produk pertanian Indonesia.

§ Memungkinkan diproduksi dalam skala kecil menengah.

§ Menurunkan ketergantungan suplai minyak dari negara asing dan fluktuasi harga.

§ Biodegradabel, jauh lebih mudah terurai oleh mikroorganisme dibandingn minyak mineral.

E. Kajian Pendirian Industri

Dalam pendirian industri terdapat investasi, yaitu kegiatan yang akan menuntut waktu yang singkat, dan tingkat keyakinan yang tinggi akan keberhasilan statu pertukaran penggunakan untuk harapan berkembangnya penggunaan tersebut dimasa yang akan datang (Holmes, 1998). Menurut Frankel (1990), proyek pendirian industri dibedakan dengan kerangka waktu yang relatif singkat, ada titik awal dan akhir yang pasti, tidak rutin, hubungan yang kadang kala unik dari aktivitas-aktivitas dan dibatasi oleh waktu, anggaran, dan alokasi sumber daya untuk suatu keadaan proyek tertentu.

Menurut Kadariah et al. (1999) dan Sutojo (1983), kajian terhadap keadaan dan prospek suatu industri dilakukan atas aspek-aspek tertentu yaitu aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek pemasaran, aspek finansial dan aspek ekonomi. Ditambahkan oleh Umar (2001) kajian terhadap keadaan dan prospek suatu industri juga memerlukan analisis terhadap aspek lingkungan, aspek legalitas, dan aspek sosial ekonomi. Aspek-aspek tersebut biasanya dianalisis dengan teknik-teknik tertentu dengan mempertimbangkan manfaat bagi industri tersebut.

1. Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek pasar dan pemasaran dikaji untuk mengungkapkan permintaan, penawaran, harga, program pemasaran, dan perkiraan penjualan yang dapat dicapai oleh perusahaan, atau pangsa pasar yang dapat dikuasai oleh perusahaan (Husnan dan Suwarsono, 1993).

Studi pasar dan pemasaran dapat dikatakan merupakan darah daging setiap studi kelayakan. Bagi suatu proyek baru, pengetahuan dan analisa


(38)

pasar bersifat menentukan, karena banyak keputusan tentang investasi tergantung dari hasil analisa pasar (Simarmata, 1992).

Kegunaan dari analisa pasar adalah untuk menentukan besar, sifat, dan pertumbuhan permintaan total akan produk yang bersangkutan, deskripsi tentang produk dan harga jual, situasi pasaran dan adanya persaingan, berbagai faktor yang ada pengaruhnya terhadap pemasaran produk serta program pemasaran yang sesuai untuk produk (Edris, 1993).

2. Aspek Teknis dan Teknologis

Aspek ini merupakan salah satu aspek penting bagi proyek, karena merupakan jawaban dari pertanyaan dapat tidaknya produk tersebut dibuat. Hal ini sangat dirasakan jika bidang usaha yang digunakan bersifat

manufacturing atau proses yang poros intinya adalah teknologi (Simarmata, 1992).

Menurut Sutojo (1983), evaluasi aspek teknis dan teknologis meliputi : a. Penentuan lokasi proyek, yaitu dimana suatu proyek akan didirikan,

baik untuk pertimbangan lokasi dan lahan proyek. Peubah-peubah yang perlu diperhatikan antara lain : iklim dan keadaan tanah, fasilitas transportasi, ketersediaan tenaga kerja, tenaga listrik dan air, sikap masyarakat dan rencana masa depan perusahaan untuk perluasan. b. Penentuan kapasitas produksi ekonomis yang merupakan volume atau

jumlah satuan produk yang dihasilkan selama waktu tertentu.

c. Pemilihan teknologi yang tepat yang dipengaruhi oleh kemungkinan pengadaan tenaga ahli, bahan baku dan bahan pembantu, kondisi alam dan lainnya tergantung proyek yang didirikan.

d. Penentuan proses produksi yang akan dilakukan dan tata letak pabrik yang dipilih, termasuk tata letak bangunan dan fasilitas lain.

3. Aspek Manajemen Operasional

Menurut Husnan dan Suwarsono (1993) hal yang perlu dipelajari dalam aspek manajemen operasional adalah manajemen dalam masa pembangunan proyek yang meliputi pelaksanaan proyek tersebut, jadwal


(39)

penyelesaian proyek, aktor yang melakukan studi setiap aspek manajemen dalam operasi. Manajemen dalam operasi meliputi bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi jabatan dan spesifikasi jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, anggota direksi dan tenaga lain.

Menurut Ariyoto (1990), manajemen adalah cara mencapai tujuan dari pada sumber-sumber yang ada. Sumber-sumber ini adalah uang (modal), mesin dan peralatan, personil (tenaga kerja) dan material. Tujuan kajian aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau sebaliknya (Umar, 2001).

4. Aspek Legalitas

Aspek ini penting karena menyangkut hukum yang mengatur tingkah laku badan usaha. Untuk menampung aspirasi dalam mencapai tujuan usaha diperlukan suatu wadah untuk melegalitas kegiatan. Dalam evaluasi yuridis, salah satu pokok pengamatan yang merupakan kekuatan yang menunjang gagasan usaha adalah tentang izin-izin yang harus dimiliki, karena dapat dikatakan bahwa izin usaha merupakan syarat legalisasi usaha (Ariyoto, 1990).

Menurut Husnan dan Suwarsono (1993), dalam pengkajian aspek yuridis atau hukum, hal yang perlu diperhatikan meliputi bentuk badan usaha yang akan digunakan dan berbagai akte, sertifikat serta izin yang diperlukan.

5. Aspek Lingkungan

Menurut Umar (2001), kajian aspek lingkungan hidup bertujuan untuk menentukan dapat dilaksanakannya industri secara layak atau tidak dilihat dari segi lingkungan hidup. Hal-hal yang berkaitan dengan aspek lingkungan antara lain peraturan dan perundang-undangan AMDAL dan


(40)

kegunaannya dalam kajian pendirian industri dan pelaksanaan proses pengelolaan dampak lingkungan

6. Aspek Finansial

Evaluasi aspek finansial dilakukan untuk memperkirakan jumlah dana yang diperlukan. Selain itu dipelajari struktur pembiayaan serta sumber dana yang menguntungkan (Djamin, 1992).

Dari aspek finansial dapat diperoleh gambaran tentang struktur permodalan bagi perusahaan, yang mencakup seluruh kebutuhan modal untuk dapat melaksanakan aktivitas mulai dari perencanaan sampai pabrik beroperasi. Secara umum biaya dikelompokkan menjadi biaya investasi dan biaya modal kerja. Kemudian dilakukan penilaian aliran dana yang diperlukan dan kapan dana tersebut dapat dikembalikan sesuai dengan jumlah waktu yang ditetapkan, serta apakah proyek tersebut menguntungkan atau tidak (Edris, 1993).

Menurut Gray et al. (1992), dalam rangka mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan/penolakan atas pengurutan suatu proyek, telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan kriteria investasi. Pada aspek finansial dilakukan evaluasi terhadap kriteria investasi. Kriteria investasi yang digunakan adalahBreak Even Point, Net Present Value, Internal Rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, Pay Back Period dan analisis sentivitas (Sutojo, 1993). Selain itu perlu dilakukan perhitungan biaya investasi dan kebutuhan modal kerja (Behrens dan Hawranek, 1991).

Menurut Sutojo (1993), aspek ekonomi lebih menitikberatkan pada keuntungan yang akan diperoleh oleh masyarakat sekitarnya, pemerintah setempat dan lingkungan dimana proyek didirikan. Manfaat ekonomi itu antara lain penambahan pendapatan daerah serta penambahan lapangan kerja baru.


(41)

III. METODOLOGI

A. Kerangka Pemikiran

Pengembangan industri pengolahan jarak pagar harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu analisa pasar pemasaran, analisa ketersediaan bahan baku, analisa teknis dan teknologis, analisa manajemen operasi, analisa legalitas, analisa lingkungan, serta analisa finansial. Hasil dari analisa tersebut dapat memberikan gambaran mengenai permasalahan dan kendala-kendala yang mungkin ada, sehingga dapat disusun rekomendasi pengembangannnya.

Teknik yang dilakukan untuk pengembangan industri ini adalah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, baik data primer atau sekunder. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dihitung perincian biaya investasi industri. Sebelum perincian biaya, terlebih dahulu ditentukan asumsi. Asumsi-asumsi finansial yang digunakan, antara lain umur ekonomis proyek, biaya-biaya operasional, kapasitas produksi, jumlah produk yang terjual, dan sebagainya. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.

B. Pendekatan Studi Kelayakan

Pendekatan studi kelayakan dilakukan untuk memecahkan masalah pendirian industri pengolahan jarak pagar. Djamin (1984), menyatakan bahwa pendekatan studi kelayakan terdiri atas lima tahap, yaitu tahap identifikasi (brainstorming), tahap seleksi awal (pre-selection), tahap evaluasi, dan tahap penyusunan laporan (reporting). Diagram tahapan proses persiapan suatu rencana investasi proyek dapat dilihat pada Gambar 3.


(42)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian Mulai

Studi pustaka, mempelajari deskripsi produk dan industri

Pengumpulan data (primer dan sekunder)

Data cukup

Survey lapang Tabulasi data

Analisa pasar dan pemasaran §STP,marketing m ix

Analisa Teknis Teknologis §Neraca Massa dan Energi §Spesifikasi mesin dan peralatan §Diagram keterkaitan aktivitas

Penyusunan laporan

Selesai Analisa Finansial §Cash Flow

§Sumber dana

§PBP, IRR, NPV, B/C ratio, Break Even Point

§Analisis sensitivitas §

Analisa Manajemen § Kebutuhan pekerjaan § Tenaga pekerja/ahli § Struktur organisasi

Analisa Lingkungan dan Legalitas § Amdal

§ Bentuk Badan Usaha § Peraturan Pemerintah § Perizinan

Tidak


(43)

B

A

C

Pelaksanaan Investasi

Tahap identifikasi

Tahap seleksi awal

Tahap pengujian

Tahap evaluasi

Tahap Penyusunan laporan (reporting)

Gambar 3. Diagram tahapan persiapan suatu rencana investasi proyek (Djamin, 1984 dalam Yuliana, 2005)


(44)

C. Metode Penelitian

Tahapan yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah analisis masalah, kemudian dilanjutkan dengan meneliti aspek-aspek yang berhubungan dengan perancangan industri tersebut yaitu aspek pasar dan pemasaran, teknis dan teknologis, manajemen dan operasi proyek, finansial dan ekonomi, yuridis (legalitas) serta aspek lingkungan. Metode kegiatan rancang bangun industri terdiri dari pengumpulan data dan analisis data.

1. Pengumpulan Data

Data dan informasi dikumpulkan untuk keperluan analisis aspek-aspek yang berkaitan dengan proses perencanaan suatu industri. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait serta para pakar pada bidang teknis dan teknologis yang sesuai. Adapun data sekunder diperoleh melalui laporan, artikel, jurnal, data statistik dari instansi-instansi pemerintah, swasta, balai penelitian dan sebagainya.

2. Analisis Data

a. Analisis Pasar dan Pemasaran

Analisis yang dilakukan pada aspek ini adalah analisis potensi pasar berdasarkan perkembangan produksi biodiesel, strategi pembentukan dan pengembangan pasar biodiesel, serta strategi terhadap bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi).

b. Analisis Aspek Teknis dan Teknologis

Analisis teknis dan teknologis meliputi penentuan kapasitas produksi dan lokasi, pemilihan teknologi proses dan peralatan, penentuan tata letak mesin dan kebutuhan ruang, serta neraca massa dan neraca energi yang dikeluarkan selama produksi berlangsung.

Penentuan kapasitas produksi disesuaikan berdasarkan jumlah bahan baku yang tersedia. Penggunaan mesin dan peralatan disesuaikan dengan teknologi proses yang dipilih. Rancangan tata letak pabrik


(45)

didasarkan pada pengintegrasian setiap ruang yang disesuaikan dengan aliran bahan. Keterkaitan antar aktivitas menjadi pedoman dalam perancangan tata letak ruang pabrik secara menyeluruh. Analisis ini dapat di lihat pada Gambar 4.

c. Analisis Manajemen dan Operasi

Kajian terhadap manajemen dan operasi meliputi pemilihan bentuk perusahaan dan struktur organisasi yang sesuai, kebutuhan tenaga kerja serta deskripsi tugas masing-masing jabatan. Analisis ini dapat dilihat pada Gambar 5.


(46)

Gambar 5.Flowchart analisis aspek manajemen dan operasi

d. Analisis Lingkungan dan Legalitas

Pada analisis lingkungan ditentukan sampai sejauh mana keadaan lingkungan dapat menunjang perwujudan pendirian industri, terutama sumber daya yang diperlukan, seperti air, energi, manusia, dan ancaman alam sekitar sedangkan untuk legalitas berisi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu tugas dari pemerintah dalam mengarahkan dan mengawasi pembangunan adalah menghindarkan akibat-akibat sampingan yang merugikan dan tidak diinginkan.

e. Analisis Aspek Finansial

Analisis aspek finansial dibutuhkan untuk mengkaji jumlah dana yang dibutuhkan dalam mendirikan suatu industri dan mengoperasikannya. Analisa ini juga dapat digunakan untuk memperhitungkan besarnya pemberian kompensasi bagi para pemegang saham yang telah menyertakan modalnya untuk pendirian dan pelaksanaan proyek.

Pada aspek finansial dilakukan evaluasi terhadap kriteria investasi. Kriteria investasi yang digunakan adalah Break Even Point, Net Present


(47)

Value, Internal Rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, Pay Back Periode

dan analisis sentivitas.

1. Net Present Value (NPV)

Menurut Kadariah et al. (1999), NPV merupakan selisih antara

present value dari keuntungan danpresent value dari biaya. Rumusannya adalah sebagai berikut:

NPV =

= +

n

t i t

Ct Bt 0 (1 )

dimana: Bt = Keuntungan pada tahun ke-t Ct = Biaya pada tahun ke-t n = Umur ekonomis dari proyek i = Suku bunga yang berlaku

Jika NPV 0 maka proyek dapat dijalankan, jika NPV<0 maka proyek ditolak.

2. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Kadariah et al. (1999), IRR adalah nilai faktor diskonto (i) yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol, yaitu:

IRR = ( )

( )+ ( )−

[

( )− ( )+

]

+

+ + ii

NPV NPV

NPV i( )

dimana: NPV(+)= NPV bernilai positif

NPV(-) = NPV bernilai negatif

i(+) = suku bunga yang membuat NPV positif

i(-) = suku bunga yang membuat NPV negatif

Jika IRR dari suatu proyek sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku, maka NPV dari proyek itu sebesar 0. jika IRR ≥ i, maka proyek layak untuk dijalankan,begitu pula sebaliknya.

3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Untuk menghitung indeks ini terlebih dahulu dihitung selisih antara keuntungan dan biaya untuk setiap tahun t. Rumusnya adalah:


(48)

Net B/C =

= = + − + − n t t n t t i Ct Bt i Ct Bt 1 1 ) 1 ( ) 1 (

Jika Net B/C bernilai lebih dari satu, berarti NPV> 0 dan proyek dapat dijalankan, sedangkan untuk Net B/C bernilai kurang dari satu maka sebaiknya proyek tidak dijalankan (Kadariahet al. 1999).

4. Payback Periode (PBP)

Menurut Newnan (1990), payback periode adalah periode dari waktu yang dibutuhkan untuk mencapai profit atau keuntungan lainnya dari suatu investasi dimana nilainya sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan pada investasi tersebut.

5. Break Even Point(BEP)

Titik impas atau Break Even Point adalah titik dimana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Menurut Kotler (1993), hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat disajikan pada rumus dan grafik berikut:

Biaya tetap Penjualan BEP =

1- (Biaya variabel/Total penerimaan) , Untuk Bt Ct > 0 , Untuk Bt Ct< 0


(49)

6. Analisis Sensitivitas

Analisis ini dimaksudkan untuk mengkaji sejauh mana perubahan parameter aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Apabila nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi pada suatu proyek tidak sensitif terhada unsur yang dimaksud. Sebaliknya bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan keputusan investasi, maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Analisis sensitivitas terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam aliran kas meliputi perubahan harga bahan baku, biaya produksi, berkurangnya pangsa pasar, turunnya harga jual produk per unit, ataupun tingkat bunga pinjaman (Soeharto, 2000)

Gittinger (1986), menyatakan bahwa analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali kelayakan suatu proyek, agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah atau ada suatu kesalahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya-manfaat (NPV). Dalam analisis sensitivitas, setiap kemungkinan harus dicoba yang berarti bahwa setiap kali harus dilakukan analisis kembali. Hal ini perlu, karena analisis proyek biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi dimasa mendatang. Suatu proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat empat permasalahan utama yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi.


(50)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Aspek Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam suatu perusahaan terutama dalam memasarkan produk perusahaan kepada masyarakat serta mengidentifikasi pesaing perusahaan. Selain itu pula dalam aspek pemasaran disusun atau dibentuk strategi serta taktik pemasaran perusahaan dalam menghadapi pasar global agar dapat mengikuti trend serta mengetahui selera konsumen terhadap produk yang akan dipasarkan atau dijual.

Pemasaran adalah proses mengkonsentrasikan berbagai sumber daya dan sasaran dari sebuah organisasi atau perusahaan terhadap kesempatan dan kebutuhan lingkungan. Konsep pemasaran lebih menekankan kepada pemasaran dari produk kepada pelanggan. Tujuan sistem ini yaitu mencari laba atau keuntungan dimana pencapaiannya dengan menggunakan sistem bauran pemasaran (marketing mix) atau 4P, yaitu product, price, promotion,

danplace.

1. Perkembangan Produksi Biodiesel

Tanaman jarak pagar yang dapat menghasilkan minyak dengan nama

Crude Jatropha Curcas Oil (CJCO atau CJO) atau peneliti menyebutnya sebagai Straigh Vegetable Oil (SVO) memiliki prospek yang bagus sebagai bahan baku biodiesel. Mengingat keuntungan yang ditawarkan oleh tanaman ini, maka pengadaan jarak pagar sebagai bahan dasar biodiesel diharapkan juga bermasa depan baik.

Tanaman ini mulai dikenal orang pada masa penjajahan Jepang, akan tetapi setelah Jepang pergi dari Indonesia, tanaman jarak pagar mulai dilupakan. Hal tersebut dikarenakan orang lebih menyukai tanaman produktif lainnya daripada menanam jarak yang sangat sulit pemasarannya.


(51)

Suatu prakiraan yang di ungkapkan oleh Rama Prihandana, Direktur RNI (2005) menyatakan bahwa pendapatan kotor petani/ha/tahun sebesar Rp 6.250.000. Satu musim tanam dapat dipanen hingga dua atau tiga kali. Dengan semakin tingginya kebutuhan minyak jarak pagar, diharapkan harga biji jarak pagar juga ikut terdongkrak. Dengan demikian maka kesejahteraan petani budidaya jarak pagar meningkat.

Pada era pembangunan Indonesia sampai saat ini, telah banyak menghasilkan kemajuan dengan dibukanya berbagai industri dan perusahaan dengan teknologi maju. Banyaknya perusahaan tersebut, sebenarnya dapat memanfaatkan biodiesel dari tanaman jarak pagar sebagai bahan bakar alternatif yang digunakan pada selain bahan bakar minyak. Salah satu perusahaan yang sedang mengembangkan pemanfaatan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif adalah PT. RNI.

Biodiesel menjadi penting di Indonesia karena sejak tahun 2005, Indonesia telah berubah statusnya dari eksportir menjadi net importir BBM yang pada tahun 2005 defisit sekitar 100 juta liter. Ditambah lagi krisis minyak dunia meningkat dari sebelumnya sekitar US$ 22/barel menjadi US$ 72/barel (April, 2006). Dampaknya biodiesel yang semula sulit bersaing dengan BBM dari segi harga, kini bisa dimunculkan dipasar sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM.

Indonesia harus mulai mengembangkan biodiesel dengan pertimbangan antara lain harga BBM terus meningkat dan persediannya semakin menurun, Indonesia memiliki potensi lahan yang sangat luas berupa lahan kritis yang belum dimanfaatkan, pasar biodiesel secara potensial cukup besar, pengembangan biodiesel jarak pagar akan memacu masyarakat secara spontan untuk menanam jarak pagar, pengembangan jarak pagar dan biodiesel akan menambah kesempatan kerja, dapat memperkuat ekonomi pedesaan, serta dapat berdampak pada pembangunan negara yaitu penghematan devisa.

Perlu disadari, bahwa untuk menjamin pemasaran yang lancar dan harga jual yang tinggi, diperlukan biji jarak dengan kualitas prima. Standarisasi mutu biji jarak harus jelas dan disosialisasikan dengan baik kepada para petani. Hal ini akan lebih menjamin mutu dari biodiesel yang


(52)

dihasilkan. Dengan adanya kemampuan memproduksi biodiesel yang bermutu, kitapun dapat mengekspornya sehingga dapat meningkatkan devisa negara.

Untuk mencapai tahapan pemasaran biodiesel yang mantap, maka diperlukan strategi serta program-program pengembangan dan penciptaan untuk produk biodiesel. Mengapa pasar biodiesel perlu diciptakan lalu dikembangkan? Hal ini dikarenakan pada kenyataannya biodiesel adalah produk bahan bakar alternatif yang masih baru dan belum banyak masyarakat (konsumen) yang familiar dengan biodiesel. Pengedukasian pasar merupakan salah satu hal yang mutlak dilakukan untuk menciptakan product awareness

dan product knowledge di benak konsumen sehingga terbentuklah market share terhadap produk biodiesel.

2. Strategi Pembentukan dan Pengembangan Pasar Biodiesel

Menurut Kertajaya (2004), strategi pemasaran terdiri dari pengambilan keputusan mengenai segmentasi, targetting dan positioning. Strategi untuk setiap pemasaran tidak akan sama tergantung pada besar, posisi atau kedudukan perusahaan dalam industri, sasaran dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Penentuan positioning bisa saja mempengaruhi peninjauan kembali pada cara membagi pasar pasar dan pemilihan target pasar. Begitu juga, setelah target market ditentukan, bisa saja cara membagi pasar dan

positioningditinjau kembali.

Strategi pembentukan dan pengembangan pasar adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam upaya pencapaian sasaran-sasaran pemasaran. Adapun strategi dalam upaya penguasaan dan pengembangan pasar produk biodiesel adalah :

1. Mengutamakan pemenuhan kebutuhan pasar domestik, dengan memberikan perhatian utama pada daerah-daerah yang bukan penghasil migas tetapi perekonomiannya sangat bergantung pada sektor pertanian. 2. Mengutamakan pemenuhan kebutuhan pasar domestik, dengan

memberikan perhatian pada ruang cakupan (kota besar, kompleks perumahan, pabrik) karena adanya regulasi yang ketat terkait dengan


(53)

kualitas udara, mensyaratkan keberadaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

3. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat luas akan pentingnya arti biodiesel dan hal-hal teknis yang terkait dengan utilisasi biodiesel itu sendiri.

4. Meningkatkan kualitas biodiesel dari bahan baku, sistem produksi, distribusi, dan pengawasan produk itu sendiri.

a. Segmentasi

Segmentasi pasar adalah usaha pemisahan pasar pada kelompok-kelompok pembeli menurut jenis-jenis produk tertentu dan yang memerlukan bauran pemasaran tersendiri. Perusahaan menetapkan berbagai cara yang berbeda dalam memisahkan pasar tersebut, kemudian mengembangkan profil-profil yang ada pada setiap segmen pasar, dan penentuan daya tarik masing-masing segmen.

Segmentasi yang dilakukan adalah berdasarkan manfaat yang dicari oleh pembeli dan tingkat penggunaan. Berdasarkan segmentasi tersebut, pasar biodiesel adalah Stasiun Pengisisan Bahan Bakar (SPBU) yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar yang disalurkannya. Segmentasi juga dilakukan berdasarkan geografis, dengan variabel segmentasi yang digunakan adalah wilayah negara. Variabel ini dinilai penting dalam mengklasifikasikan konsumen biodiesel yaitu lebih mengacu pada industri dalam negeri .

b. Targetting

Targetting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. Pemasaran biodiesel ini lebih ditujukan pada konsumen dalam negeri, yaitu Stasiun Pengisisan Bahan Bakar (SPBU) yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar yang disalurkannya.


(54)

c. Positioning

Positioning adalah kegiatan merumuskan penempatan produk dalam persaingan dan menetapkan bauran pemasaran yang terperinci.

Positioning juga dapat diartikan penempatan keunggulan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Bila diamati pada keadaan pasar, produk bahan bakar biodiesel masih sangat jarang ditemukan, sehingga masih sangat potensial untuk dikembangkan.

Keunggulan pemakaian bahan bakar biodiesel ini tentunya lebih rendah tingkat emisinya, sehingga bahan bakar ini sangat ramah lingkungan. Kemudian bahan bakar biodiesel ini memiliki peranan dalam hal penghematan cadangan minyak bumi khususnya Indonesia umumnya dunia.

3. Strategi Bauran Pemasaran

Menurut umar (2001) terdapat berbagai kegiatan yang harus dilalui oleh barang dan jasa sebelum sampai ke konsumen. Ruang lingkup kegiatan yang luas itu disederhanakan menjadi empat kebijakan pemasaran yang dapat dikontrol yang biasa disebut sebagai bauran pemasaran (marketing mix). Definisi dari bauran pemasaran adalah perpaduan dari tindakan-tindakan produk, harga, distribusi dan promosi dalam memasarkan produknya atau melayani konsumennya. Sedangkan menurut Kotler (2000) bauran pemasaran adalah campuran dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan dan dipergunakan oleh suatu perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran.

1. Strategi Produk

Produk adalah sesuatu yang ditawarkan dan dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Bauran produk adalah daftar lengkap dari seluruh produk yang ditawarkan untuk dijual oleh perusahaan (Stanton, 1991). Strategi produk didefinisikan sebagai suatu strategi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang


(55)

dipasarkannya. Strategi produk yang tepat akan menempatkan perusahaan dalam suatu posisi persaingan yang lebih unggul daripada pesaingnya.

Pemasaran mengklasifikasikan produknya berdasarkan karakteristik produk tersebut (Kotler, 2000). Alasan pengklasifikasiannya adalah bahwa tiap-tiap jenis produk memiliki strategi bauran pemasaran masing-masing. Produk diklasifikasikan menjadi dua kelompok menurut tujuan pemakainya, yaitu barang konsumsi dan barang industri.

Biodiesel merupakan kelompok barang konsumsi, yaitu barang yang dibeli untuk digunakan sebagai bahan bakar kebutuhan sehari-hari. Produk biodiesel ini akan digunakan oleh konsumen, terutama sebagai bahan bakar kendaraannya.

Konsep pemasaran yang diterapkan adalah menggunakan konsep produk, dimana dalam pelaksanaannya sangat mengutamakan keunggulan produk sehingga produk diharapkan mampu bersaing dipasaran. Bebarapa keunggulan biodiesel menurut biodiesel group ITB yaitu :

§ Bilangan setana tinggi (diatas 50), yakni bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya kualitas solar berdasar sifat kecepatan baker dalam ruang baker mesin. Semain tinggi bilangan setana, semakin cepat pemabkaran dan semakin baik efisiensi termodinamisnya. Angka setan ayang relatif tinggi mengurangi ketukan pada mesin sehingga mesin bekerja dengan mulus.

§ Titik kilat tinggi, yakni temperatur terendah yang dapat menyebabkan uap biodiesel dapat menyala, sehingga biodiesel lebih aman dari bahaya kebakaran pada saat disimpan maupun pada saat didistribusikan dari pada solar.

§ Menambah pelumasan mesin yang lebih baik dari pada solar sehingga memperpanjang umur pakai mesin.

§ Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi dan tidak memerlukan modifikasi mesin.

§ Biodiesel berasal dari fotosintesa CO2 dalam udara dan ketika terbakar


(56)

tumbuhan, sehingga emisi gas buang biodiesel adalah karbon netral yang tidak menambah kadar CO2 diudara.

§ Tidak mengandung sulfur dan benzene yang mempunyai sifat karsinogen, dapat diuraikan secara alami, serta kadar CO dalam gas buang lebih kecil sehingga relatif lebih aman.

§ Mengurangi asap hitam dari gas buang mesin diesel secara signifikan walaupun penambahan hanya 5 %- 10 % volume biodiesel kedalam solar hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan emisi B20 dan B100

Emisi B20* B100**

Karbon monoksida (CO) -12 % - 47 %

Hidrokarbon (HC) - 20 % -67 %

Asap Hitam -12 % - 48 %

Sumber : Biodiesel Group-ITB, (2006).

* B20 : Campuran 20 % biodiesel dengan 80 % solar **B100 : Bahan bakar 100 % Biodiesel.

Strategi yang dapat diterapkan adalah melakukan pencampuran

(Blending) antara solar dengan biodiesel sehingga dapat digunakan konsumen sebagai bahan bakar kendaraan mereka. Penambahan biodiesel pada solar dapat meningkatkan kualitas dari bahan bakar campuran yang dihasilkan. Produsen dapat mengembangkan strategi untuk melakukan pencampuran antara solar dengan 10 persen biodiesel atau lebih dikenal dengan nama B10. Pencampuran juga dapat dilakukan antar 80 persen solar dengan 20 persen biodiesel atau dikenal dengan B20. Semakin banyak biodiesel yang ditambahkan pada solar, maka semakin baik kualiatas bahan bakar campuran tersebut.

Strategi lain yang harus juga diterapkan untuk memasarkan biodiesel adalah dengan menjaga kualitas dari biodiesel yang bersangkutan. Oleh karena itu produsen harus selalu melakukan penelitian dan pengujian secara berkelanjutan untuk mempertahankan kualitas terhadap bahan bakar biodiesel yang dihasilkan. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Balai


(1)

3) batubara menjadi lebih dari 33% (tiga puluh tiga persen). 4) biofuel menjadi lebih dari 5% (lima persen).

5) panas bumi menjadi lebih dari 5% (lima persen).

6) energi baru dan terbarukan lainnya, khususnya, Biomasa, Nuklir, Tenaga Air Skala Kecil, Tenaga Surya, dan Tenaga Angin

menjadi lebih dari 5% (lima persen).

7) Bahan Bakar Lain yang berasal dari pencairan batubara menjadi lebih dari 2% (dua persen).

BAB III

LANGKAH KEBIJAKAN Pasal 3

(1) Sasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dicapai melalui Kebijakan Utama dan Kebijakan Pendukung.

(2) Kebijakan Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Penyediaan energi melalui :

1) penjaminan ketersediaan pasokan energi dalam negeri; 2) pengoptimalan produksi energi;

3) pelaksanaan konservasi energi. b. Pemanfaatan energi melalui : 1) efisiensi pemanfaatan energi; 2) diversifikasi energi.

c. Penetapan kebijakan harga energi ke arah harga keekonomian, dengan tetap mempertimbangkan bantuan bagi rumah tangga miskin dalam jangka waktu tertentu.

d. Pelestarian lingkungan dengan menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan.

(3) Kebijakan pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

a. pengembangan infrastruktur energi termasuk peningkatan akses konsumen terhadap energi;

b. Kemitraan pemerintah dan dunia usaha; c. pemberdayaan masyarakat;

d. pengembangan penelitian dan pengembangan serta pendidikan dan pelatihan.

Pasal 4

(1) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan Blueprint Pengelolaan Energi Nasional setelah berkonsultasi dengan Menteri terkait.

(2) Blueprint Pengelolaan Energi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang-kurangnya:

a. kebijakan mengenai jaminan keamanan pasokan energi dalam negeri.

b. kebijakan mengenai Kewajiban Pelayanan Publik (Public

Lampiran 6. (lanjutan)


(2)

Service Obligation).

c. pengelolaan sumber daya energi dan pemanfaatannya. (3) Blueprint sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar bagi

penyusunan pola pengembangan dan pemanfaatan masing-masing jenis energi.

BAB IV

HARGA ENERGI

Pasal 5

(1) Harga energi disesuaikan secara bertahap sampai batas waktu tertentu menuju harga keekonomiannya.

(2) Pentahapan dan penyesuaian harga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan dampak optimum terhadap diversifikasi energi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai harga energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dan bantuan bagi rumah tangga miskin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB V

PEMBERIAN KEMUDAHAN DAN INSENTIF Pasal 6

(1) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan sumber energi alternatif tertentu.

(2) Pemerintah dapat memberikan kemudahan dan insentif kepada pelaksana konservasi energi dan pengembang sumber energi alternatif tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kemudahan dan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri terkait sesuai kewenangan masing-masing. BAB VI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 7

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 25 Januari 2006

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd.

DR.H. SUSILO BAMBANG

YUDHOYONO Salinan sesuai dengan aslinya

Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum dan Perundang-undangan ttd.

Lambock V. Nahattands

Lampiran 6. (lanjutan)


(3)

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006

TENTANG

PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Dalam rangka percepatan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain, dengan mi menginstruksikan:

Kepada : 1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral; 3. Menteri Pertanian;

4. Menteri Kehutanan; 5. Menteri Perindustrian; 6. Menteri Perdagangan; 7. Menteri Perhubungan;

8. Menteri Negara Riset dan Teknologi;

9. Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; 10. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara;

11. Menteri Dalam Negeri; 12. Menteri Keuangan;

13. Menteri Negara Lingkungan Hidup; 14. Gubernur;

15. Bupati/Walikota; Untuk :

PERTAMA : Mengambil langkah- langkah untuk melaksanakan percepatan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain sebagai berikut:

1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengkoordinasikan persiapan pelaksanaan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain.

2. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral:

a. menetapkan dan melaksanakan kebijakan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain, yang antara lain memuat jaminan ketersediaan bahan bakar nabati (biofuel) serta jaminan kelancaran dan pemerataan distribusinya;

b. menetapkan paket kebijakan insentif dan tarif bagi pengembangan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain dengan berkoordinasi dengan instansi terkait;

c. menetapkan standar dan mutu bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain;

d. menetapkan sistem dan prosedur yang sederhana untuk pengujian mutu bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain;

e. menetapkan tata niaga yang sederhana dan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain ke dalam sistem tata niaga Bahan Bakar Minyak; f. melaksanakan sosialisasi penggunaan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai

Bahan Bakar Lain;

Lampiran 6. (lanjutan)


(4)

g. mendorong perusahaan yang bergerak di bidang energi dan sumber daya mineral untuk memanfaatkan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain.

3. Menteri Pertanian:

a. mendorong penyediaan tanaman bahan baku bahan bakar nabati (biofuel) termasuk benih dan bibitnya;

b. melakukan penyuluhan pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar nabati (biofuel);

c. memfasilitasi penyediaan benih dan bibit tanaman bahan baku bahan bakar nabati (biofuel);

d. mengintegrasikan kegiatan pengembangan dan kegiatan pasca panen tanaman bahan baku bahan bakar nabati (biofuel).

4. Menteri Kehutanan memberikan izin pemanfaatan lahan hutan yang tidak produktif bagi pengembangan bahan baku bahan bakar nabati (biofuel) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Menteri Perindustrian meningkatkan pengembangan produksi dalam negeri peralatan pengolahan bahan baku bahan bakar nabati (biofuel) dan mendorong pengusaha dalam mengembangkan industri bahan bakar nabati (biofuel).

6. Menteri Perdagangan:

a. mendorong kelancaran pasokan dan distribusi bahan baku bahan bakar nabati (biofuel);

b. menjamin kelancaran pasokan dan distribusi komponenkomponen peralatan pengolahan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel).

7. Menteri Perhubungan mendorong peningkatan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain di sektor transportasi.

8. Menteri Negara Riset dan Teknologi mengembangkan teknologi, memberikan saran aplikasi pemanfaatan teknologi penyediaan dan pengolahan, distribusi bahan baku serta pemanfaan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain.

9. Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah membantu dan mendorong koperasi dan usaha kecil dan menengah untuk berpartisipasi dalam pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar nabati (biofuel) serta pengolahan dan perniagaan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain.

10. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN):

a. mendorong BUMN bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan untuk mengembangkan tanaman bahan baku bahan bakar nabati (biofuel);

b. mendorong BUMN bidang industri untuk mengembangkan industri pengolahan bahan bakar nabati (biofuel);

c. mendorong BUMN bidang rekayasa untuk mengembangkan teknologi pengolahan bahan bakar nabati (biofuel);

d. mendorong BUMN bidang energi untuk memanfaatkan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain.

11. Menteri Dalam Negeri mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemerintah daerah dan jajarannya serta penyiapan masyarakat dalam penyediaan lahan di daerah masingmasing, terutama lahan kritis bagi budidaya bahan baku bahan bakar nabati (biofuel);

12. Menteri Keuangan mengkaji peraturan perundangundangan di bidang keuangan dalam rangka pemberian insentif dan keringanan fiskal untuk penyediaan bahan baku dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. 13. Menteri Negara Lingkungan Hidup melakukan sosialisasi dan komunikasi kepada

masyarakat mengenai pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain yang ramah lingkungan.


(5)

14. Gubernur:

a. melaksanakan kebijakan untuk meningkatkan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain di daerahnya sesuai dengan kewenangannya;

b. melaksanakan sosialisasi pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain di daerahnya;

c. memfasilitasi penyediaan lahan di daerah masingmasing sesuai dengan kewenangannya terutama lahan kritis bagi budi daya bahan baku bahan bakar nabati (biofuel);

d. melaporkan pelaksanaan instruksi mi kepada Menteri Dalam Negeri. 15. Bupati/Walikota:

a. melaksanakan kebijakan untuk meningkatkan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain di daerahnya sesuai dengan kewenangannya;

b. melaksanakan sosialisasi pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain di daerahnya;

c. memfasilitasi penyediaan lahan di daerah masingmasing sesuai dengan kewenangannya terutama lahan kritis bagi budi daya bahan baku bahan bakar nabati (biofuel );

d. melaporkan pelaksanaan instruksi ini kepada Gubernur.

KEDUA: Agar melaksanakan Instruksi Presiden mi sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab dan melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Presiden secara berkala.

Instruksi Presiden mi mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.

Dikeluarkan di Jakarta

pada tanggal 25 Januari 2006

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salman sesuai dengan aslinya Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum,


(6)