Pay Back Period PBP Analisis KepekaanSensitivitas

2. Pay Back Period PBP

PBP merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal suatu investasi, yang dihitung dari aliran kas bersih. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai PBP untuk proyek ini adalah 5,9 tahun yang berarti untuk mengembalikan investasi awal pabrik dibutuhkan waktu 5 tahun 8 bulan setelah pabrik berproduksi. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa industri biodiesel dari jarak pagar layak didirikan karena waktu pengembalian modal lebih cepat dibandingkan dengan umur proyek. Berdasarkan semua kriteria investasi yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa industri pengolahan jarak pagar menjadi biodiesel layak untuk direalisasikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15 dan Lampiran 13. Tabel 15. Penilaian kriteria investasi Kriteria Investasi Berdasarkan Asumsi IRR persen 35,527 NPV Rupiah 9.973.949.052 PBP tahun 5,845 BC ratio 2,422

8. Analisis KepekaanSensitivitas

Analisis kepekaan ini dimaksudkan untuk mengkaji sejauh mana perubahan parameter dalam aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Bila nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap keputusan investasi, maka dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi pada suatu proyek tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Gray et al. 1992 menambahkan, analisis sensitivitas diperlukan apabila terjadi suatu kesalahan dalam menilai biaya atau manfaat serta untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat proyek tersebut dilaksanakan. Perhitungan kembali perlu dilaksanakan, mengingat proyeksi-proyeksi yang ada banyak mengandung unsur ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Selanjutnya, Gray et al. 1992 menyatakan bahwa perubahan-perubahan yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut: a. Kenaikan dalam biaya konstruksi cost over run, karena perhitungan yang terlalu rendah yang kemudian ternyata pada saat pelaksanaan biaya meningkat karena harga peralatan, mesin, dan bahan bangunan meningkat. b. Perubahan dalam harga hasil produksi, misalnya karena turun harga di pasaran umum. c. Terjadinya penurunan pelaksanaan pekerja Analisa sensitivitas dilakukan terhadap dua parameter, yaitu kenaikan biaya operasional dan penurunan harga jual. Analisis dilakukan pada emapat kriteria investasi, yaitu NPV, IRR, BC Ratio. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya operasional dan penurunan harga jual. Kriteria Investasi Perubahan NPV Rupiah IRR BC Ratio PBP tahun Biaya operasional naik 49,00 900.289 23,76 1,6255 8,16 Biaya operasional naik 49,01 1.135.027 23,76 1,6254 8,16 Harga jual turun 32,04 3.109.147 23,69 1,9307 8,15 Harga jual turun 32,05 2.851 23,69 1,9306 8,16 Kenaikan biaya operasional mempunyai titik kritis berkisar antara 49,00 sampai 49,01 persen kenaikan dari harga awal. Kenaikan biaya operasional ini mencakup seluruh biaya tetap dan biaya variabel, dan diasumsikan nilai yang lain tetap. Industri masih dikatakan layak jika terjadi kenaikan biaya operasional sebesar 49,00 persen. Namun, jika sudah mencapai kenaikan sebesar 49,01 persen maka industri sudah dianggap tidak layak, karena semua kriteria investasi atau salah satu menunjukkan ketidaklayakan. Begitu pula untuk penurunan harga jual, titik kritisnya berada pada penurunan sebesar 32,04 sampai 32,05 persen. Penurunan masih diperbolehkan sampai 32,04 persen. Jadi jika akan melakukan potongan harga, batas maksimalnya adalah sampai Rp. 3.996kg atau Rp. 3.396liter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 14 sampai 17.

9. Perbandingan pemakaian solar dengan biodiesel pada PG RNI