2. Prosedur Terapi Realitas
Glasser dan Wubbolding dalam Corey, 1996 menyebutkan bahwa prosedur terapi realitas dapat dilakukan dengan langkah WDEP, yaitu wants,
direction and doing, evaluation, dan planning. Berikut ini adalah penjelasan dari langkah WDEP :
1 Wants : Wants merupakan suatu tahapan dimana terapis melakukan eksplorasi terhadap harapan, kebutuhan dan persepsi dari individu.
Terapis dapat bertanya, “Apa yang anda inginkan?”. Melalui pertanyaan- pertanyaan yang diajukan terapis, seorang individu diharapkan dapat
memahami apakah harapan-harapan mereka sejalan dengan kebutuhan mereka saat ini. Terapis pada tahapan ini harus bersifat hangat dan
menerima sehingga memungkinkan konseli untuk menjabarkan setiap hal yang ia inginkan baik dalam keluarga, pertemanan, ataupun pekerjaan.
Beberapa pertanyaan yang dapat digunakan pada sesi ini adalah : “Jika anda suda
h menjadi sosok impian anda, bagaimanakah sosok itu?” “Bagaimana reaksi keluarga anda jika keinginan mereka dan keinginan
anda sejalan?” “Apakah anda ingin berubah?” “Menurut anda, apa yang membuat anda tidak dapat berubah?”
2 Direction and Doing : Terapis realitas menekankan pada perilaku saat ini dan bukan pada masa lalu. Oleh karenanya, seorang terapis realitas
biasanya sering bertanya, “Apa yang anda lakukan saat ini?” Meskipun suatu masalah bisa berakar dari pengalaman masa lalu, namun individu
Universitas Sumatera Utara
perlu belajar bagaimana cara berdamai dengan masa lalunya dan menunjukkan perilaku yang lebih baik untuk mencapai keinginannya.
Kondisi masa lalu individu boleh saja didiskusikan apabila hal itu memang dapat membantu individu menyusun perencanaan hidup yang
lebih baik. Pada sesi ini, terapis mendiskusikan dengan individu mengenai apa saja
tujuan hidup mereka, apa yang akan mereka lakukan, dan kemana hidup mereka akan berjalan dengan perilaku yang mereka tunjukkan saat ini.
Seorang terapis dapat bertanya, “Apa yang anda lihat pada diri anda saat ini? Bagaimana masa depan anda?”.
3 Evaluation Inti dari terapis realitas adalah untuk membantu individu mengevaluasi
perilakunya. Terapis dapat bertanya, “Apakah perilaku anda saat ini cukup rasional untuk membawa anda ke keinginan anda? Apakah
perilaku anda dapat mewujudkan apa yang menjadi keinginan anda?”.Terapis pada tahapan ini dapat mengkonfrontasi individu
mengenai konsekuensi dari perilakunya. 4 Planning and Commitment : Ketika individu sudah dapat menentukan apa
yang mereka inginkan dan siap untuk diajak mengeksplorasi bentuk- bentuk perilaku yang dapat membawa mereka ke tujuan yang mereka
inginkan, maka sudah waktunya terapis mengajak individu membuat rencana aksi. Wubbolding dalam Corey, 1996 mengemukakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
dalam membuat perencanaan perilaku, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
a. Pembuatan rencana perilaku harus memperhatikan kapasitas motivasi dan kemampuan dari setiap individu. Seorang konselor yang terlatih
dapat membantu individu untuk membuat perencanaan yang memuaskan kehidupannya. Konselor misalnya dapat bertanya kepada
individu, “rencana seperti apa yang harus anda buat agar anda lebih puas dengan hidup anda?”
b. Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang sederhana dan mudah dimengerti. Perencanaan perilaku harus bersifat spesifik, konkrit,
dapat diukur, dan harus fleksibel atau dapat diubah-ubah ketika individu sudah memahami perilaku apa yang sebenarnya ingin diubah.
c. Perencanaan yang dibuat haruslah berdasarkan pada persetujuan individu.
d. Konselor harus mendorong individu untuk membuat perencanaannya sendiri
e. Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang bersifat repetitif dan dilakukan setiap hari
f. Perencanaan harus dilakukan sesegera mungkin g. Perencanaan yang baik meliputi aktivitas yang bersifat process
centered, misalnya : individu dapat memiliki rencana untuk melamar
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan, menulis surat untuk teman, masuk klub yoga, makan makanan bergizi, dan berlibur
h. Sebelum individu melakukan perencanaan, ada baiknya jika individu diminta untuk mengevaluasi perencanaan yang dibuat, apakah
perencanaan tersebut sudah realistis. i. Untuk memastikan bahwa individu akan melaksanakan rencana yang
sudah dibuat, maka individu harus membuat pernyataan secara tertulis. Pelaksanaan terapi realitas pada penelitian ini akan diselenggarakan secara
berkelompok. American Psychological Association APA dalam situsnya www.apa.org
menuliskan bahwa terapi kelompok adalah terapi yang melibatkan satu atau dua orang terapis yang membawakan terapi untuk satu kelompok yang
terdiri dari 5 hingga 15 orang individu yang memiliki permasalahan yang sama. Spitz dan Spitz 1999 menyebutkan bahwa terapi kelompok adalah terapi yang dibawakan
oleh seorang profesional untuk sekelompok orang yang memiliki keinginan untuk menyelesaikan permasalahannya secara bersama-sama. Anggota kelompok adalah
orang-orang yang memiliki permasalahan psikologis yang sama dan membutuhkan psikoterapi untuk menyelesaikan permasalahannya.
American Psychological Association APA dalam situsnya www.apa.org
menuliskan bahwa terapi kelompok menawarkan keuntungan yang tidak didapatkan dalam terapi individual, yaitu adanya dukungan dari individu-individu yang senasib
sehingga setiap anggota kelompok dapat menyadari bahwa ia bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah. Selain itu, terapi kelompok juga memungkinkan
Universitas Sumatera Utara
anggota kelompok belajar dari pengalaman anggota kelompok lain yang berhasil mengatasi masalahnya dengan strategi tertentu.
Berdasarkan prosedur terapi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terapi realitas secara garis besar melalui empat tahapan yang disebut WDEP wants,
direction and doing, evaluation, dan planning and commitment. Saat memasuki tahapan planning and commitment, seorang terapi juga harus memperhatikan 9 hal a
- i yang dikemukakan oleh Wubbolding dalam Corey, 1996 agar individu dapat membuat suatu perencanaan yang relistis, spesifik, mudah dimengerti, dan dapat
segera dilaksanakan. Adapun pelaksanaan terapi realitas yang akan diselenggarakan secara berkelompok dapat diartikan sebagai bentuk terapi realitas yang dibawakan
oleh satu, dua, atau beberapa terapis. Anggota kelompok yang mengikuti terapi realitas berjumlah antara 5
– 15 orang, memiliki permasalahan psikologis yang sama, membutuhkan psikoterapi, dan bersedia mengikuti terapi kelompok menyelesaikan
permasalahannya bersama-sama dengan orang lain.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan terapi