b. Kimiawi, adalah pemecahan pestisida oleh reaksi kimia di dalam tanah.
Tingkat dan jenis reaksi kimia yang terjadi dipengaruhi oleh ikatan pestisida dengan tanah, suhu tanah dan pH tanah.
c. Fotodegradasi, adalah pemecahan pestisida oleh sinar matahari. Semua
pestisida rentan terhadap fotodegradasi sampai batas tertentu. Tingkat pemecahan dipengaruhi oleh intensitas dan spectrum sinar matahari, lama
penyinaran, dan sifat pestisida Anonim
2
, 2015. Konsentrasi residu pestisida yang dapat dianggap aman yakni bila telah
95 terdisipasi dari dosis awal yang diaplikasikan. Suatu pestisida perlu ditetapkan dalam hal ini nilai DT
50
, yaitu waktu yang dibutuhkan suatu pestisida untuk mengalami proses disipasi sehingga kadarnya menjadi separo dari kadar
awal yang diaplikasikan. Nilai DT
50
ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam penilaian keamanan residu pestisida. Standar keamanan untuk setiap residu
pestisida dalam setiap komoditi pertanian disebut dengan batas maksimum residu BMR, Maximum Residue Limits, MRLs Noegrohati, 2008.
F. Iklim Tropis Daerah Istimewa Yogyakarta
Wilayah DIY berada di sekitar garis khatulistiwa tepatnya pada posisi 7º.33’- 8º.12’ LS, sehingga termasuk daerah yang beriklim tropis atau memiliki
dua musim dalam setahun yakni musim penghujan dan kemarau. Secara umum, karakteristik cuaca di wilayah DIY bertemperatur tinggi atau memiliki suhu udara
yang panas dengan suhu rata-rata 25 ºC sampai 32 ºC serta memiliki kelembaban udara dan curah hujan yang cukup tinggi. Di tempat-tempat yang lebih tinggi
suhunya lebih dingin BPS DIY, 2014.
Iklim tropis yang bercirikan temperatur dan kelembaban tinggi, kaya sinar matahari, dan memiliki dua musim berseling, yaitu musim kemarau kering
dan penghujan basah, mempunyai pengaruh yang besar terhadap persistensi pestisida di lingkungan. Secara umum, iklim tropis memungkinkan proses
degradasi, baik degradasi kimiawi maupun degradasi mikrobial berlangsung lebih cepat, sehingga persistensi pestisida di daerah tropis relatif lebih pendek
dibandingkan daerah beriklim sedang Tortensson, 1985.
G. Landasan Teori
Fungisida adalah salah satu jenis pestisida yang digunakan untuk untuk membunuh atau mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh
cendawan jamur atau fungi. Difenokonazol merupakan salah satu fungisida yang bekerja secara sistemik yang banyak digunakan oleh petani untuk menghentikan
perkembangan jamur penyebab berbagai penyakit pada berbagai buah, sayur, sereal dan tanaman lainnya.
Buah melon merupakan salah satu buah tropis yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena buahnya yang segar dan rasanya manis. Pada
pertumbuhannya, tanaman buah melon mudah terserang penyakit yang disebabkan oleh cendawan atau jamur pada kelembaban tinggi seperti kondisi tropis di
Indonesia. Salah satu penyakit yang menyerang tanaman melon yang disebabkan oleh cendawan atau jamur adalah antraknosa yang disebabkan cendawan
Colletrotichum s. Cara pengendalian antraknosa yang sering digunakan oleh para petani melon dengan menggunakan fungisida difenokonazol.
Fungisida difenokonazol dapat meninggalkan residu pada tanaman melon termasuk pada bagian buahnya setelah diaplikasikan. Residu dapat hilang karena
proses pencucian oleh air hujan, penguapan, terdegradasi bahkan terabsorpsi atau terdistribusi ke dalam daging buah melon. Secara tidak langsung residu
difenokonazol yang ditinggalkan akan berpengaruh terhadap kesehataan manusia yang mengkonsumsi buah melon yang terkontaminasi.
Difenokonzol yang diaplikasikan akan menempel pada kulit buah kemudian berpenetrasi ke dalam daging buah. Hilangnya residu fungisida
difenokonazol pada buah melon dapat digambarkan dengan laju disipasi yaitu nilai slope pada kurva hari vs kadar residu difenokonazol serta waktu degradasi
DT
50
dalam hari. Wilayah DIY termasuk daerah beriklim tropis memungkinkan terjadinya proses degradasi residu difenokonazol dan dibandingkan dengan daerah
beriklim sub tropis laju disipasi residu difenokonazol pada kondisi tropis di DIY akan berlangsung lebih cepat. Untuk menjaga keamanan bagi manusia yang
mengkonsumsi buah melon perlu ditetapkan kadarnya pada buah melon saat waktu panen PHI dan tidak melebihi BMR FAOWHO residu difenokonazol
pada buah melon yang sudah ditetapkan yaitu 0,7 mgkg.
H. Hipotesis