Pengaruh Kondisi Geografi Terhadap Laju Disipasi Residu

difenokonazol maka laju disipasi residu difenokonazol pada daging buah tidak dapat ditentukan artinya sama sekali tidak terjadi penetrasi residu difenokonazol dari kulit buah ke dalam daging buah. Tidak terjadi penetrasi diduga disebabkan karena kerusakan yang terjadi pada buah melon dari Sleman ini dimana terjadi perubahan pada tekstur buahnya. Gambar 11. Kurva Laju Disipasi Residu Difenokonazol Pada Sampel Lahan Wedomartani Sleman

F. Pengaruh Kondisi Geografi Terhadap Laju Disipasi Residu

Difenokonazol dalam Sampel Buah Melon Daerah tropis secara umum dicirikan oleh keadaan iklim yang hampir seragam. Namun adanya perbedaan geografi seperti perbedaan ketinggian tempat di atas permukaan laut dpl menimbulkan perbedaan cuaca secara keseluruhan pada tempat tersebut. Unsur cuaca dan iklim tersebut adalah suhu, kelembaban dan curah hujan serta jenis tanah. Pada dataran rendah ditandai dengan suhu lingkungan yang tinggi sedangkan dataran tinggi ditandai dengan menurunnya suhu udara dan peningkatan curah hujan Andrian, 2014. Pengaruh kondisi geografi terhadap laju disipasi residu difenokonazol dapat dilihat dari aspek curah y = -0.0687x - 3.8585 R² = 0.6503 -6 -5 -4 -3 -2 -1 5 10 15 Ln m g k g Hari Kurva Disipasi Difenokonazol Sleman Kulit Daging Linear Kulit hujan, suhu udara, kelembaban dan jenis tanah pada masing-masing lahan tempat tanam buah melon. Gambar 12. Kurva Disipasi Residu Difenokonazol pada Keseluruhan Buah Melon Pada kurva disipasi residu difenokonazol plot antara ln kadar residu difenokonazol mgkg vs hari setelah aplikasi terakhir diperoleh persamaan kurva y=bx + a dimana b adalah laju disipasi residu difenokonazol. Untuk membuktikan pengaruh kondisi geografi terhadap laju disipasi maka dilakukan uji signifikansi slope antara laju disipasi pada lahan Siliran, Bantul dan Sleman dengan ANOVA. Uji signifikansi diawali dengan uji within-sample variation dengan hasil 0,00625 dan uji between-sample variation dengan hasil 0,000965. Selanjutnya uji F satu arah yaitu perbandingan antara within-sample variation dengan between- sample variation dengan hasil 0,1544 serta F tabel 2, 15 adalah 3,682. Berdasarkan perhitungan menunjukkan bahwa F hitung F tabel yang artinya tidak berbeda signifikan. Berdasarkan hasil uji ANOVA tersebut kondisi geografi tidak mempengaruhi laju disipasi residu difenokonazol. Terjadinya laju disipasi residu difenokonazol pada buah melon dari Siliran Kulonprogo dapat disebabkan terjadinya biodegradasi oleh y = -0.1186x - 3.4051 R² = 0.9014 y = -0.1618x - 4.6248 R² = 0.3497 y = -0.1784x - 3.7297 R² = 0.788 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 5 10 15 L n mg k g Hari Kurva Disipasi Difenokonazol Keseluruhan Buah Melon Siliran Bantul Sleman mikroorganisme melalui paparan tanah karena tanaman melon yang dekat dengan tanah, fotodegradasi dan tercuci oleh air hujan curah hujan di lahan Siliran sebanyak 313 mm lebih besar daripada di lahan Bantul sebanyak 275 berdasarkan BMKG. Difenokonazol diketahui tidak volatil pada lingkungan sehingga tinggi atau rendahnya suhu tidak berpengaruh terhadap hilangnya residu difenokonazol karena penguapan namun mungkin terjadi proses fotodegradasi Anonim 1 , 2015. Hilangnya residu difenokonazol pada buah melon Sleman dapat disebabkan tercuci oleh air hujan karena curah hujan di Sleman paling tinggi 417,3 mm. Namun karena kadar residu difenokonazol tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya maka laju disipasi juga tidak dapat menggambarkan keadaan sebenarnya. Laju disipasi residu difenokonazol pada sampel buah melon dari Panggungharjo Bantul dapat disebabkan biodegradasi oleh mikroorganisme yang tumbuh di lingkungan karena kelembaban udara di Panggungharjo Bantul paling tinggi yaitu 87,3 dibandingkan dengan Siliran Kulonprogo yaitu 85,3 . Menurut Gardner 2015 degradasi residu pestisida oleh mikroba dapat meningkat pada kondisi yang lembab, serta mikroba membutuhkan air untuk tumbuh sehingga daerah lembab yang berarti memiliki kandungan air yang banyak rentan terhadap pertumbuhan mikroba Thompson, 2015. Kelembaban pada lahan Bantul yang tinggi menyebabkan mikroorganisme tumbuh pada lingkungan dan dapat mendegradasi residu difenokonazol pada buah melon. Menurut Hamilton 2014 difenokonazol dapat terdegradasi oleh mikroorganisme secara aerob dengan reaksi seperti pada Gambar 13. Selain itu hilangnya residu difenokonzol dapat disebabkan adanya adsorpsi residu difenokonazol dengan tanah karena difenokonazol teradsorpsi kuat dengan tanah Anonim, 2012. Oleh karena itu dengan tingginya jumlah bahan organik pada lahan Bantul menyebabkan mikroorganisme di tanah tumbuh baik sehingga mikroorganisme dapat mendegradasi residu difenokonazol di tanah. Gambar 13. Degradasi difenokonazol oleh mikroorganisme secara aerob Hamilton, 2014.

G. Asesmen Paparan Residu Difenokonazol pada Buah Melon